Langit Horizon Valley pagi itu berwarna abu-abu muda, seperti tirai tipis yang menggantung antara masa lalu dan masa depan. Rafa Alexander berdiri di balkon kamarnya, mengenakan kemeja putih sederhana. Dari kejauhan, terdengar suara anak-anak bernyanyi di lapangan Institut Human Resonance — lagu yang mereka ciptakan sendiri, tanpa bantuan program, tanpa algoritma. Murni dari hati.Ia menatap ke arah barisan pepohonan zaitun yang ditanam di sekeliling bangunan. Di bawahnya, Alya sedang mengajari anak-anak melukis cahaya — bukan cahaya langit, tapi cahaya yang mereka rasakan. Setiap anak melukis dengan warna berbeda; merah, biru, kuning, ungu. Tidak ada yang sama, tapi semuanya hidup.Rafa tersenyum. Dunia akhirnya punya denyut sendiri.Namun di antara ketenangan itu, ada sesuatu yang lain — samar, bergetar di udara. Bukan suara mesin, bukan sinyal digital, tapi sebuah gema halus, seolah udara membawa pesan dari jauh.Rafa memejamkan mata. Ia mengenal frekuensi itu.Suara yang sama yang
Terakhir Diperbarui : 2025-10-24 Baca selengkapnya