Tous les chapitres de : Chapitre 161 - Chapitre 170

Emily melanjutkan makannya. Saat ini dia merasa begitu lelah dan ingin segera mengajak Felix untuk pulang.Mereka pun pulang setelah selesai.Hari-hari kembali berlalu dengan tenang tanpa ada gangguan dari Alika lagi.Tapi tidak tahu ke depannya akan seperti apa lagi. Apakah Alika benar-benar telah menyesal, atau sekarang sedang menyusun rencana.Emily juga tidak pernah tahu. Tetapi setelah kejadian di restoran itu, Emily tidak lagi mendengar kabar Alika.Baguslah! Semoga saja akan seperti ini terus.Pagi ini Felix bangun lebih awal dan berkemas dengan terburu-buru."Felix. Ada apa?" tanya Emily saat melihat suaminya tampak tergesa-gesa bersiap.“Tidak ada yang serius. Hanya ada dua pertemuan penting—pagi dan menjelang siang. Aku khawatir kalau terlambat dan tidak bisa hadir di rapat pertama. Jadi aku harus berangkat lebih awal,” jawab Felix sambil melirik Emily yang masih bermalas-malasan di ranjang.“Tidak usah bangun. Lanjutkan tidurmu,” ucap Felix dengan nada lembut.“Tapi kamu be

Kelvin mengepalkan tangan di setir, menahan rasa bersalah yang mendera. "Jika terjadi sesuatu pada Emily, aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri..." pikirnya. Ia menyadari kini, mungkin dirinya adalah kesalahan terbesar dalam hidup wanita itu.Saat tiba di gedung tersebut, napas Kelvin tertahan. Pemandangan di atap itu membuat jantungnya nyaris berhenti: Emily berada di ujung kematian, tubuhnya tergantung di tepi gedung. Ia segera melangkah maju dan berbicara pelan pada Alika."Alika… lepaskan Emily. Mari pulang bersamaku." ucapnya dengan suara tenang namun jelas.Alika menatap Kelvin, air mata berlinang namun senyum miris tergurat di wajahnya."Kamu janji mau menikah denganku? Kamu akan mencintaiku seperti aku mencintaimu?"Tatapan Alika penuh harap."Aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali bertemu, Kelvin. Aku sudah memberikan segalanya demi cintaku padamu. Tapi kamu... kamu malah hanya melihat Emily. Padahal dia siapa? Dia bukan siapa-siapa, bahkan tak jelas siapa orang tua

Namun belum sempat dia bertanya, asisten Nyonya Mira masuk. Wanita itu menyerahkan selembar kertas pada Nyonya Mira. Lalu Nyonya Mira menunjukkan itu pada Emily. “Emily, maafkan ibu. Jika dari awal Ibu mengetahui semua ini dan dari awal memberitahumu, mungkin semua ini tidak akan terjadi.” Dengan tangan gemetar Emily menerima kertas yang disodorkan Nyonya Mira. Setelah membacanya dengan seksama, kedua matanya terbelalak. “Jadi benar apa yang dikatakan Alika kemarin? Aku adalah anak kandung Nyonya Mira?” Nyonya Mira, mengangguk. “Benar sayang, itu semua benar. Aku tidak menyadarinya dari awal. Aku benar-benar terlambat mengetahuinya. Dan setelah aku mengetahuinya pun aku masih mau menyembunyikan semuanya. Karena aku merasa waktu belum tepat untuk memberitahumu. Dan ternyata aku telah melakukan kesalahan. Karena terlambat memberitahumu.” Felix yang mendengar semua itu pun terkejut bukan main. Dia langsung bertanya Nyonya Mira. “Apa yang Anda katakan? Istriku adalah putri ka

Dia dengan tenang melihat ke luar jendela. Tapi bibir merahnya yang tertutup rapat itu menunjukkan bahwa perasaannya tidak tenang.Mirna yang melihat itu justru merasa tidak tenang.Walaupun Rania adalah anak dari keluarga Sanjaya, tapi dia bukanlah anak kandung yang dilahirkan oleh nyonya Sanjaya.Berdasarkan berita yang beredar, ibunya saat itu meninggal di rumah sakit karena melahirkannya, kemudian dia dibawa pulang oleh tuan besar Sanjaya atau Kakek Sanjaya dan saat itu Harun Sanjaya sudah menikah dengan Nyonya Sinta.Bagi pasangan suami istri itu, kedatangan Rania sangat tiba-tiba. Selain tuan besar Sanjaya, tidak ada anggota keluarga Sanjaya lain yang ingin melihatnya.Selama ini semua orang menganggap dirinya bukanlah Nona Besar keluarga Sanjaya, dia hanya anak haram Harun Sanjaya dari wanita jalang.Jadi Nona Besar keluarga Sanjaya adalah anak kandung Harun Sanjaya dan Sinta yang lebih muda darinya 2 tahun, yaitu Amelia.Saat ini, di kota X telah beredar kabar jika bulan depan

Harun Sanjaya merasa tidak nyaman melihat mata Rania, dia merasa seperti sedang melihat wanita itu sedang menghinanya dan itu membuatnya merasa benci dan jijik dalam sekejap.Harun Sanjaya berkata dalam hati, 'Dia adalah noda terbesar dalam hidupku! Ibu dan anak itu memiliki tahi lalat yang sama persis dan di tempat yang sama!'Dia menggertakkan giginya hingga pundaknya ikut bergerak, akhirnya tidak tidak tahan lagi dan kembali mengangkat tangan kanannya."Harun, jangan seperti ini, kita bicara baik-baik saja, jangan memukul anak." Sinta berpura-pura menahan suaminya itu.Meskipun Sinta berumur 40 tahun, tubuhnya kurus dan bagus karena dia menjaganya, dan matanya yang berair membuat orang melihatnya akan merasa kasihan.Rania berpikir, 'Mungkin ini kenapa orang mengatakan seorang ibu harus memiliki anak perempuan, Sinta dan Rania, mereka sama saja, selalu berpura-pura baik tapi hati mereka busuk!'Saat berada di depan orang lain maka Sinta selalu bersikap sebagai nyonya Sanjaya yang b