Pagi berikutnya, suasana kampus jauh lebih ramai. Mahasiswa baru berseliweran dengan map kuning di tangan, beberapa sibuk mencari kelas, sebagian lain asyik ngobrol membentuk kelompok. Aurelya melangkah dengan wajah cemberut sambil menenteng botol minum. Ia masih kesal kalau mengingat kejadian kemarin di aula. “Nyebelin banget, sumpah. Baru ketemu udah bisa bikin emosi kayak gitu,” gumamnya pelan. Shafira yang berjalan di sampingnya cuma nyengir. “Rel, jangan bilang lo kepikiran terus gara-gara Raksa?” “Apaan sih, Fir! Nggak banget deh,” Aurelya menukas cepat, tapi pipinya memerah. Shafira sengaja menahan tawa. “Ya udah, gue diem. Tapi kalo lo ketemu dia lagi, jangan meledak-ledak kayak kemarin, ya. Malu diliatin anak satu angkatan.” Aurelya hanya mendengus dan melangkah lebih cepat. Namun, seolah semesta sengaja bercanda, dari arah berlawanan muncul Raksa. Dengan tas hitam tersampir di bahu, wajah datarnya tetap sama—tenang, dingin, seolah dunia nggak punya urusan penti
Last Updated : 2025-09-29 Read more