Semua Bab Istri Pengganti Untuk Suamiku: Bab 11 - Bab 20
89 Bab
Chapter 11 - Menolak Takdir
"Pak?"Bagas membalikkan badannya begitu mendengar suara Gio—asisten pribadinya. "Kamu menemukan wanita itu?"Pria yang mengenakan jas hitam dengan dasi berwarna senada, menyerahkan sebuah amplop kepada Bagas. "Ini semua informasi tentang wanita bernama Aileen Andita."Bagas mengangguk puas. Membuka amplop coklat itu dan mengeluarkan lembaran kertas berisi informasi pribadi Aileen. Perempuan yang tiba-tiba menghilang setelah mengatakan omong kosong."Kanker perut stadium dua?" Bagas melirik asistennya. "Kamu yakin?""Ya, Pak. Saya sudah mengonfirmasikan data ini dengan rekam medis di rumah sakit."Bagas kembali membaca baris demi baris riwayat hidup Aileen. Keningnya mengerut semakin dalam. 'Di sepanjang hidupnya, perempuan ini membawa nasib buruk bersamanya,' pikir Bagas."Siapkan mobil, Gio. Kita harus segera bertemu dengannya," perintah Bagas pada asistennya yang disambut oleh anggukan cepat."Bagas, apa yang akan kamu lakukan?" Tak jauh dari sana, Aira berdiri menatap suaminya d
Baca selengkapnya
Chapter 12 - Gelombang Masalah
"Ai, aku tahu kamu orang yang ketus dan dingin, tapi aku nggak nyangka hati kamu sekeras ini.""Padahal kamu tahu, saat ini Bagas rapuh. Dia butuh pertolongan kamu. Paling tidak, kamu bisa menyemangatinya, menghiburnya."Aileen mengalihkan pandangannya dari bayangan samar yang berdiri di balik tubuhnya.[BRUK ...]"Ai!"Aira menyongsong tubuh Aileen yang luruh ke lantai. "Ai, kamu kenapa?" Buru Aira. Ia melihat Aileen menekan perutnya sambil meringis kesakitan. "Sakit banget ya?"Akh." Rintih Aileen. Ia memejamkan matanya rapat-rapat, berharap rasa sakit ini segera berlalu. "Apa yang harus aku lakukan?"Aileen melambaikan tangannya lalu menepuk lantai. Meminta Aira untuk tenang. Saat ini ia butuh ketenangan untuk dapat meredam gelombang rasa sakit yang tiba-tiba menyerang seluruh tubuhnya."Aira, ma-maaf," ucap Aileen terbata. "Nggak Ai. Kamu nggak perlu minta maaf. Aku tahu, ini juga berat untukmu."Airmata Aira tak terbendung. Ia mengguncang tubuh Aileen, berharap dapat menyentuhn
Baca selengkapnya
Chapter 13 - Sang Penolong
"Kak Ai, darimana kita bisa mendapatkan uang besok untuk membayar mereka?" Cicit Denis.Aileen menatap Denis sesaat sebelum melempar pandangannya ke luar jendela.'Paman Barito, hanya dia satu-satunya harapan terakhir,' batin Aileen."Denis, bisa antar aku ke suatu tempat?""Mau kemana, Kak?""Nanti juga kamu tahu," ucap Aileen datar.***[Tok ... Tok ...]Pintu terbuka, seorang wanita keluar dari rumah tipe sederhana. Wanita itu terkejut begitu melihat Aileen berdiri di depan rumahnya."Ai?"Aileen tersenyum tipis. "Apa kabar, Tante Mira?" Sapa nya sambil mencium tangan wanita paruh baya itu."Baik, Nak. Kamu apa kabar?""Baik Tante."Mira melirik pemuda yang berdiri di belakang keponakannya. "Siapa? Pacar?""Denis," sahut Aileen sambil meringis lucu.Mira terkekeh. "Udah gede ya?""Ayo masuk, Nak Denis," ajak Mira. "Duh, terakhir kali Tante liat kamu masih merangkak."Denis tersipu malu-malu."Denis, ini istri dari Paman Barito. Kakak Ayahku," jelas Aileen."Ayo duduk, Nak. Pamanmu s
Baca selengkapnya
Chapter 14 - Simbiosis Mutualisme
Aileen merintih pelan, menyeret langkahnya tertatih, menyusuri lorong rumah sakit. Pandangannya berpindah dari satu sudut ke sudut lainnya untuk mencari sosok yang sangat dibutuhkannya saat ini."Ai, apa yang kamu cari?" Mardiana menghampiri Aileen yang sedari tadi mengusik rasa penasarannya."Bu Mar, lihat Aira?""Aira?" Mardiana mengernyitkan keningnya, bingung."Semenjak suaminya diperbolehkan pulang, wanita itu tidak pernah lagi muncul disini."Aileen berdiri, menyandarkan tubuhnya ke dinding. 'Kemana aku harus mencari wanita itu?' Pikir Aileen."Kamu mau ketemu sama Aira?"Aileen mengangguk ringan. "Ya, ada sesuatu yang harus aku katakan padanya.""Kamu ke rumah suaminya saja. Aira pasti ada disana," usul Mardiana.'Ya, Aira pasti ada di sekitar suaminya,' batin Aileen membenarkan."Terima kasih, Bu Mar. Aku pergi dulu."Aileen melanjutkan langkahnya, menuju pintu keluar rumah sakit. Begitu mencapai pintu lobi, sebuah tangan menangkap dan menariknya kembali."Apa yang kamu lakuka
Baca selengkapnya
Chapter 15 - Pengakuan
'Bagas?!'Aileen membulatkan matanya kaget, terlebih begitu melihat sosok yang berdiri disamping Daren. "Da—dari atap," balas Aileen singkat lalu beralih pada Bagas—pria yang tengah menatapnya melalui sorot mata tajam.Meski dia telah membulatkan tekad untuk menemui Bagas tapi tetap saja hatinya tidak siap bila harus berpapasan langsung dengan pria itu, secepat ini."Bisa kita bicara?" "Bicara apa? Aku tidak berminat mendengar omong kosong mu lagi," sergah Bagas ketus.Aileen menelan amarah yang meluap naik untuk mengontrol emosinya. "Ada hal penting yang harus aku sampaikan." Ia melirik Aira yang sedari tadi ada disampingnya."Kamu udah makan siang, Ai? Gimana kalau kamu ikut kami makan bareng?" Sela Daren begitu melihat ketegangan diantara kedua pasiennya."Tidak," protes Bagas cepat. Namun Daren tak mengindahkannya."Sudah, dok," sahut Aileen lalu kembali beralih pada Bagas. "Bisakah kita bicara sebentar?" Pintanya setengah memohon.Bagas berdecak pelan lalu beralih pada sepupun
Baca selengkapnya
Chapter 16 - Turun Ranjang
"Bagas? Kamu baru pulang, Nak?"Bagas menghampiri sang Ibu yang telah menyambutnya di pintu depan dengan senyum terkembang."Iya, Ma." Ia memeluk dan mengecup sekilas pipi Cintya."Apa Mama menunggu ku?" Bagas mengiring ibunya untuk masuk ke dalam rumah bersamanya."Iya, Sayang. Gio bilang kamu dari rumah sakit, apa kata Daren?""Kondisi ku sudah lebih baik. Daren juga mengamuk dan segera mengusir ku pulang," canda Bagas.Cintya menepuk pelan lengan putra semata wayangnya. "Pasti kamu menggoda adik sepupu lagi.""Hmm. Mama mulai lagi deh. Selalu saja memihak Daren," goda Bagas. Sengaja memasang wajah sedih yang berlebihan."Habisnya kamu suka sekali mengganggunya," kilah Cintya.Bagas terkekeh pelan. "Dia terlalu polos, Ma. Selalu saja gampang dibodohi.""Oh, ya. Mama masak apa? Aku lapar?""Ayo. Mama sengaja menunggumu pulang untuk makan siang bersama. Mama tahu, kamu pasti belum makan apalagi kamu nggak suka makan sendirian 'kan?""Iya, Ma. Semenjak pacaran dan menikah dengan Aira,
Baca selengkapnya
Chapter 17 - Sang Indigo
"Apa kamu percaya kalau di dunia ada mahkluk tak kasat mata?" Ungkap Aileen. Ia menelisik ekspresi Daren, memastikan dokter tampan itu tidak menganggapnya gila."Maksud kamu hantu?" Tukas Daren sambil terkekeh geli.Aileen mengangguk ragu. "Ya. Sejenis itu lah.""Tentu saja. Bukankah semua kitab suci menyatakan bahwa mereka ada?""Ah, ya." Kekeh Aileen datar. "Kamu benar.""Lalu?" Daren menatap lekat wajah Aileen. Menunggunya dengan rasa penasaran.Aileen mengaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. "Hmm. I—itu …""Ah, sebentar," tahan Daren. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel."Baiklah. Aku kesana sekarang." Ucapnya pada seseorang di balik sambungan ponsel."Aileen, aku harus ke UGD. Ada pasien mendadak."Aileen mengangguk cepat. "Pergilah.""Disini dingin, lebih baik kamu segera kembali ke kamarmu." Pesan Daren dan berlari pergi dengan terburu-buru."Terima kasih Tuhan. Anda tidak menambah deret orang yang menganggap ku gila." Desah Aileen lega.***"Akh!"Bagas bangkit dari pos
Baca selengkapnya
Chapter 18 - Kejutan
"Maaf, Nona Aileen. Pak Bagas ingin bertemu dengan anda."Aileen mengerutkan keningnya begitu melihat sosok jangkung berdiri tepat didepannya. Ia menengadah untuk melihat wajah dari orang yang menghalangi langkahnya dengan lebih jelas."Kamu? Asisten Bagas?" Tebak Aileen.Gio mengangguk kecil. "Pak Bagas ingin bertemu anda." Ulangnya."Apa lagi yang diinginkan bos mu itu?" Desah Aileen malas."Mari Nona Aileen—""Berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Kamu membuat semua bulu ku bergidik ngeri." Protes Aileen. "Cukup Aileen, saja." Tegasnya.Seumur hidup, Aileen berada di ruang lingkup warga pinggiran hingga tak pernah ada orang yang bicara bahkan memanggilnya dengan sebutan yang formal. "Hmm." Gio berdeham canggung. "Baiklah, Aileen.""Itu terdengar lebih baik.""Pak Bagas menunggu mu di cafe." Tunjuk Gio ke arah cafe di seberang jalan.Aileen menghela napas panjang. "Apa yang akan dibicarakannya?" Keluhnya seolah tengah bicara pada dirinya sendiri."Ayo." Ajak Gio. Ia menatap k
Baca selengkapnya
Chapter 19 - Lamaran
"Apa?!"'Surat penagihan utang?'"Apa maksudnya ini? Bukankah kamu bilang aku bisa mencicil utang ini?" Buru Aileen.Bagas mengendikkan bahunya. "Aku berubah pikiran." Ujarnya santai."Kamu!" Erang Aileen marah. Ia meremas kertas sampul yang di bacanya."A, A." Bagas menggoyangkan telunjuknya. "Jangan lakukan itu, kamu harus menyimpan setiap lembaran itu dengan baik karena mereka bernilai 100 juta untuk mu.""Brengsek. Kamu pria terburuk yang pernah ku temui."Bagas mengabaikan setiap makian yang keluar dari mulut wanita itu. Tujuannya jelas, bagaimanapun caranya ia harus membuat Aira tetap disampingnya."Nampaknya kamu tidak berniat untuk membaca isi dokumen itu. Jadi, aku akan menjelaskannya."Aileen bungkam seribu bahasa. Ia menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak memuntahkan sederet umpatan yang bersarang di pikirannya."Menikahlah denganku," ucap Bagas dengan ekspresi datar."Hah?" Aileen memusatkan perhatiannya. "Apa?"Baru saja—bersamaan dengan kalimat yang keluar dari mulut Ba
Baca selengkapnya
Chapter 20 - Di seret Paksa
Aileen membuka matanya perlahan disusul oleh rasa perih akibat mata yang bengkak setelah semalaman menangis.Ia meraba sudut nakas, mencari benda yang terus bergetar hingga menganggu tidurnya."Halo." Ucapnya dengan suara serak.[Aileen, mengapa orang-orang ini datang dan menagih utang kesini?]Suara teriakan bernada emosi seketika menarik paksa kesadaran Aileen untuk kembali. Ia memaksa tubuhnya untuk bangkit dari posisi tidur lalu melihat nama di layar ponselnya, Denis."Apa yang terjadi?" Tanyanya yang yakin kalau Ibunya telah mengambil alih ponsel Denis."Ada lima pria mengerikan datang ke rumah dan menagih utang." Jelas Nani.'Orang? Utang?' pikiran di benak Aileen berkecamuk. Memaksanya untuk fokus.Ia menjauhkan layar ponsel demi melihat jam, 10.30. 'Celaka! Aku terlambat bangun.'"Di mana mereka sekarang?" "Di depan rumah. Mereka tidak mau pergi kalau kamu tidak membayar utang mu." Nani terisak pelan. "Mereka memukuli Denis dan Bono.""Apa?" Aileen berdesis geram dan mengaca
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status