Lahat ng Kabanata ng Hasrat Liar Suami Wasiatku: Kabanata 71 - Kabanata 80

Setelah dirawat di rumah sakit selama dua hari, akhirnya Cia pun diijinkan pulang. Kondisinya sudah stabil dengan ruam yang akhirnya menghilang. Darren dan Winny pun mengantar anak itu pulang dengan hati yang lega. "Selamat datang kembali ke rumah, Cia." Bik Erna memekik senang. "Bik Erna ...." "Iya, Sayang. Cia sudah segar?" Cia mengangguk. "Cia sudah segar, Cia sudah bisa menggambar lagi. Tapi kata Papa tidak perlu menggambar gedung tinggi lagi. Cia boleh gambar gunung saja." Winny mengerut tidak suka mendengarnya, tapi Bik Erna mengangguk sambil tersenyum senang. "Tentu saja. Cia bisa menggambar apa pun yang Cia mau." "Cia dengar kan? Cia boleh meminta apa saja dan Papa akan menurutinya. Papa janji, Sayang." "Yeay!" Cia memekik senang sambil langsung naik ke gendongan Darren. Darren sendiri menemani anaknya sepanjang hari, sebelum akhirnya ia bersiap untuk ke kantor sore itu. Namun, Cia melarangnya pergi. Bukan karena Cia terlalu merindukan Papanya itu, tapi karena Winn

"Sial!" Darren langsung mengumpat kecil begitu mendengar suara Cia masuk. Ia pun langsung menutup kembali jubah mandi Laura, begitu juga Laura yang panik mengikat jubah mandinya sendiri. "Papa lama!" seru Cia sambil menatap Laura yang membenarkan jubah mandinya. Rahang Darren masih mengeras karena amarahnya. Ia tidak pernah suka diganggu setiap kali bersama Laura, tapi Cia sudah mengganggu kemesraannya sebanyak dua kali. Darren kesal, tapi Darren juga tidak bisa marah pada anaknya itu. Sambil mengembuskan napas panjangnya, Darren pun menoleh ke arah Cia. "Cia, maaf Papa lama. Papa hanya sedang bicara dengan Aunty dan memanggilnya untuk makan malam bersama." Cia kembali menatap Laura dan mengangguk tanpa menjawab apa-apa. "Baiklah, Laura, aku keluar dulu! Aku menunggumu di ruang makan, kau harus makan. Kau dengar itu?" Darren menatap Laura intens dan Laura pun mengangguk. Lagi-lagi patuh pada Darren tanpa bisa membantah. Darren pun akhirnya keluar bersama Cia ke ruang makan dan

Darren tersenyum menatap Laura menyapa Anna. Akhirnya istrinya itu bisa bertemu dengan ibunya. Ini momen yang Darren tunggu-tunggu walaupun jujur saja ia belum pernah memikirkan kapan waktu yang pas untuk mengenalkan Laura secara resmi. Namun, momen yang pas tidak pernah bisa ditunggu, momen yang pas itu diciptakan. Dan Darren akan menciptakannya, Darren akan mengenalkan Laura sebagai istrinya hari ini juga. Laura sendiri masih tersenyum menatap Anna, begitu juga dengan Anna yang sejak pandangan pertama langsung menyukai Laura. Berbeda dengan pandangan pertamanya dengan Winny. Anna tidak pernah menyukai wanita yang dandanannya menor. Sekalipun sejak kecil Anna terbiasa hidup mewah, tapi ia sendiri tidak pernah menor. Itulah yang membuat Anna menyukai Laura yang terlihat hangat dan bersahaja. "Eh, tapi apa kita pernah bertemu sebelumnya, Laura? Mengapa Tante merasa kau sangat familiar." Laura mengerjapkan matanya, mungkin saja Anna pernah melihatnya bersama Yusak di suatu kesempat

"Diego!" Anna langsung menghambur masuk ke kamar Diego begitu suaminya itu sudah bisa dijenguk. Anna memeluk Diego begitu erat dan Diego pun langsung balas memeluk istrinya itu sambil tertawa. "Apa aku baru saja hampir mati, hah?" Anna yang mendengarnya langsung memukul dada suaminya itu dengan marah. "Kau pikir kau itu superman, hah? Terlambat sedikit saja kau sudah pindah alam, kau masih bisa tertawa?" omel Anna. "Auw, Sayang, kau memukul jantungku. Bagaimana kalau kambuh lagi?" lirih Diego yang langsung memegangi dadanya. Anna langsung panik. "Ya ampun, maafkan aku! Aku tidak sengaja!" Anna langsung mengusap sayang pada dada suaminya itu. Diego sampai tergelak sendiri. Sekalipun wajahnya masih pucat, tapi Diego berusaha terus tertawa. Sungguh, baru kali ini Diego merasa hampir mati saat berolahraga, tapi ia bersyukur Tuhan masih memberinya kesempatan berkumpul kembali dengan keluarganya. "Papa dan Mamamu masih seperti ABG terus. Mereka sudah tua tapi masih seperti remaja ya

"Wah wah, bagaimana bisa ada hal baik seperti ini? Janda bertemu duda, tidak ada hal yang lebih baik daripada itu." Winny dan Karina mendadak berbisik sendiri melihat Laura berkenalan dengan Jensen. "Kau benar, Karina. Lagipula si Laura itu mandul dan si Jensen sudah punya satu anak. Itu pas sekali. Dia tidak akan memaksa Laura harus hamil karena dia sendiri sudah punya anak.""Itu benar, Winny! Ya ampun, kebetulan yang menyenangkan. Tante Anna sendiri sepertinya juga punya maksud yang sama. Mungkin dia mau menjodohkan Laura dengan Jensen." "Aku tidak peduli, mau dengan Darwis atau Jensen, yang penting bukan dengan Darren," sahut Winny malas. "Tapi mulailah menjodohkan mereka, Karina. Biarkan semua orang fokus pada Laura dan Jensen, sedangkan aku akan tetap menjadi calon istri Darren." Semua orang pun masih menyambut Laura dengan hangat, sebelum mereka diajak ke ruang makan. Laura menyusul melangkah, tapi Darren mencekalnya. "Jangan dekat-dekat dengan duda itu! Lagipula untuk ap