Baru saja Galih membalas pelukan Naila, suara kecil yang serak karena mengantuk memecah keheningan dari arah tangga.“Papa, Mama, kalau mau peluk-pelukan, jangan di ruang tamu dong. Ini ruang publik!” kata Gavin dengan nada sok dewasa, lengkap dengan tangan mungilnya yang bertolak pinggang.Naila spontan menoleh, kaget sekaligus geli. Galih menahan tawa yang hampir meledak, matanya berbinar menatap bocah itu.“Kamu belum tidur, Nak? Sudah malam,” ujarnya dengan suara lembut yang masih menyimpan sisa tawa.Gavin menguap lebar, lalu menggaruk kepala kecilnya. “Aku cuma haus. Mau ambil air putih.” Ia menuruni tangga dengan langkah goyah, rambut acak-acakan seperti sarang burung.Naila hendak berdiri, refleks ingin membantu, tapi Galih menahan tangannya pelan. “Tenang, Sayang,” bisiknya sambil tersenyum, “Gavin udah lima tahun, dia bisa ambil sendiri. Kalau tumpah, baru kita bantu.”Nai
Last Updated : 2025-10-25 Read more