Langkah Alura terasa berat ketika ia menaiki anak tangga menuju permukaan reruntuhan. Udara di bawah tanah masih melekat di kulitnya, dingin, tebal, dan mengandung sesuatu yang lebih tua dari waktu. Di belakangnya, Rafael menjaga jarak, matanya awas pada setiap sudut gelap. Arga menyusul terakhir, napasnya terengah-engah, dan gerak tubuhnya lebih lambat dari sebelumnya. Ketika mereka mencapai permukaan, dunia di atas telah berubah. Langit Vellen Thar kini bergaris, sebuah retakan panjang menjulur dari ujung barat ke timur, seperti kaca yang nyaris pecah. Cahaya dari balik awan berpendar aneh, tidak lagi hangat, melainkan mengandung kilatan merah tua yang menusuk mata. Angin tidak lagi hanya membawa debu. Ia membawa bisikan. Bisikan yang terlalu banyak, terlalu cepat, dan terlalu... hidup. Rafael mencabut pedangnya, bukan karena ancaman yang terlihat, melainkan karena naluri lamanya tidak bisa diam. "Tempat ini tidak diam lagi," gumamnya. Alura berdiri mematung di tengah halaman
Huling Na-update : 2025-07-05 Magbasa pa