Bayangan kaki itu berhenti. Bukan menjauh, tetapi tetap di depan pintu. “Betul. Itu sepatunya Laras, Pak.” Suara lantang Dirga terdengar dari kamar. Laras membelalak. Bagaimana mungkin Dirga bisa sejujur itu pada Pak Lurah? Seketika suhu tubuhnya yang sudah stabil, kembali dingin. Mencekam di antara ketegangan. Sungguh saat ini Laras seperti seseorang yang sedang berselingkuh dan akan ketahuan. Tidak! Ia menggeleng. Ini bukan perselingkuhan. Dirga hanya menolongnya, itu saja. “Maaf, Pak Dokter. Di desa ini, laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri atau ada hubungan darah, dilarang bermalam bersama,” tegas Pak Lurah, “ditakutkan terjadi hal yang …. Dokter juga paham.” “Tidak akan terjadi hal seperti itu. Tadi, Laras menumpang mobil saya, dan sepatunya tertinggal. Mau saya keringkan, tapi belom sempat,” jelas Dirga dengan suara mengalun lembut tanpa keraguan. “Jadi Dokter Laras tidak ada di sini, Dok? Syukur kalau begitu. Saya cuma khawatir, takutnya nanti digr
Last Updated : 2025-08-29 Read more