"Elok!"Suara itu datang dari luar jendela. Bukan Sari. Bukan Rima. Suara itu memanggilnya saat hari belum gelap. Di hari yang sama. Janji yang tadi ditepati.Dengan jantung berdebar, Elok mendekat ke jendela lalu mengintip melalui celah tirai. Gilang berdiri di seberang pagar, setengah bersembunyi di balik semak."Kita harus bicara. Sekarang."Elok membuka sedikit jendela. "Gilang, jangan ke sini lagi. Ini bahaya."Gilang menatap Elok gusar. "Aku enggak tahan lihat kamu terus kayak gini,” ucapnya. “Kamu enggak seharusnya ada di tempat ini, Elok. Kamu punya pilihan."Elok menghela napas. Dia tidak tega berkata pada Gilang. Tetapi, dia harus mengatakannya. "Pilihan itu bukan buat aku. Aku enggak bisa ninggalin rumah ini.""Karena takut sama Damar? Sama Pak Arya itu?" tanya Gilang pelan. Pria itu bahkan dengan kurang ajarnya memanggil Papanya dengan nama walau masih ada sebutan ‘Pak’ didepannya.Elok menunduk. “Kamu sudah tahu alasannya, Gilang,” ucap Elok. Gilang diam saja dan Elok kem
Terakhir Diperbarui : 2025-06-08 Baca selengkapnya