Guruh petir masih bergema di benaknya ketika ia membuka mata. Dunia tampak retak, seperti batas antara mimpi dan kenyataan telah terhapus. Di hadapannya, padang berlubang terbentang sunyi, bekas reruntuhan gua tempat ia tersadar. Hujan telah reda, menyisakan udara lembap, bercampur bau tanah gosong dan abu tak bernama. Pedang hitam, yang dulunya emas, masih dalam genggamannya. Warnanya kini lebih gelap dari malam, dan auranya makin berat, seperti menarik jiwa ke jurang tanpa dasar. Kilatan merah melesat dari langit. “Desa... Desaku...” Bisikan itu meluncur dari hatinya, bukan dari mulut. Ada sesuatu yang membakar lebih cepat dari api, panik. Ia melangkah, namun suara lirih menghentikannya. “Nak… kau…” Suara itu lembut, penuh kasih, dan menua. Ia mengenali nada itu bahkan dalam detik sekarat. Bu Ah. Di antara reruntuhan kayu terbakar dan debu yang belum mengendap, tubuh tua itu tergeletak. Matanya terbuka, menatap Gohan seolah menahan rahasia besar di ujung hidup. “Ma… apa yang
Last Updated : 2025-07-21 Read more