Semua Bab Suami Preman Ternyata Sultan: Bab 111 - Bab 120
132 Bab
111. Premanisme
Di kantor, Qizha tengah fokus menatap laptop ketika para Gafar masuk ruangan dengan tergesa- gesa dibalut wajah panik.Qizha mengernyit heran. Kenapa Gafar datang seperti dikejar setan begitu?“Di sini nggak ada yang namanya kuntilanak kan?”Pertanyaan Qizha membuat Gafar bingung.“Itu? Kok kayak dikejar kuntilanak?” tanya Qizha.“Ooh… Bu Qizha bisa saja. Ini Bu, saya mau tanya jadwal Pak Qasam hari ini apa ya? Aduuuh… soalnya gini, ada klien yang ngamuk di telepon tadi, katanya mau ketemu Pak Qasam. Saya takut Pak Qasam tidak ada di tempat. Klien minta ketemu sama Pak Qasam.”Qizha menatap memo dan membacanya. “Kalau melihat jadwal kerjanya, Pak Qasam nggak akan masuk kantor hari ini, ada kunjungan penting di sebuah hotel.”“Haduh… Bagaimana ini? bisakah Pak Qasam diminta membatalkan jadwal kunjungan dan hadir ke kantor untuk menemui klien?”“Memangnya ada masalah apa?” tanya Qizha.“Pak Qasam salah kirim barang. Klien marah.”“Apa Pak Qasam sudah tahu soal ini? ada yang m
Baca selengkapnya
112.. Prseteruan
“Selamat siang, bapak- bapak! Mohon maaf, Pak Qasam sedang ada kegiatan penting sehingga tidak bisa menemui bapak- bapak,” ucap Qizha dengan gayanya yang dibikin seperti SPG yang sedang menawarkan barang yang dipasarkan. Senyumnya lebar, ramah, tangannya bahkan menangkup satu sama lain layaknya model.“Tidak bisa!” panggil dia kemari.Waduh! Akting Qizha yang sudah maksimal itu ternyata tidak mempan. Si pria garang ini tetap saja mengamuk. “Maaf, Bapak! Pak Qasam benar- benar tidak bisa dihubungi untuk saat ini, mohon bersabar menunggu esok hari. Akan saya hubungkan Anda dengan beliau,” ucap Qizha masih berusaha ramah sekali. Pipinya terasa kebas akibat senyum yang tak putus.“Aku dirugikan ini. milyaran uang sudah dia terima tapi barang tidak dikirim., seharusnya kemarin barang sampai, tapi sampai detik ini barang tidak datang. Dia malah kirim ke tempat lain,” kesal pria berkemeja maroon yang disebut dengan nama Khazim.“Oh, jadi ini masalahnya adalah barang yang dikiri
Baca selengkapnya
113. Mencekam
Fahri berdiri di dekat pintu ruangan yang beberapa menit lalu dimasuki oleh Qizha dan Khazim. Mereka tengah menunggu dengan gelisah. Berpikir apa yang sedang dilakukan Qizha dan Khazim di dalam.Di jarak sekitar tujuh meter, para bodyguard dan staf yang dibawa oleh Khazim berkerumun. Sesekali menatap garang ke arah Fahri.Setiap kali pandangan fahri bertukar dengan si body guard, dengan cepat Fahri mengalihkannya.“Qizha sedang apa di dalam sana?” bisik Fahri cemas.“Entahlah.” Gafar bingung sembari mengusap keringat di kening. “Apa Ac di sini mati? Panas sekali.”“Kelihatannya kau sedang tidak normal, suhu dingin begini jadi panas.” Fahri sendiri tidakmerasa gerah.“Sebenarnya kita tidak begitu dekat dengan Qizha, bahkan tidak begitu mengenalinya. Tapi setelah masalah ini, aku merasa seperti berteman dengannya,” ungkap Gafar.“Ya, aku juga. Aku tidak menyangka Qizha memiliki keberanian senekat itu.”“Sepertinya dia tidak nekat.”“Lantas? Apa namanya kalau bukan nekat?”“Ent
Baca selengkapnya
114. Berunding Hebat
Qizha malah terbengong melihat keresahan Gafar dan Fahri. “Okey, aku anggap wajar kalian merasa khawatir denganku. Tapi kenapa aku merasa seolah kalian ini tidak sedang mengkhawatirkan aku? Tapi lebih kepada rasa penasaran. Benarkah begitu?” tanya Qizha.Gafar menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lalu kembali merapikan rambut yang agak berantakan akibat garukan.Fahri tersenyum simpul. “Aku salut dengan keberanianmu. Baiklah, aku akan mengganti pertanyaanku. “Kenapa kau senekat tadi?”“Aku bekerja di sini, maka sudah seharusnya aku membela perusahaan ini bukan?” jawab Qizha.“Bukan itu alasannya,” sahut Fahri dengan kedikkan pundak kecil. “Kau jatuh cinta pada Qasam?”“Kalau sudah punya opini sendiri dari pertanyaanmu, kenapa bertanya?” Qizha geleng- geleng kepala. “Bukan rahasia lagi kalau kau bukanlah istri yang sesungguhnya. Kau istri yang disembunyikan oleh Qasam selama ini. semua orang tahu drama rumah tanggamu. Dan sekarang, Qasam seolah terpaksa menerimamu sebaga
Baca selengkapnya
115. Tergoda
Saya bisa menghasilkan banyak uang untuk bapak. Dengan cara viral di youtube, atau apa saja. saya ini investasi. Nah, kalau bapak mau, bapak bisa minta ke Pak Qasam untuk mengambil saya dari dia.”“Wah gila. Apa untungnya aku mengambilmu?”Qizha tersenyum sembari mengedipkan satu mata, membuat Khazim langsung tergoda. Kedipan mata yang dahsyat sekali. Hatinya tersengat.“Pak Qasam pun nggak mau melepaskan saya karena saya menguntungkan bagi dia. Nah, kalau bapak mau mengambil saya, silakan minta ijin ke pak Qasam untuk mengambil saya, kalau dia mengijinkan maka saya akan ikut bapak.” Qizha berjalan mndekati Khazim lalu duduk di meja dengan gaya yang sangat menggoda.Dalam hati Qizha memohon ampun, semoga dia tidak diazab sebagai istri durhaka.Lelaki mana yang tahan dengan godaan seperti ini? hanya dengan gayanya yang aduhai saja, Khazim pun langsung tertarik, kemarahannya memudar.“Baiklah. Aku terima tawaranmu.” Khazim ingin meraih tangan Qizha, namun enggan mengingat wani
Baca selengkapnya
116. Perayaan Menyakitkan
“Qasam lulus. Dia berhasil menduduki jabatan penting diperusahaan baru. Jadi dia memegang dua perusahaan besar sekarang,” jelas Habiba.Tatapan Qizha tertuju pada Sina yang berdiri di dekat Fara. Bersisian. Mereka turut menikmati pesta, menyantap makanan. Perasaan Qizha benar- benar tak nyaman melihat keberadaan Sina. Wanita itu bisa saja membawa masalah di rumah itu.“Ayo, ikut gabung!” ajak Habiba.“Enggak, Ma. Aku mau ke kamar aja,” tolak Habiba sopan. “aku capek banget.”“Tapi ini acara perayaan untuk suamimu, loh. Masak kamu nggak mau ikutan?”“Ma, aku segan sama semua orang.” Qizha sungkan.“Sampai kapan kamu merasa segan? Kamu harus melawan rasa itu, harus beradaptasi. Jangan malah minder terus.”“Mama tahu kan kalau nggak semua orang bisa menerima aku di sini?”“Lalu? Kamu akan mengalah sama mereka?”Pertanyaan menampar.“”Jangan mau kalah sama mereka. Tunjukkan kalau kamu itu kuat. Lawanlah mereka yang melemahkanmu dengan segala cara.” Habiba menyemangati.Mas
Baca selengkapnya
117. Ketahuan
Qizha masuk kamar. Menyendiri. Duduk di sisi kasur. Tatapannya hampa. Keputusannya yang mengakui kesalahan Qasam membuat bumerang di hidupnya sendiri. Husein bertambah benci kepadanya. Qizha mengambil bed cover dari lemari dan melakukan aksi seperti biasanya, menggelar bed cover ke lantai. Lalu tidur di atasnya. Tak lupa menyelimuti tubuh. Kalau saja tubuhnya tak diselimuti, bisa- bisa ia membeku kedinginan di lantai. Tok tok...Fara mengetuk pintu, tak ada sahutan. Fara mengulang ketukan pintu, tetap tak ada jawaban. Fara yakin kalau Qizha baru saja masuk kamar, tentu saja majikannya itu ada di dalam kamar. Mungkin sedang di kamar mandi sehingga tak mendengar ketukan pintu. Fara memutar kenop pintu. Ia berani masuk karena ia tahu Qasam masih berada di ruang keluarga mengadakan pesta bersama keluarga yang lain, Qasam belum masuk kamar. Kalau saja Qasam sudah ada di kamar, mana mungkin Fara berani masuk kamar. Takutnya mengganggu adegan ninaninu yang mungkin saja dilakukan pasangan
Baca selengkapnya
118. Istri Dilamar
"Bahwa apa pun yang dilihat di kamar ini, adalah privasiku, jangan sampai menyebar kemana pun. Aku tidak suka itu!" tegas Qasam. "Oh, siap Tuan!" Fara kemudian beranjak pergi dan menutup pintu.Qizha kembali membanting tubuh dan tidur. "Hei, siapa suruh kau tidur?" tegas Qasam membuat Qizha kembali duduk."Apakah ada yang bisa kubantu?""Dari mana kau sampai pulang larut malam?""Ada kerjaan di kantor. Tadi ada masalah. Pak Khazim...""Itu bukan urusanmu. Kenapa kau ikut campur terlalu jauh? Fahri jauh lebih berhak mengurus masalah itu! Bukan kau. Jangan beralasan sampai kau harus pulang larut malam. Memalukan. Kau jadi terlihat seperti jalang!"Astaghfirullah.. sebenarnya pulang larut malam atau pun tidak, Qasam akan tetap memiliki alasan untuk marah kepada Qizha. Semua yang dilakukan Qizha selalu salah di mata Qasam. Jadi tak perlu menjelaskan banyak hal pada Qasam, toh semua tetap akan salah."Kau dilarang ada di kamar ini! Aku semakin muak padamu. Pergilah sana!" Qasam menarik l
Baca selengkapnya
119. Ditinggal Pergi
Qasam masih menunggu di kamar ketika Qizha keluar dari kamar mandi. Pria itu mengawasi dengan sorot mata tajam setiap gerakan tubuh Qizha yang tengah memasang pakaian. “Sudah selesai!” ucap Qizha sambil berdiri di depan Qasam.“Turun sekarang!” Qasam melangkah turun diikuti oleh Qizha.Habiba tersenyum menatap Qizha dan Qasam beriringan mendekat kepadanya.“Qizha, mama punya sesuatu untukmu. Lihat ini!” Habiba menunjukkan beberapa model pakaian di hp nya. “Nah, mama mau pesankan pakaian ini untukmu. Mmau?”“Iya, Ma. Mau.” Qizha tersenyum senang.Bahagianya punyamertua sebaik Habiba. Perhatian sekali.“Mama akan belikan lima pasang untukmu. Lengkap dengan sepatunya.” Habiba menawarkan lagi.Lagi- lagi Qizha tersenyum dan mengangguk. “Oke, cukup itu saja,” ucap Habiba.“Aku pergi ke kantor dulu, Ma,” pamit Qasam. “Qizha, ayo kita pergi!”“Siap!” Qizha mengikuti Qasam menuju ke luar. Mereka masuk ke mobil.Sepanjang jalan, keduanya diam membisu. Mobil melaju kencang tanpa
Baca selengkapnya
120. Kacau Balau
Qasam masuk ke mobil. Ia melajukan mobil menuju ke perusahaan. Fahri menyambut kedatangan Qasam di lobi ketika Qasam masuk dengan langkah lebar. “Ada ibu Habiba di ruanganmu!” ucap Fahri mengiringi langkah Qasam. Sekilas saja Qasam menatap Fahri. Kemudian masuk lift. Langkah lebar membawa Qasam menuju ke ruangannya sesaat setelah pintu lift terbuka. Fahri mengikuti. “Mama?” Qasam mengangkat alis menatap mamanya sudah duduk di sofa. Wanita berpenampilan elegan itu duduk dengan kaki menyilang sambil menatap layar ponselnya. Santai sekali. Tas jinjing di atas meja. “Qizha mana?” Qasam mengusap wajah kasar. “Ayolah Mama. Kenapa selalu Qizha Qizha dan Qizha terus yang mama tanyakan? Di rumah tadi mama baru saja menanyakannya, sekarang masih juga menanyakan dia. Bukankah tadi mama sudah bertemu?” “Setahu mama dia bekerja di sini. Tapi tadi kata Fahri dia belum masuk. Bukankah tadi dia berangkat ke kantor bersamamu? Tentu kamu tahu dia dimana. panggil dia kemari. Mama m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status