All Chapters of Baju Bekas Untuk Anakku: Chapter 31 - Chapter 40

Angga memejamkan mata, kenangan lima tahun lalu menyeruak dalam benaknya. Saat itu, ia sedang dimabuk cinta pada Rini, yang menurutnya adalah primadona kampung sebelah. Sudah lama Angga menaruh hati pada Rini, namun selama ini Rini tidak pernah menanggapinya dengan serius.Angga masih ingat jelas sore itu. Ia sedang menikmati kopi di sebuah kafe langganannya, ketika matanya tak sengaja menangkap sosok Rini yang sedang duduk di pojok ruangan. Rini terlihat sedang menangis, bahunya bergetar hebat.Dengan ragu, Angga menghampiri Rini. "Rin, Kamu Rinikan anaknya Pak Jun?, kamu kenapa? Ada masalah?" tanyanya lembut.Rini mendongak, air mata masih membasahi pipinya. Ia menatap Angga dengan tatapan sendu. "Nggak apa-apa, Bang. Cuma lagi ada masalah aja," jawabnya lirih.Angga duduk di samping Rini dan mengulurkan sapu tangannya untuk mengusap air matanya. "Cerita aja sama Abang. Siapa tahu Abang bisa bantu," ujarnya tulus.Rini akhirnya menceritakan masal

"Ada di kamar, Mas. Dari tadi belum bangun," jawab Nisa.Haris dan Risa kemudian berjalan menuju kamar Salma. Mereka mengetuk pintu dengan sopan, lalu masuk setelah mendengar sahutan dari dalam.Salma tampak terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat dan matanya sayu. "Haris? Risa? Kalian datang?" sapanya dengan suara pelan.Haris dan Risa mendekati Salma dan duduk di tepi tempat tidur. "Iya, Ma. Kita mau jenguk Mama," jawab Haris, berusaha menyembunyikan amarahnya setelah melihat sendiri kondisi sang Mama."Mama gimana keadaannya hari ini?" tanya Risa lembut sambil menyentuh kening Salma."Lumayan, Ris. Sudah agak enakan," jawab Salma.Suasana hening sejenak. Haris menarik napas dalam-dalam, lalu memulai pembicaraan. "Ma, Haris mau tanya soal kemarin," ujarnya dengan nada hati-hati.Salma mengerutkan keningnya. "Soal apa, Ris?" tanyanya."Soal Nisa yang nganterin lauk ke rumah Angga," jawab Haris. "Kenapa Mama nyuruh Nisa

Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter, Haris dan Risa memutuskan untuk menemani Salma di rumah sakit, sementara Nisa kembali ke rumah untuk memberitahu Lia tentang kondisi Salma.Sesampainya di rumah, Nisa langsung memeluk Lia sambil menangis. "Mbak, Mama sakit... Mama kena stroke ringan," isaknya.Lia terkejut mendengar kabar tersebut. Ia segera menenangkan Nisa dan mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang kondisi Salma."Nisa tenang ya. Sekarang Mama udah ada di rumah sakit, disana juga udah ada Haris sama Risa yang nemenin Mama," kata Lia lembut. "Kamu jangan khawatir, Mbak yakin Mama pasti kuat dan cepat sembuh.""Tapi Mbak, Nisa takut... Nisa takut Mama kenapa napa," isak Nisa.Lia memeluk Nisa erat. "Mbak ngerti perasaan kamu. Tapi kita harus berdoa semoga Mama cepat sembuh. Sekarang, kamu harus kuat dan bantu Mbak jagain Rania ya," ujarnya.Nisa mengangguk dan menghapus air matanya."Mbak juga pengen bisa ikut ke rumah sa

Nisa terdiam sejenak. Ia kemudian menceritakan kepada Angga tentang kejadian Salma pingsan dan dilarikan ke rumah sakit karena stroke ringan. Ia juga menceritakan tentang kondisi Salma yang sudah mulai membaik, namun masih harus dirawat inap.Selama Nisa bercerita, Angga mendengarkan dengan seksama dan wajahnya semakin pucat. Ia merasa sangat bersalah dan menyesal karena tidak berada di sisi ibunya saat ia sakit."Kenapa kamu nggak kasih tahu Mas dari awal, Nis? " tanya Angga dengan nada kecewa."Ya salah sendiri, siapa suruh nurut terus sama Mbak Rini? Udah tahu Mama sakit, masih aja mikirin yang lain," jawab Nisa dengan nada kesal. "Lagian, Mbak Risa sama Mas Haris juga udah ngurusin Mama kok. Nggak butuh bantuan Mas Angga juga."Angga terdiam. Ia tahu, Nisa benar. Ia telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berada di sisi ibunya. Ia merasa sangat bersalah dan menyesal."Mas mau jenguk Mama sekarang," kata Angga tiba-tiba sambil bangkit dari sofa.Nisa menatap Angga dengan tatapan sini

Setelah beberapa saat berbincang-bincang, Haris tiba-tiba tersenyum licik. Ia seolah mendapatkan ide cemerlang untuk memberikan pelajaran kepada Angga dan Rini."Dek, temenin Mas keluar sebentar yuk. Mas pengen beli sesuatu," ujar Haris dengan nada santai.Risa mengerutkan keningnya bingung. "Beli apa, Mas? Kan bisa nanti aja," jawabnya."Nggak bisa nanti, Dek. Ini penting banget. Lagian, kasihan kan Angga sama Rini dari tadi belum istirahat. Biar mereka yang jagain Mama sebentar," ujar Haris sambil melirik ke arah Angga dan Rini dengan tatapan penuh arti.Risa mengerti maksud suaminya. Ia tersenyum dan mengangguk setuju. "Ya udah deh, ayo," jawabnya.Risa kemudian berpamitan kepada Salma, Angga, dan Rini. "Ma, Risa sama Mas Haris keluar sebentar ya. Nanti kami balik lagi," ujarnya.Salma mengangguk. "Iya, hati-hati ya," jawabnya.Setelah berpamitan, Haris dan Risa keluar dari kamar Salma. Sebelum menutup pintu, Haris menyempatkan diri untuk menatap Angga dan Rini dengan tatapan menge