Api kecil di perapian ruang utama menyala pelan. Nyala merah-oranye itu menari lembut di balik kayu-kayu kering, memberikan kehangatan yang menenangkan. Tapi di mata Alura, api itu bukan sekadar panas, melainkan lambang dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang kini mulai tumbuh di dalam dirinya. Ia duduk bersila di depan perapian, tangannya terbuka di pangkuan, dan matanya terpejam. Napasnya tenang, tapi tubuhnya terasa panas dari dalam. Getaran aneh sejak semalam tak kunjung reda. Kadang menyakitkan, kadang menggoda. Seolah ada sesuatu yang mencoba keluar atau... kembali masuk. Di belakangnya, Arga berdiri sambil menyandarkan tubuh pada tiang batu. Wajahnya tak sepenuhnya tenang. Matanya tajam, memperhatikan setiap reaksi kecil dari istrinya, siap bergerak kapan pun dibutuhkan. “Kau merasa apinya... terlalu panas?” tanya Arga pelan. Alura membuka matanya perlahan. “Bukan apinya,” jawabnya. “Tapi aku sendiri.” Ia menatap telapak tangannya, dan di sana, samar, muncul semburat m
Last Updated : 2025-06-29 Read more