Di sepanjang perjalanan pulang, suasana dalam mobil terasa berat. Bukan karena keheningan. Sebaliknya, suara cempreng penuh semangat dari Wulan memenuhi ruang tiada habisnya. HP Indra berdering, tampak dari layarnya itu panggilan dari Lukman, teman dekatnya. Pria itu mengajaknya keluar, menyuruhnya bawa Wulan ikut bersenang-senang. Puspa tetap tenang, wajahnya nggak menunjukkan riak emosi. Tapi begitu panggilan ditutup, ia berkata datar, “Berhenti di pinggir jalan. Aku mau pulang dulu.”Belum sempat Indra menanggapi, Wulan lebih dulu menyela, suaranya manis dibuat-buat. “Kak Puspa, ikut saja dengan kami. Mereka semua teman-teman Indra, kamu juga pasti kenal.” Kebaikan itu, jika memang kebaikan, terasa seperti belati manis berlapis racun. Puspa menggeleng. “Nggak perlu. Aku masih ada urusan lain.” Wulan tertawa kecil, seolah mereka sangat akrab. “Sudah malam begini, apa lagi yang harus dilakukan? Ayo ikutlah, ramai-ramai lebih seru. Kak Indra, benar, kan?” Indra nggak beri jawaban
Baca selengkapnya