Semua Bab Suami Sah di Siang Hari, Kekasih Gelap di Malam Hari : Bab 21 - Bab 30

Di ruang itu, Rani merasa sendirian. Semua kepercayaannya pada Adrian mulai retak. Gambarannya tentang pernikahan yang ia perjuangkan mati-matian, perlahan hancur seperti kaca yang dilempar batu.Tapi di sisi lain, ada bara kecil dalam dirinya. Bara yang lahir dari rasa sakit yang teramat dalam. Ia mengepalkan tangannya, mencoba menahan gemetar.“Tidak… aku tidak boleh kalah,” bisiknya pada diri sendiri. “Kalau aku menyerah sekarang, Aurora akan menang sepenuhnya. Dan Adrian… Adrian akan benar-benar pergi.”Namun ucapan itu tak cukup untuk menenangkan hatinya. Bayangan Adrian bersama Aurora terus berkelebat dalam kepalanya. Bagaimana jika semua yang ia takutkan memang nyata? Bagaimana jika Adrian benar-benar menyembunyikan sesuatu darinya?

Rani duduk di tepi ranjang, ponselnya masih tergenggam erat. Pesan mengancam dari nomor tak dikenal itu berulang kali berputar di kepalanya, seakan suara dingin yang menyusup ke dalam relung hati.Berhenti mencari. Atau kau akan kehilangan lebih dari sekadar suami.Jari-jarinya bergetar. Ia mencoba mengatur napas, tapi jantungnya berdetak kencang, nyaris menembus dada. “Apa maksudnya? Siapa yang berani mengirim ini?” bisiknya, hampir tak terdengar.Di dalam hati, Rani tahu ancaman itu bukan sekadar kalimat kosong. Ada sesuatu yang besar, sesuatu yang selama ini disembunyikan Adrian darinya. Dan kini, orang lain ikut campur seolah memperingatkan agar ia berhenti menggali kebenaran.Namun, semakin dilarang, semakin keras pula

Keesokan paginya, Rani bangun dengan rasa kantuk yang menumpuk, tapi pikirannya tetap berputar. Setiap detik sejak pesan terakhir masuk semalam terasa begitu panjang, seperti badai yang mengguncang hidupnya dari dalam. Ponsel di samping tempat tidur bergetar beberapa kali, tapi Rani sengaja tidak mengangkatnya. Ia tahu, siapa pun yang mengirim pesan itu sedang menunggunya, mengawasinya dari jarak tak terlihat.Dengan tubuh yang masih lelah, Rani memutuskan satu hal: ia tidak akan diam. Ia harus mulai menelusuri jejak mereka, mengetahui siapa yang mengancamnya dan seberapa dalam rahasia itu bisa menghancurkannya. Namun sebelum itu, satu pertanyaan mengganjal: bagaimana pihak itu bisa mengetahui “malam itu”? Bagaimana mereka tahu tentang rahasia yang selama ini ia kubur rapat-rapat?Ia duduk di depan laptop pribadinya, menyalakan koneksi internet. Jari-jarinya menari di keyboard, membuka akun lama, mencari nomor anonim, bahkan mengakses beberapa forum gelap tempat orang-orang sering men

Pagi itu, Rani duduk di ruang kerjanya, laptop terbuka di depannya. Tangannya bergerak cepat, menelusuri pesan, catatan, dan jejak digital yang mungkin menghubungkan Adrian dengan Aurora. Setiap klik membawa ketegangan baru, tapi rasa penasaran dan cemburu mendorongnya terus maju. Ia tahu, jika ingin melindungi rumah tangganya dan menghadapi Aurora, ia harus tahu semua kebenaran terlebih dahulu.Di layar laptop, satu pola mulai muncul: foto-foto, pesan singkat, dan dokumen yang terselip dalam jadwal Adrian. Semuanya menunjukkan bahwa Aurora pernah dekat, dan mungkin masih menyimpan perhatian yang tidak sepenuhnya hilang. Rani menelan ludah. Hatinya bergejolak—antara sakit, takut, tapi juga tekad untuk menghadapi kenyataan.Di sisi lain rumah, Adrian memperhatikan Rani dari ruang kerja. Tatapannya tajam, penuh rasa curiga. Ia merasakan perubahan sikap Rani

Pagi itu, sinar matahari menembus tirai jendela, namun Rani masih merasa tercekik oleh sisa-sisa malam sebelumnya. Ia menatap ponselnya, layar masih menyimpan pesan misterius itu. Kata-kata yang dingin dan menusuk hati.Ia menghela napas panjang, lalu membuka riwayat nomor tak dikenal tersebut. Sekilas, itu hanya deretan angka acak. Tapi matanya menangkap sesuatu: kode area yang asing, bukan dari kota mereka. Dengan jantung berdebar, ia menyalin nomor itu dan memasukkannya ke dalam aplikasi pelacak sederhana yang pernah ia gunakan dulu.Hasil pencarian muncul: nomor itu terdaftar di sebuah provider yang beroperasi di wilayah pinggiran kota, dekat kawasan bisnis tempat Adrian sering mengaku “lembur.”Darah Rani berdesir. “Jadi… orang ini benar-benar dekat dengan Adrian?” gumamnya.