“Jangan tidur, Alea! Bertahanlah!”Suara itu samar, panik, lalu menghilang begitu saja. Tubuhku terasa ringan, seolah melayang tanpa arah. Di sekitarku hanya ada gelap pekat, menelan semua suara dan cahaya. Aku ingin membuka mata, tapi kelopak mataku berat. Ingin bicara, tapi lidahku kelu.Aku… di mana?Yang kuingat terakhir kali hanyalah bunyi rem mobil yang berdecit keras, cahaya lampu yang menyilaukan, lalu benturan keras. Setelah itu kosong.Aku mencoba meraih sesuatu, tapi tanganku menembus udara. Semuanya hampa. Dadaku sesak, namun anehnya, tidak sakit. Hanya… dingin.“Apakah aku mati?” bisikku pada diri sendiri, suara itu hanya menggema dalam kepalaku.Tiba-tiba, cahaya kecil muncul jauh di depan sana. Aku berlari atau mungkin lebih tepatnya melayang ke arah cahaya itu. Semakin dekat, semakin terang, hingga membuatku harus menutup mata.Saat kubuka kembali, aku tidak lagi berada di kegelapan.Aku terbangun di sebuah ranjang megah dengan sprei putih bersulam benang emas. Di atas
Last Updated : 2025-09-20 Read more