All Chapters of Pengantin Dadakan Sang Mafia: Chapter 121 - Chapter 130

Mata si wanita menyipit dengan tatapan tidak senang. Saingan cintanya terlihat menyedihkan. Tidak ada yang istimewa dari gadis biasa ini.Maria, sang sekretaris sesaat kebingungan harus menjawab apa. Dia meletakkan nampan ke atas meja di depan sofa dan melihat sekilas pada ruangan yang biasanya bersih rapi menjadi berantakan di sana-sini. Dia tidak membantah ucapan wanita muda tadi yang mengatakan bahwa kantor bos baru saja dirampok.Dan sang perampok sedang berada di ruangan ini, tertangkap tangan sedang mengutak-atik pintu brankas."Nyonya Harrington, saya telah membuatkan teh hangat untuk Nyonya. Ada juga beberapa camilan. Silakan dinikmati." Maria mengabaikan pertanyaan si wanita muda. Dia berpaling pada Silvia. "Nona Silvia, jika Anda mau, Anda bisa ke ruang sebelah dan memilih minuman Anda sendiri."Anna telah melihat si wanita dan segera tahu bahwa wanita inilah yang sedang ditunggunya. Silvia ternyata benar. Akhirnya dia datang juga.Silvia sendiri langsung merasa cemas. Dia p

"Sayang, apa rapatnya sudah selesai? Aku sangat bosan menunggu dan mencari-cari sesuatu yang bisa kulakukan. Lihatlah, aku menemukan brankas ini." Anna memburu ke arah Felix dan menunjukkan hasil dari kebosanannya menunggu. Dia memeluk lengan besar Felix dan menggesek-gesekkan sisi wajahnya ke bahu pria itu, persis seperti anak kucing yang manja.Hati Felix yang semula muram kini terasa gatal. Gadis ini memang memiliki kemampuan mengubah suasana hatinya hanya dalam hitungan detik. Rapat yang menegangkan dengan para direktur tadi langsung sirna dari pikirannya begitu melihat tingkah Anna.Untungnya, pintu brankas masih tertutup rapat. Anna tidak mungkin bisa menemukan kombinasi angka yang tepat. Brankas itu menggunakan sistem keamanan berlapis dengan kode rahasia yang hanya Felix ketahui."Oh ya, aku dan bibi Ashbourne sedang melakukan taruhan. Kalau aku bisa membuka brankasnya, Bibi akan memberikan penghasilannya selama satu bulan kepadaku. Tapi bila aku tidak berhasil membukanya, aku

Suasana ruang kantor Felix yang awalnya sunyi dan tercekik oleh ketegangan, riuh dengan sorakan Anna. Tapi selain suaranya yang bergemuruh, semua orang tidak tahu harus berkata apa. Masing-masing dari mereka melirik Felix dan merasa serba salah untuk mengungkapkan reaksi yang jujur. Mereka hanya bisa saling pandang dengan ekspresi takjub.Beatrix berdiri membeku di tempatnya, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Sejak kapan Felix menjadi begitu bodoh dengan menjadikan tanggal pernikahannya sebagai kombinasi angka untuk brankasnya? Tapi melihat wajah tidak percaya Felix, sepertinya tidak begitu. Ini sangat aneh.Akhirnya Silvia berinisiatif lebih dulu. "Selamat, Nyonya," tulus dia berkata sambil membungkuk sedikit.Dia adalah orang yang merasa paling beruntung karena telah menolak taruhan yang sebelumnya didesakkan Anna padanya. Seandainya dia tergiur oleh iming-iming gaji yang dilipat gandakan, mungkin saat ini dialah yang harus gigit jari kehilangan gaji bulananny

Anna tidak tahu tentang restoran terbaik yang dimaksudkannya. Dia hanya mengatakan ingin makan di tempat yang enak tanpa memikirkan detailnya. Jadi, Erick yang akhirnya merekomendasikan tempat makan."Ada restoran bagus di daerah pusat kota. Makanannya lumayan," kata Erick sambil menyetir. "Kita ke sana saja."Felix sendiri tidak berkata apa-apa saat Erick menyebutkan nama restoran miliknya yang dikelola Edward, temannya. Dia tahu restoran itu dengan baik, tapi tidak merasa perlu menjelaskan hubungannya dengan tempat tersebut.Sampai di tempat yang dituju, mereka diarahkan ke ruang pribadi yang biasa digunakan Felix setiap pergi ke sana. Ruangan itu terletak di lantai dua dengan pemandangan taman yang tenang. Anna langsung tertarik dengan dekorasi yang sederhana namun elegan."Ruangannya bagus," komentar Anna sambil melihat sekeliling.Erick dan Silvia yang hendak pergi menyingkir ke tempat yang lain dipaksa duduk satu meja bersama oleh Anna."Kalian mau ke mana? Makan di sini saja,"

"Sekarang kau tidak boleh mangkir lagi. Kau harus membayar semua yang kami makan." Anna bahkan tidak bertanya kenapa Edward ada di sana. Dia pikir mereka hanya bertemu kebetulan saja. "Baiklah. Tidak masalah. Kalian bisa memesan sesuka hati kalian." Edward tertawa dalam hati. Dia tidak mengatakan akan membayar, tapi tidak juga mengatakan tidak akan membayar. Biarlah gadis ini berpikir sesuka hatinya. "Paman akan menyesal. Makanku sangat banyak. Dan aku akan memesan yang paling mahal." Anna tidak menyukai ketenangan Edward. Kenapa pria ini terlihat begitu santai? Apa pekerjaan pria ini? Apa dia sangat kaya? Restoran ini memiliki daftar menu yang sangat mahal. Dia berharap akan membuat pria menyebalkan ini menyesal telah mengolok-olok suaminya. Anna dengan antusias melihat-lihat daftar menu. Dia tidak peduli dengan jenis makanannya. Yang penting harganya mahal. Dia bahkan tidak peduli apakah makanan itu sesuai seleranya atau tidak. Yang terpenting, Edward harus mengeluarkan uang