“Dari mana kamu mendapatkan foto ini, Nak?” Pertanyaan itu terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Bukan kemarahan, namun lebih seperti seseorang yang baru saja dipaksa membuka luka lama. Nadira berdiri kaku. Ia tidak menduga respon ibunya akan seperti ini. “Aku … menemukan itu di dalam buku tua, Ma. Yang ada di rak paling bawah.” Sartika tidak menjawab. Ia hanya menatap foto itu lama sekali, jauh lebih lama daripada seharusnya. Sorot matanya melembut, tapi bukan lembut yang nyaman—melainkan lembut yang patah. “Buku itu Mama simpan supaya … tidak ada yang menemukannya lagi,” ucapnya dengan suara serak. Tatapan mata yang rapuh itu cukup menjelaskan beberapa hal tentang gadis yang ada di dalam foto. Nadira menelan ludah. “Apa wanita itu sangat berharga bagi Mama. Siapa dia?” “Tentu saja sangat berharga dan tak tergantikan,” potong Sartika cepat, tapi nada suaranya rapuh. “Dia sosok yang selalu Mama rindukan hingga detik ini.
Terakhir Diperbarui : 2025-11-24 Baca selengkapnya