Share

Istri Palsu Grand Duke
Istri Palsu Grand Duke
Author: Kuldesak

1

Author: Kuldesak
last update Last Updated: 2025-04-18 14:14:43

"Ibu... aku tidak mau." Suara Lyra Valeska d’Argelline bergetar, nyaris tenggelam oleh suara gemeretak rantai saat ia berlutut di depan sel. "Aku tidak ingin menikah dengan Grand Duke Vordane. Jika aku menerima tawaran Lady Ilmae ... bagaimana dengan Ibu di sini?"

Di hadapan Lyra, terkurung dalam sel sempit, duduk sosok wanita ringkih yang pernah menjadi Lady Serephina Elore d’Argelline. Dulu ia pernah menjadi wanita tercantik dan terpandai di lingkaran dalam bangsawan, kini yang terlihat hanya wanita kurus dengan tulang terbungkus kulit.

Gaun penjara Serephina lusuh, rambut yang dulu seindah malam kini kusam dan acak-acakan, wajah wanita itu pucat dan tirus. Pergelangan tangannya memerah lecet karena belenggu besi kasar yang menahannya ke dinding – hukuman kejam atas tuduhan palsu perselingkuhan dan pengkhianatan.

Serephina mengangkat kepala perlahan, matanya yang dulu bersinar kini redup penuh luka. "Lyra... Anakku." Suara Serephina serak sebab jarang digunakan. "Justru karena Ibu di sini... kau harus menerima tawaran tersebut dan pergi dari sini."

Lyra menggeleng kasar, bibirnya bergetar. "Tidak! Aku tidak akan meninggalkan Ibu sendirian untuk disiksa oleh mereka!" Air mata panas mulai mengalir di pipi Lyra.

Lyra tahu siapa 'mereka' – ibu tirinya, Lady Ilmae, dan putri kesayangannya yang angkuh, Putri Lavinia.

Serephina menatap putrinya sendu, ia ingin Lyra pergi dari sini. Mungkin saja, ada kebahagiaan yang akan putrinya dapatkan daripada putrinya harus berakhir seperti dirinya.

"Ini kesempatanmu, Lyra. Satu-satunya kesempatan. Kaisar Edmure sudah mengeluarkan titah absolut. Lavinia yang seharusnya menikah dengan Leonhard Vordane. Jika kau menggantikannya..."

"Itu penipuan! Jika ketahuan, kepalaku yang akan menjadi taruhan! Mereka sengaja menjebakku, Bu!" Lyra memotong.

"Lebih baik mati mencoba bebas daripada mati perlahan di sini seperti Ibu, atau hidup selamanya sebagai aib dan pelayan di rumah ayahmu sendiri!" sergah Serephina, tatapan matanya yang redup, kini menajam. "Dengar, Nak. Gunakan kesempatan ini. Pernikahan ini... kunci...."

"Kunci apa yang kau maksud, wanita penzina?!"

Suara dingin dan penuh racun memecah keheningan lembap. Lady Ilmae d’Argelline berdiri di mulut lorong, dagunya terangkat angkuh, diapit oleh beberapa pengawal dan Putri Lavinia yang menyeringai kejam. Jubah beludru mereka tampak berbanding terbalik dengan kotoran penjara.

Lady Ilmae melangkah mendekat, kipas di tangan mengibas dengan jumawa. "Masih sempat meracuni pikiran anak harammu ini rupanya? Cepat, Lyra! Jangan buang waktu! Kau pikir Grand Duke Vordane mau menunggu pengantin penggantinya yang bau kotoran?"

Putri Lavinia memutar matanya dengan jijik. "Lihat dirimu, Lyra. Menyedihkan. Menangis untuk wanita yang sudah mencoreng nama baik keluarga kita. Seharusnya kau berterima kasih padaku. Aku memberimu kesempatan merasakan menjadi Grand Duchess sebelum kau membusuk bersama ibumu."

Gigi Lyra bergemelutuk, ia menghapus air matanya di pipi dengan kasar. "Aku lebih baik membusuk daripada harus terjebak dalam permainan kalian!"

Sepasang mata Lady Ilmae menyalak mendengar Lyra berbicara lantang. "Berani sekali kau meninggikan suaramu!" Lady Ilmae maju dan mencengkeram lengan Lyra kasar.

"Akhh!" Lyra meringis merasakan cengkeraman tangan Lady Ilmae pada lengannya.

"Dengar, kau tidak punya pilihan! Sekarang ikut kami! Ibumu akan baik-baik saja... selama kau menuruti perintah," sungut Lady Ilmae.

Ancaman terselubung itu membuat darah Lyra mendidih.

"Pergilah, Nak. Jangan pikirkan Ibu ... ini demi kebaikanmu...," ucap Serephina lirih.

Lyra mencoba meronta. Bagaimana bisa dia meninggalkan satu-satunya orang yang tulus menyayanginya, membiarkan ibunya terkurung sendirian di neraka lembab ini?

"Tidak! Lepaskan aku!"

Cengkeraman Ilmae semakin kuat, kuku-kukunya menusuk kulit lengan Lyra. "Diam kau, anak sialan! Seret dia, Lavinia!"

Lavinia mencebik kesal. "Tikus ini merepotkan sekali! Bisakah kau menurut saja dan jangan membangkang? Kau seharusnya bersyukur menggantikanku. Tikus menjijikkan sepertimu sebentar lagi akan menggunakan gaun pengantin terbaik yang dikirim langsung oleh kaisar! Bukankah itu suatu kehormatan bagi wanita sampah sepertimu, Lyra?" hina Putri Lavinia, ia ikut menarik lengan Lyra yang lain.

Lyra diseret paksa menjauh dari sel ibunya. "Persetan dengan gaun! Aku hanya ingin menemani ibuku!" Lyra menoleh ke belakang dengan putus asa. "Ibu, berjanjilah! Kau harus tetap kuat sampai aku datang menjemputmu!" ucap Lyra.

Serephina menatap kepergian putrinya dengan sendu. "Nak, Ibu percaya padamu!"

Itu adalah kata-kata terakhir yang Lyra dengar sebelum pintu besi berat di ujung lorong tertutup.

* *

Lyra berdiri kaku seperti patung kayu saat para pelayan memakaikan korset yang menyakitkan dan gaun pengantin bertabur berlian yang terasa asing di kulitnya.

Lavinia mengamati Lyra dengan pandangan mencemooh. "Lihat korset itu, Ibu. Bahkan itu tidak bisa menyembunyikan postur pelayannya. Grand Duke pasti langsung tahu dia ini adalah barang palsu."

Lady Ilmae memasang wajah acuh. "Setidaknya wajahnya lumayan. Dandani dia dengan benar, bodoh!" bentak Lady Ilmae pada pelayan yang tangannya gemetar. "Pakaikan perhiasan imitasi ini. Jangan sampai ada yang curiga jika pengantin wanitanya ini hanya wanita pengganti."

Lyra menatap dua wanita itu di dalam pantulan cermin dengan wajah tanpa ekspresi, tatapan Lyra tajam. "Apakah dengan menghinaku membuat Anda merasa lebih baik tentang diri Anda sendiri, Lady Ilmae? Atau mungkin... menutupi ketakutan Anda jika rencana ini gagal?" sindir Lyra tajam.

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Lyra. Bukan dari Lady Ilmae, tapi Lavinia.

"Jaga mulutmu, anak sialan! Kau pikir siapa dirimu? Kau hanya alat. Sekali pakai dan akan langsung dibuang!"

Pipi Lyra terasa panas, ia menolak untuk menangis, Lyra menatap lurus ke mata Lavinia. "Alat bisa berbalik menusuk tuannya, Putri."

"Kau ...."

Sebelum Lavinia bisa membalas, pintu terbuka. Bangsawan rendah Thalor d’Argelline masuk. Ayah Lyra. Pria yang seharusnya melindungi Lyra, kini menatap Lyra dengan ekspresi jijik yang sama seperti Ilmae.

Lyra yang melihat kehadiran ayahnya, naluri sebagai anak pun muncul. "Ayah... tolong. Hentikan ini. Ini salah. Ini akan menghancurkan kita semua jika Kaisar tahu..."

"Jangan panggil aku Ayah," potong Thalor.

Kedua pupil mata Lyra bergetar mendengar pernyataan dari sang ayah. Seharusnya, naluri bodoh dalam diri Lyra tak hadir. Padahal, dia tahu sendiri bagaimana ayahnya membencinya.

Mata Thalor menyapu Lyra dari atas ke bawah. "Kau adalah bukti hidup sebuah aib keluarga ini. Hasil perselingkuhan ibumu yang tak tahu malu. Jangan berpikir sedetik pun aku menganggapmu darah dagingku."

Harapan terakhir Lyra hancur berkeping-keping. Rasa sakitnya lebih perih dari tamparan Lavinia.

"Satu-satunya tugasmu sekarang adalah menggantikan Lavinia tanpa membuat kesalahan. Pergi ke kerajaan Vordane, menikahlah dengan anak kedua dari Count Albrecht, dan jangan pernah kembali. Jangan permalukan nama d’Argelline lebih jauh dari yang sudah dilakukan ibumu." Thalor berbalik, tak sanggup menatap Lyra lebih lama.

"Cepat selesaikan. Kereta sudah menunggu!" perintah Thalor sebelum berlalu tanpa menoleh lagi.

Lady Ilmae tersenyum penuh kemenangan. Lavinia terkekeh sinis. "Kau dengar itu? Bahkan ayahmu sendiri muak padamu. Sekarang, selesaikan riasanmu. Kau harus terlihat seperti pengantin, bukan seperti mayat hidup."

Lyra menatap pantulan dirinya di cermin, perkataan ayahnya sudah membuat Lyra semakin yakin dengan ucapan ibunya.

'Mencoba atau kau akan mati di sini dengan sia-sia.'

Para pelayan selesai memakaikan veil pengantin tebal.

Lady Ilmae mendorong tubuh Lyra kasar menuju pintu. "Sana, jalan! Ingat apa yang harus kau lakukan!" cetus Lady Ilmae.

Putri Lavinia mencondongkan wajahnya di belakang telinga Lyra. "Ingat ini baik-baik, jika kau gagal... jika Leonhard Vordane menolakmu atau Kaisar mengetahui penipuan ini..." Senyum kejam Lavinia terpatri di bibirnya. "... bukan hanya kau yang akan digantung di alun-alun. Tapi aku pribadi akan memastikan ibumu di penjara itu merasakan neraka di bumi setiap hari sampai akhir hayatnya."

Lady Ilmae tersenyum tipis. "Dan jangan lupa, kau harus menemukan bukti sesuai perintah Kaisar Edmure," Lady Ilmae menambahkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Palsu Grand Duke    21

    "Harus cepat!"Pikiran itu memacu Leonhard lebih kencang dari cambukan pada kudanya. Hutan di sekelilingnya mulai diselimuti bayang-bayang senja yang memanjang, membuat jarak pandang semakin terbatas. Setiap suara gemerisik daun atau patahan ranting membuat jantung Leonhard berdegup waspada. Di punggungnya tersandang busur dan kantung panah, sementara pedang Vordane yang setia tergantung di pinggangnya, siap terhunus.'Dasar wanita bodoh itu!' umpat Leonhard dalam hati, wajahnya mengeras karena cemas dan kesal. 'Jika terjadi sesuatu padanya sebelum pesta pengangkatan resmi dari Kaisar, posisiku di Utara bisa goyah. Kaisar akan punya alasan untuk mencampuri urusan Vordane lebih jauh. Aku harus membawanya ke Ibukota dalam keadaan utuh, suka atau tidak suka!' Ini bukan tentang cinta atau kasih sayang pada 'Lavinia'. Ini tentang politik, tentang kekuasaan, tentang harga diri Vordane.Tuk, tik, tak, tik, tuk! Kuda Leonhard meringkik, menerobos semak belukar dengan kecepatan penuh. Leonha

  • Istri Palsu Grand Duke    20

    “Damai sekali. Sekarang, aku sudah memiliki bukti tanaman yang dibawa oleh Mathilda. Jika dugaanku benar, aku harus memancing Mathilda melakukan kejahatannya di depan Grand Duke dan Count Albercht.” Pikiran itu memberi Lyra sedikit semangat di tengah kemelut yang ia hadapi.Setelah Mathilda menghilang beberapa saat yang lalu, Lyra menikmati kesendiriannya dalam memanen buah-buah yang cantik itu. "Wah, dapat banyak. Sepertinya aku juga harus membuat kue dan membagikannya pada para pelayan dan staf," gumam Lyra pelan. Wanita bermata emerald itu mulai bersenandung lagu masa kecil. Ia melangkah lebih dalam ke hutan, matanya berbinar menemukan rimbunnya pohon beri yang menjanjikan. Warna merah dan biru kehitaman buah-buahan itu terlihat memanggilnya. Sesekali, Lyra menyuapi buah yang dia petik itu ke mulutnya.“Hhhmmm … segar sekali!” Lyra memejamkan mata, merasakan rasa asam—manis yang lumer di mulutnya. Ia pun kembali memetik, senandung Lyra menjadi teman di kesunyian hutan. Namun,

  • Istri Palsu Grand Duke    19

    Di ruang duduk kediaman d’Argelline yang sederhana tetapi berusaha tampak mewah, Lady Ilmae mondar-mandir dengan gelisah, kipas di tangannya bergerak cepat. Selembar perkamen dengan segel Kekaisaran tergeletak di atas meja. Undangan resmi untuk Grand Duke Leonhard Vordane dan istrinya menghadiri pesta pengangkatan gelar di Ibukota, satu minggu lagi.Saudagar Thalor d’Argelline, suaminya, duduk dengan santai di kursi, mengamati istrinya dengan ekspresi bosan.Lady Ilmae berhenti mondar-mandir, menatap Thalor tajam sambil bersedekap dada. "Ini semua salahmu, Thalor! Sudah kubilang kita harus segera mengirim Margareth atau setidaknya memastikan si anak harammu itu melakukan tugasnya dengan benar! Sekarang lihat? Undangan dari Kaisar datang lebih dulu!" Suara Ilmae meninggi." ... Bagaimana kita menjelaskan pada Kaisar jika Lyra belum mendapatkan bukti apapun? Bagaimana jika Kaisar bertanya tentang tugas yang ia berikan pada 'Lavinia'?!" Tambah Ilmae. Thalor mendengus, meletakkan cangki

  • Istri Palsu Grand Duke    18

    Tiga hari telah berlalu sejak insiden kematian misterius pelayan bar. Leonhard duduk di meja kerjanya yang besar, tatapannya tajam mengarah pada Theo yang berdiri di hadapannya dengan sikap hormat namun santai."Jadi, Theo? Apa laporanmu setelah tiga hari mengawasi 'Grand Duchess'?" Suara Leonhard dingin, menyiratkan ketidaksabaran.Theo menghela napas pelan. "Yang Mulia, selama saya mendampingi Grand Duchess—belajar mengenai administrasi Vordane dan mengenali lingkungan kastil, saya tidak menemukan satu pun tanda-tanda aneh atau perilaku mencurigakan."Alis Leonhard terangkat. "Tidak ada sama sekali?""Tidak ada, Yang Mulia. Grand Duchess belajar dengan sangat baik dan cepat. Ia sopan pada semua pelayan, meskipun beberapa dari mereka jelas masih menjaga jarak. Dan..." Theo berhenti sejenak, "… Grand Dhucess bahkan beberapa kali terlihat di area dapur, mencoba membantu atau sekadar berbincang dengan para juru masak. Mereka bilang beliau cukup ramah."Leonhard mendengus kesal. Hasil in

  • Istri Palsu Grand Duke    17

    "Ssstt ...." pria yang menepuk pundak Lyra meletakkan jari telunjuknya di bibir. "Jangan bersuara, apa Yang Mulia ingin ketahuan sedang mengintai?" Lyra hampir terkena serangan jantung melihat pria berambut gondrong itu. Dan pertanyaan pria itu membuat Lyra merasa seperti tertangkap basah, meskipun ia hanya penasaran. Theo dengan sigap menarik lengan Lyra sedikit, menjauh dari celah pilar tempat Lyra bersembunyi. "Sungguh tidak berkelas seorang Grand Duchess membuntuti anggota keluarga Vordane lainnya. Apalagi menguping pembicaraan pribadi." Tegur Theo. Lyra menarik lengannya dari cekalan Theo. "Saya tidak membuntuti atau menguping. Saya hanya ... curiga melihat Lady Mathilda memberikan..." "Curiga?" Theo menebas ucapan Lyra, Ia sedikit memiringkan kepala. "Dengan segala hormat, Yang Mulia, di kastil ini, yang paling patut dicurigai saat ini adalah Anda." Kata-kata itu menusuk. "Jadi, bersikaplah seperti wanita bangsawan yang baik dan terhormat. Jika Anda tidak ingin menambah

  • Istri Palsu Grand Duke    16

    Perintah Kaisar Edmure telah dikeluarkan dari Ibukota kekaisaran. Surat resmi bersegel kini dalam perjalanan panjang menuju Utara, membawa undangan pesta pengangkatan yang penuh agenda tersembunyi. Namun, undangan dari Ibukota membutuhkan waktu untuk melintasi pegunungan dan hutan belantara menuju Kastil Vordane. ___"Kemana ya?" Lyra tampak celingak-celinguk di sebuah persimpangan koridor kastil megah yang terasa membingungkan. Wanita berambut hitam legam dengan mata hijau emerald yang kini tampak lebih hidup itu memperhatikan arah dengan saksama. Saat ini, Lyra sudah tampil lebih segar, ia mengenakan gaun informal berwarna hijau lumut yang senada dengan iris matanya, salah satu pilihan paling 'sopan' yang ia temukan."Ke kiri Sayap Timur... tempat Count dan Lady Celeste," gumam Lyra. "Ke kanan Sayap Barat... entah apa di sana. Berarti lurus ini... oh, penunjuknya bilang Sayap Utara! Ruang kerja Grand Duke pasti di sana!" Seru Lyra pelan pada dirinya sendiri, lalu melangkah dengan

  • Istri Palsu Grand Duke    15

    "Kau benar-benar wanita sinting!" sungut Leonhard. Pria bermata biru laut itu segera berpaling. Tidak tahan melihat tubuh polos istri palsunya. Debaran jantung Leonhard terasa maraton, melebihi saat ia berlari menerjang musuh. Di belakang tubuh Leonhard, Lyra memasang wajah polos seperti tak berdosa. Wajar bukan, seorang istri bertelanjang di depan suaminya? Di mana letak kesalahannya? Mengapa suaminya seperti melihat hantu, saat Lyra menawarkan diri? "Yang Mulia, saya hanya ingin menyapa. Bukankah membungkuk adalah sebuah kewajiban? Dan ... Melayani?" tanya Lyra polos. Leonard memijat pangkal hidungnya dengan frustrasi. Lagi-lagi ia mendapatkan skakmat dari Lyra, membalikkan perkataannya tempo itu. Ya, patuh dan sopan. "Dengar, itu bukan sapaan! Sapaanmu terlalu vulgar!" ujar Leonhard. Sret! Leonhard menarik kain sutra tirai pembatas, ia melempar ke belakang tanpa menoleh. "Tutupi tubuh kurusmu! Kau pikir aku anjing pemburu yang suka menyantap tulang? Dan to

  • Istri Palsu Grand Duke    14

    Pagi menjelang, setelah malam penuh teror dan pagi yang diwarnai tuduhan serta perintah baru untuk diawasi, Lyra kini tengah berendam dalam kolam pualam berisi air hangat yang menebarkan aroma mawar dan lavender. Uap tipis mengepul, memburamkan tepian ruangan mewah itu. Pelayan telah menyiapkan segalanya—minyak wangi, handuk tebal dan lembut, bahkan segelas kecil jus buah dingin di meja marmer kecil di sisi kolam. Tujuan Lyra hari ini, memulai peran barunya, belajar, dan mencari tahu seluk-beluk kastil terkutuk ini.'Dilayani seperti ini... disiapkan makanan tanpa harus mencuri dari dapur, tidur di ranjang empuk tanpa takut cambukan di pagi hari... rasanya seperti mimpi,' pikir Lyra sambil memejamkan mata, membiarkan kehangatan air memeluk tubuhnya yang masih terasa nyeri. Lyra tidak pernah membayangkan akan merasakan kenyamanan seperti ini. 'Benar-benar seperti seorang putri sungguhan.'Faktanya, kenyamanan itu datang dengan harga yang terlalu mahal. Sekilas bayangan masa lalunya

  • Istri Palsu Grand Duke    13

    Brak!Leonhard mendobrak pintu ruang dokumentasi dengan keras, membuat kertas-kertas di meja berhamburan pelan. Amarah atas keputusan ayahnya dan sikap menantang Lyra masih membara.Di dalam ruangan yang dipenuhi rak-rak buku dan gulungan perkamen, seorang pria berambut pirang panjang yang diikat rapi ke belakang, mengenakan kemeja putih berompi hitam, mendongak dari pekerjaannya. Wajah yang dingin dan aristokratik itu menatap Leonhard tanpa terkejut, hanya sedikit jengkel. Dia adalah Theo, sekretaris pribadi sekaligus teman satu angkatan Leonhard waktu di tempat pelatihan. "Yang Mulia Grand Duke, bisakah Anda setidaknya mencoba mengetuk pintu terlebih dahulu? Pintu yang baru saja Anda tendang itu sudah mengalami sepuluh kali perbaikan sejak saya menjadi sekretaris Anda." Ucapan Theo datar, tanpa takut, lebih seperti teguran pada teman lama.Leonhard tak bergeming mendengar sindiran Theo. Ia melangkah masuk, menjatuhkan dirinya dengan kasar ke sofa kulit di depan meja kerja Theo. D

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status