Wanua Poh Suruh tersembunyi jauh di balik batas hutan, sebuah noktah sunyi yang seolah tak tersentuh peradaban. Di sana, di antara rerimbunan pepohonan dan semak belukar yang belum terjamah, Mpu Kumbhayoni dan ketiga abdinya, Wiyuh Mega, Laturana, serta Megarana, mendirikan pondok sederhana. Dindingnya teranyam dari daun rumbia yang baru ditebang, atapnya ditopang bilah-bilah bambu muda yang diikat erat.Dinginnya malam mulai menggigit, menembus lapisan kain, seiring kegelapan merayap menggantikan semburat senja. Di dalam pondok, suasana membeku, sarat dengan kesedihan yang tak terucapkan, laksana bejana penuh kenangan pahit yang takkan pernah kosong. Mpu Kumbhayoni mencoba menyalakan api perapian, menerangi sebagian kecil sudut gelap yang kini menjadi perlindungan sementara mereka."Mari, Pangeran Talang Wisang," suara Mpu Kumbhayoni memecah keheningan, sarat kelembutan. Ia menyodorkan sesendok bubur nasi hangat ke bibir sang bocah, "Makanlah kiranya seteguk makanan ini, biarlah meng
Last Updated : 2025-10-11 Read more