“Terima kasih banyak, Pak,” jawabku, tulus. “Sudah repot-repot membantuku.”Mereka mengangguk, lalu pamit pergi. Mas Bambang, Mas Supri, dan Mas Tejo kembali ke posisi mereka menjaga rumah di luar, seperti biasa.Kini, di kamar, hanya ada aku, Mama Siska, dan Nayla. Suasana tiba-tiba terasa lebih berat. Wajah mereka penuh pertanyaan, dan aku tahu, saatnya tiba untuk jujur.Nayla, yang selalu paling banyak ngomong gak bisa diem, memulai duluan. “Bang, sebenarnya Pak Budi itu ada hubungan apa sama Abang? Kok baik banget? Kayak… bukan orang biasa, benar-benar peduli.”Aku menarik napas dalam-dalam, memandang Mama Siska dan Nayla bergantian. Mereka adalah orang-orang yang aku percaya, keluarga yang sangat dekat dan peduli padaku. Aku sudah berjanji untuk jujur, dan sekarang adalah saatnya.“Jadi… Pak Budi itu temennya ayahku,” kataku pelan, mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati. “Ayah menitipkan aku ke Pak Budi kalau ada apa-apa. Seperti musibah kemarin, dia ikut membantu. Bukan hany
Last Updated : 2025-05-30 Read more