“Mas Ghani? Kok, bisa ada di sini?” kata Agnia wajahnya begitu semringah.Benar, kan! Dia punya pacar. Kelihatan dari wajahnya yang bahagia. Harusnya, Ayah nggak perlu bikin wasiat yang aneh-aneh.Aku melengos hendak jalan lagi. Buat apa ikutan basa-basi sama orang yang tidak dikenal? Apalagi urusan sama Agnia yang saat ini bikin nasibku tak bagus.“Aku baru makan di restoran di sebelah bridal shop tempatmu keluar tadi. Jadi benar, kamu mau menikah, ya?”“Iya, Mas. Kebetulan banget kita bertemu, ya,” jawab Agnia.“Mas, calonnya Agni, ya?”Pertanyaan itu membuatku terpaksa menoleh pada mereka.“Iya, benar,” jawabku menarik kedua ujung bibir walau berat sekali melakukannya.Orang itu mengulurkan tangan kanannya.Buat apa minta kenalan?Pada akhirnya, aku menyambut tangan kanannya itu. Kalimat yang terangkai di dalam hati, percuma diucapkan.“Namaku Ghani, dulu kakak kelasnya Agni waktu SMA. Tapi, kami satu kampus juga. Kami sering bertemu. Jadi lumayan akrab. Senang berkenalan dengan ca
Last Updated : 2025-10-08 Read more