Sementara Melon sibuk menenangkan diri di dapur dengan membuat teh hangat, di sisi lain kota, suasana rumah Kiwi jauh dari hangat. Hening. Sepatu kerjanya masih tercecer di dekat pintu, jaket tergantung asal di sandaran kursi, dan motor yang baru saja ia kendarai terparkir miring di garasi. Kiwi duduk di sofa ruang tamu dengan baju yang belum sempat diganti. Ia menatap kosong ke arah televisi yang menyala tanpa suara, memainkan ulang acara masak sore hari. Namun pikirannya tak berada di sana. Masih tertinggal di depan rumah Melon—pada tatapan hening yang tak membalas, pada ucapan yang tak sempat terlontar. Tiba-tiba, suara bel rumah terdengar nyaring, memecah keheningan. Ding-dong! Kiwi mengerjap, berdiri dengan malas, lalu berjalan ke arah pintu. Begitu pintu terbuka, ia langsung terperangah. "Ibu? Ayah?" Sang ibu, Bu Nayla, masuk lebih dulu tanpa basa-basi. “Ya ampun, rumahmu kok kayak kapal pecah, Nak!” Di belakangnya, Pak Wiryo masuk dengan langkah pelan, membawa kantong pl
Terakhir Diperbarui : 2025-06-15 Baca selengkapnya