"Aku hanya berandai-andai saja," ucap Edgar."Aku nggak tahu ya, Gar. Tapi kalau itu beneran terjadi, mungkin aku bakal sedih... marah... tapi ujung-ujungnya aku percaya, yang bener bakal tetap berdiri. Yang salah... ya tinggal nunggu waktunya jatuh sendiri."Edgar menatap Nabil tajam. "Yuk mandi dulu, sebelum Maghrib."Saat Nabil keluar kamar, Edgar terduduk di ranjang. Nafasnya pendek-pendek. Tangannya gemetar saat menyentuh dada sendiri.Dia harus bilang.Entah bagaimana, entah kapan, tapi kebenaran harus keluar.Kalau tidak... dia akan terus hidup dalam penjara yang dia bangun sendiri."Kita kayak balik ke zaman pesantren, ya? Tapi ini versi semi-militer. Disuruh bangun subuh, disuruh baris, disuruh hormat." Nabil tertawa pelan saat darikamar mandi, dia lalu duduk di atas ranjang atas sambil menggoyangkan kaki.Edgar hanya mengangguk, tangannya sibuk membuka resleting tas. Dari dalam, ia mengeluarkan kaos, handuk, dan botol minum. Semuanya dilipat rapi, nyaris kaku."Tadi kamu dud
Terakhir Diperbarui : 2025-06-14 Baca selengkapnya