All Chapters of JAVIER (Cintai Aku, Suamiku) : Chapter 71 - Chapter 80

"Mom, mau kemana?" tanya Caramel saat melihat mommy Jenar dan Javier menuruni tangga."Ke Rumah sakit. Mau jemput baby, kamu tunggu di rumah ya jangan kemana mana," ucap Mommy Jenar."Kan Baby nya ada tiga, terus mommy pergi sama siapa?" tanya Cara."Sama Daddy juga kok," kata mommy Jenar."Biar Farrel yang bawa mobil ya Mom," ucap Farrel."Baik lah, ayo. Cara gapapa ya di rumah sendiri," ujar Mommy Jenar."Gapapa Mom, " jawab Caramel.Seperginya semua orang, Caramel segera menuju lantai dua dimana anaknya tertidur. Tapi sebelum ia masuk kamar kakak nya, ia melihat kamar Javier yang sedikit terbuka. Ia pun penasaran dan akhirnya ia memutuskan untuk masuk sebentar."Astaga si kunyuk bener bener udah bucin akut, atau gila sih?" gumam Celena saat melihat ranjang Javier dimana ada guling yang memakai dres Celena."Dulu waktu sama Felly dia tidak terlalu seperti ini. Sekarang gue tau bahwa Javier benar benar sangat mencintai Celena."Cara pun kemba

‘’Javier bagaimana kalau kita menambah baby sister?" tanya Arya, yang sebenarnya tidak tega melihat anaknya begitu sibuk dengan tiga anak nya."Tidak Dad, Javier bisa mengurus anak anak sendiri dengan di bantu Mommy," ucap Javier sambil memakan sarapan nya.Jam sudah menunjukkan pkl. 11 siang namun Javier baru semoga sarapan. Hari ini anak anak sedang rewel akibat sedikit demam karena kemarin habis imunisasi. Jujur saja Javier sangat kuwalahan namun ia tetap berusaha menikmati fase fase ini. Ia menikmati setiap detik kebersamaan nya dengan anak anak."Tapi kalau begini terus, kamu bakal sakit Son," kata Arya pelan."Tidak Dad! javier kuat kok. Dan juga Javier senang mengurus mereka," jawab Javier berusaha meyakinkan ayahnya."Bukan masalah senang atau tidak, tapi kamu pasti lelah Javier. Daddy saja yang mengurus kamu dan javie dulu tidak sanggup kalau di tinggal mommy mu belanja," cerita arya menghela napas pelan.Arya ingat, dulu saat istrinya melahirkan Javie dan Javier, hanya dua a

Javier selalu terisak di hampir setiap malam saat dirinya menatap langit. Mengapa sesulit ini jalan hidup nya? Mengapa harus ia hadapi seorang diri. Batinnya. Saat sudah merasa sedikit tenang, kini Javier pun beranjak dan kembali ke tempat tidur.Ia membulatkan matanya saat melihat tubuh seseorang kini tengah terbaring di samping anak anak nya.Berjalan perlahan, Javier mendekat dan menyentuh bahu sosok itu. Dia membalikkan tubuhnya dan tersenyum manis ke arah Javier."Ce—Celena ... " kata Javier terbata dan terkejut saat melihat sosok Celena kini ada di hadapan nya."Aku kangen sama kamu," ia pun langsung memeluk tubuh Javier dengan erat, hingga membuat aur matanya luruh.Tubuh Javier masih mematung, ia masih tidak bisa membedakan apakah ini nyata atau hanya sekedar mimpi?"Aku kangen sama Kamu," ucapnya lagi, seketika itu pula Javier langsung membalas pelukan Celena dengan erat. Ia juga sampai meneteskan air mata kala kini akhirnya ia bisa memeluk tubuh is

Pagi itu, mom Narra baru saja keluar dari kamar. Wanita paruh baya itu mengerutkan dahi saat melihat putri nya kini tengah melamun seorang diri di ruang tamu.Kasihan juga penasaran, akhirnya ia menghampiri putrinya, ‘’Sayang, kamu mau kemana hari ini hem?" "Aku tidak kemana mana Mom, sebenarnya ingin bertemu mereka tapi Javier tidak akan mengizinkan ku lagi menemui mereka," Celine menghela napas nya berat, bayangan demi bayangan saat Javier memarahi nya juga melarang nya untuk datang ke rumah itu lagi, jujur saja membuat hati nya sedikit sesak."Bagaimana kalau kita jemput mereka ke sekolah. Biar mommy yang bicara sama Javier. Mommy yakin dia tidak akan bisa menolak kalau mommy yang membawa anak anak," ujar mom Narra seketika membuat senyum Celine terbit."Beneran Mom? Ayo kita berangkat sekarang!" titah Celine begitu semangat."Sayang, kamu belum mandi. Dan juga ini baru jam 8, anak anak keluar dari kelas jam 11," ujar mom Narra membuat senyum Celine hilang se

Makan siang kali ini semua hanya terdiam dan fokus dengan makanan masing-masing. Terutama untuk Celine dan Javier, karena sedari tadi keduanya hanya saling mencuri pandang. Entah apa yang sedang mereka rasakan, mereka sedang berusaha untuk tidak menatap. Walau pada akhirnya, tak hanya satu dua kali keduanya saling memergoki sedang menatap satu sama lain."Bunda, Deela mau makan kaya Bunda," ucapan Deera dengan suara khas cadel nya seketika membuyarkan lamunan kedua orang dewasa di depan nya."Sayang, kamu makan Ayam saja. Nanti badan kamu gatal lagi bagaimana?" Javier langsung menggelengkan kepala nya, untuk melarang agar Deera tak meminta makanan Celine."Deela mau cobain, Ayah. Deela mau itu!" Deera langsung memanyunkan bibirnya kala mendapat larangan dari sang Ayah."Deera mau ini Sayang?" Karena merasa tidak tega melihat Deera merengek, akhirnya Celine berniat untuk mengambilkan makanan yang di inginkan Deera, namun lagi lagi langsung di cegah oleh Javier."