Dentuman keras menghantam pintu. Kobaran api menyembur liar, menghantam udara, membuat mereka semua terhempas ke lantai. Serombongan pria bersenjata lengkap menerobos masuk—rompi tempur, senapan otomatis, dan penutup kepala menandakan mereka bukan sekadar pasukan biasa."Bawa pria itu," ujar salah satu dari mereka, bertubuh tegap, menunjuk ke arah Rio. "Habisi sisanya." Tunjukannya mengarah pada Alinda, Sera, dan Neya.Pandangan Rio berkabut, tubuhnya lemas. Dua tentara menarik lengannya kasar, menyeretnya keluar lorong rahasia. Alinda dan Sera masih tak sadarkan diri, pistol menempel di pelipis mereka. Rio berusaha fokus, menahan tubuhnya agar tidak diseret."Diam, atau kutembak!" gertak salah satu prajurit.Tapi Rio bergerak cepat. Kaki kirinya menghantam belakang lutut si penyeret, membuat tubuh besar itu roboh. Dalam waktu bersamaan, Rio menendang rusuk musuh di kanan, lalu menyeruduknya dengan kepala.Dengan cekatan, ia merampas pistol dari pinggang prajurit, lalu menembak ra
Terakhir Diperbarui : 2025-05-31 Baca selengkapnya