Malam itu hujan sudah reda, menyisakan aroma tanah basah yang masuk melalui jendela balkon apartemen Tante Almara. Lampu-lampu kota berkelip di kejauhan, menambah nuansa temaram yang menenangkan sekaligus menyimpan gairah tersembunyi. Leo berdiri di balkon, memandang keluar sambil memegang segelas teh hangat yang tadi dibuat oleh Tante Almara. “Hujan seperti ini… rasanya tenang, ya?” ucapnya pelan. Tante Almara menghampiri dengan langkah pelan. “Iya, seharusnya malam seperti ini digunakan untuk istirahat, bukan memikirkan masalah.” Leo menoleh, tersenyum tipis. “Kalau aku boleh jujur, aku cuma mau ada di sini. Sama Tante. Itu saja sudah cukup.” Tatapan mereka bertemu. Ada keheningan yang anehnya terasa nyaman. Leo mendekat, memegang tangan Tante Almara dengan hati-hati. Tangan itu dingin, tapi terasa hidup di genggamannya. “Tante, aku nggak mau kamu terus merasa sendiri,” kata Leo lembut. Tante Almara menatap wajahnya lama, menyadari ketulusan di mata lelaki yang jauh lebih muda
Terakhir Diperbarui : 2025-08-05 Baca selengkapnya