Semua Bab Bangkitnya Kekuatan Luar Biasa Sang Karyawan Magang: Bab 1 - Bab 10

15 Bab

Bab 1 – Dipecundangi

07.42Pagi di kota Lawang Sentra tak pernah benar-benar tenang. Bising klakson, aroma gorengan kaki lima, dan seruan para pejalan kaki menyatu dalam irama yang memekakkan kepala. Di tengah hiruk-pikuk itu, seorang pria muda menyelip di antara trotoar yang padat sambil menggenggam tas selempangnya erat-erat.Danu Adibrata. Dua puluh lima tahun. Magang. Gaji pas-pasan. Penampilan payah.Bahkan jam tangannya bukan penunjuk waktu, tapi penanda berapa lama lagi dia harus menahan lapar.Di lobby kantor Naradipa Corp—sebuah perusahaan percetakan raksasa—Danu menarik napas panjang sebelum menyentuhkan kartu identitasnya ke mesin fingerprint. Sepersekian detik setelah lampu hijau menyala, terdengar suara langkah sepatu kulit menggedor ubin marmer.“Lihat siapa yang datang? Si tukang fotokopi kebanggaan kita!”Danu menoleh. Di sana berdiri Alvino—kepala divisi desain, berjas rapi, rambut disisir licin, senyum sinis mekar seperti kembang api yang menyambut petaka.“Aduh, jangan bilang hari ini l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

Bab 2 – Sesuatu yang Tak Sama

Danu terbangun dengan jantung berdebar dan napas tercekat.Langit-langit kamarnya menyambut pandangannya, terang dan jernih—terlalu jernih. Ia mengedip, mencoba mencari kacamatanya di meja kecil sebelah kasur. Tangannya menyapu permukaan kayu, tapi tak menemukan bingkai tipis yang biasa menolongnya melihat dunia.Panik, ia duduk. Kepalanya sedikit pusing. Tapi anehnya, penglihatannya tetap jelas. Sangat jelas. Ia bisa membaca tulisan kecil di kalender dinding, bahkan melihat debu halus di sudut kipas angin.Ini tidak mungkin.Matanya minus lima koma dua lima. Tanpa kacamata, bahkan wajah sendiri di cermin pun hanya kabur tak berbentuk. Tapi sekarang... ia melihat segalanya seolah lensa dunia telah disetel ulang.“Danu, sarapan dulu!” suara ibunya memanggil dari dapur.Ia bangkit dengan langkah kikuk, keluar kamar, dan menemukan ibunya—Bu Raras—sedang mengaduk bubur ayam seperti biasa. Tak ada luka. Tak ada perban. Bahkan senyum beliau tampak lebih segar dari biasanya.“Bu...” Danu men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

Bab 3 – Naskah yang Berbisik

Koridor kantor sore itu terasa jauh lebih sunyi dari biasanya, seolah semua orang sengaja memberi jarak dari Danu. Bahkan Nadine tak terlihat di kursinya, entah karena trauma atau malu.Di meja pantry, pecahan gelas sudah hilang, tapi suasana kikuk itu belum tersapu bersih. Yang ada justru desas-desus dan lirikan diam-diam setiap kali Danu lewat.“Karena tindakanmu dianggap berbahaya, meski tidak disengaja,” ucap Pak Rian, kepala bagian produksi, dengan wajah dingin. “Kamu akan membersihkan semua kekacauan itu sendiri, dan menyelesaikan dua naskah yang tertunda. Deadline malam ini. Jam sepuluh. Jangan ada yang tertinggal.”Danu hanya mengangguk, tanpa protes.Tapi bukan karena pasrah.Karena sekarang, tubuhnya terasa... lebih ringan. Tangan-tangannya menari di atas keyboard, mata membaca cepat, dan pikirannya bisa mengingat seluruh revisi lay-out hanya dengan sekali baca. Ia menyelesaikan dua naskah sebelum waktu makan malam.Dan saat ia baru saja meletakkan naskah terakhir ke dalam f
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

Bab 4 — Suara dari Langit

Langkah Danu terasa ringan, tapi napasnya tercekat. Kota Lawang Sentra berdengung oleh kehidupan yang tak pernah tidur: lampu-lampu neon menusuk malam, suara klakson bersahutan, pejalan kaki berdesakan, dan layar LED raksasa di setiap gedung mencolokkan wajah-wajah palsu penuh janji iklan.Namun, di tengah riuh itu, Danu justru merasa sendirian.Resep obat ibunya yang harus segera ditebus di apotek, ada di genggaman tangannya terasa seperti jangkar yang menahannya di dunia nyata. Tapi pikirannya melayang, dihantui satu pertanyaan."Apa yang sebenarnya terjadi padaku?"Dia masih bisa mencium bau darah dari semalam. Masih bisa merasakan dinginnya aspal saat tubuhnya ambruk. Tapi ... pagi ini, dia terbangun di tempat tidur.Tidak ada luka. Tidak ada rasa sakit. Tidak ada penjelasan."Ini ... bukan mimpi," bisiknya.Tiba-tiba, sebuah bisikan mengalun di udara, begitu pelan, begitu asing ... tapi terasa seperti ditujukan hanya padanya.“Kau telah membuka naskah yang terkunci ... Danu Adibr
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

Bab 5 – Aksara Dalam Api

Suara rintihan kembali terdengar. Danu mengintip dari balik tiang reklame besar di pinggir jembatan. Di bawah cahaya remang lampu jalan, dua pria bertudung sedang menghantam tubuh renta seorang nenek yang ia kenal. Nenek itu. Nenek yang ia tolong malam itu.Danu meneguk ludah. Napasnya memburu, bukan karena takut, tapi karena amarah mendidih dalam dadanya."Nek...!" serunya tertahan.Langkahnya hendak melesat turun, tapi seseorang menahan bahunya. Sosok berjubah hitam berdiri di belakangnya. Danu membalikkan tubuh dan membeku.Wajah pria itu... adalah wajahnya sendiri.“Kau tak bisa menolongnya seperti ini,” ujar sosok berjubah dengan suara datar, dalam dan tak beremosi. “Satu-satunya jalan menyelamatkan nenek itu adalah dengan aksaramu. Pilih: keinginanmu... atau takdirmu.”“Apa maksudmu?” Danu menggeleng bingung. “Dia sedang disiksa! Aku harus—”Danu mendorong tubuh pria itu dan berlari menuruni tangga jembatan. Tapi langkahnya seperti dihantam gelombang tak kasatmata. Dia tersungku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

Bab 6 – Penjaga Aksara

Langkah Danu pulang seperti bayangan tanpa jiwa.Tangan kirinya masih erat menggenggam kalung bercahaya itu, sementara tangan kanan menggenggam tali tas selempangnya dengan gemetar yang tak henti. Tatapan matanya kosong menembus jalanan kota yang bising, tapi semua terdengar jauh... seperti gema dari dunia lain.Kakinya melangkah cepat, panjang-panjang, seperti dikejar sesuatu yang tak terlihat. Bukan karena trauma dibully, bukan karena ketakutan akan makian atau penghinaan.Ini lebih dalam.Firasat.Tentang hidupnya sendiri yang seolah baru saja diretas oleh takdir dari langit gelap.Sesampainya di rumah, Danu langsung masuk kamar tanpa bicara pada siapa pun. Ibunya sudah tidur. Rumah itu terasa terlalu sunyi... atau mungkin terlalu nyata. Dia hanya ingin semua ini mimpi. Dia ingin bangun sebagai Danu yang biasa.Jika harus diremehkan setiap hari, jika harus dihina Nadine dan Alvino selamanya pun, dia rela. Asal tidak harus memanggul sesuatu sebesar ini. Kekuatan? Kalung ini? Siapa d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

Bab 7 – Yang Tertulis tak Bisa Dihapus

Kalung itu menyala. Retak. Dan di pusatnya—kini ada satu huruf asing yang belum pernah dia lihat dalam hidupnya.Langit di dunia mimpi Danu kini menghitam. Langkah para Penjaga Aksara berdentum menyayat udara. Danu berdiri di tengah lingkaran batu raksasa yang dipenuhi simbol-simbol purba, mengambang dan berputar membentuk gerbang dimensi.Satu demi satu Penjaga muncul. Ada yang bermata tiga, ada yang bertubuh transparan seperti bayangan air, ada pula yang mengenakan jubah dari lembaran naskah kuno. Mereka menatap Danu seolah dia adalah kunci terakhir."Setiap kata yang kau tulis ... akan menjadi kenyataan atau kutukan," ujar salah satu Penjaga, suaranya seperti gema dari masa ribuan tahun lalu.Tiba-tiba, dari celah di antara simbol-simbol itu, muncul sebuah makhluk besar setengah bayangan, setengah nyala api. Wujudnya tak bisa dijelaskan dengan logika manusia. Seolah ia adalah hasil perpaduan ingatan manusia purba, suara leluhur, dan energi yang tak dikenal oleh ilmu pengetahuan man
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-30
Baca selengkapnya

Bab 8 – Asisten Sang Pimpinan

Danu menatap layar monitor tanpa berkedip. Jari-jarinya menari cepat di atas keyboard, lebih cepat dari biasanya—terlalu cepat. File naskah ratusan halaman ia ubah menjadi layout sempurna hanya dalam hitungan menit. Beberapa kali dia mengerjap, memastikan dirinya tak salah lihat. Ia bisa mengingat letak koma di halaman 72, kesalahan ejaan minor di bab 4, bahkan gaya bahasa penulis yang berubah-ubah.“Gila ... Ini bukan normal,” gumamnya pelan. Tapi otaknya menolak panik. Logikanya mulai menyatu dengan irama barunya. Memori dan analisisnya melonjak drastis, seolah otaknya menjadi mesin superkomputer yang tak pernah ia miliki sebelumnya.“Danu,” suara itu memotong lamunannya. Tegas, datar, dan mengandung kuasa.Danu mendongak. Adhira Vanya berdiri di ambang pintu ruang layouter. Rambut hitam lurusnya dikuncir rapi, bibirnya merah gelap seperti karakter film noir, dan sorot matanya tajam namun menyimpan rasa ingin tahu.“Ya, Bu?” Danu buru-buru berdiri.“Ke ruang saya. Sekarang.”Tak ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-30
Baca selengkapnya

Bab 9 – Bara dalam Diam

Suasana kantor pagi itu berbeda. Semua mata tertuju pada Danu yang baru saja datang. Bukan dengan tatapan merendahkan seperti biasanya, tapi dengan kekaguman yang tak disembunyikan.“Pagi, Mas Danu! Aduh, naskah yang kemarin kamu poles ... langsung disetujui klien loh!” ujar Nia dari tim editorial dengan senyum lebar.“Kayaknya kantor butuh lebih banyak orang kayak kamu, Nu,” celetuk Pak Rangga, salah satu editor senior yang biasanya paling sinis.Danu hanya tersenyum kaku. Semua pujian itu … terasa asing. Tapi bagian terdalam dari dirinya—bagian yang mulai terbiasa dengan kekuatan baru itu—justru merasa ini adalah hal yang seharusnya. Seolah dunia memang sudah semestinya berjalan seperti ini, dan Danu adalah porosnya.Tak lama kemudian, kabar yang lebih mengejutkan mengguncang seluruh lantai kantor redaksi.Bu Adhira memanggil seluruh tim ke ruang meeting utama. Dengan gayanya yang tegas, berambut pendek dan berjas hitam rapi, ia berdiri di depan proyektor yang menampilkan satu nama,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-01
Baca selengkapnya

Bab 10 – Ketakutan dan Godaan

Keesokan paginya, kantor dipenuhi bisik-bisik. Aroma gosong dari ruang arsip belum sepenuhnya hilang, bahkan dengan bantuan alat penyerap bau dan pengharum ruangan. Tapi yang paling menyengat bukanlah bau terbakar, melainkan pandangan aneh yang kini menghujani Danu. “Lo liat sendiri kan kemarin?” bisik salah satu staf perempuan di pojokan pantry. “Iya … kayak film horor. Tangannya nyala! Aksara melayang, api muncul sendiri... serem, sumpah.” “Gue sih yakin itu pesugihan,” gumam staf lain. “Makanya bisa tiba-tiba jadi ganteng, disayang bos, disukai cewek. Pasti ada tumbal.” Danu berjalan melewati mereka dengan wajah tertunduk, seolah tak mendengar apa pun. Tapi tiap kata itu menusuknya lebih tajam dari silet. Ia mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaan, menunduk, tak banyak bicara, dan duduk jauh dari siapa pun di ruang kerja. Tapi itu tak menghentikan para wanita untuk mencuri pandang. Beberapa dengan terang-terangan memberikan kopi padanya. “Danu … kamu suka latte kan? Ini ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status