“Simbah kenapa? Sakitnya kumat?” Kakeknya duduk setengah rebah, napas naik–turun pendek. Kulitnya legam, keriputnya dalam. Mata tua yang biasanya hangat kini berkabut.“Tenang, Trio. Hanya batuk.”“Ini bukan batuk biasa,” Satrio buru-buru menjerang air, memotong kunyit, menumbuk jahe.“Simbah minum hangat dulu, ya.”Kakek Satrio duduk, menatapnya, meringis, lalu tersenyum tipis. Tangan kurusnya meraih bantal, mengambil sesuatu dari bawahnya.“Ini,” katanya. Sebuah liontin tua berpindah ke tangan Satrio. Bingkai logam kusam, batu hijau bening di tengah yang punya kilau samar. Kilaunya menyimpan suatu rahasia panjang tentang rahasia keluarganya. “warisan keluarga. Pegang baik-baik. Jangan jatuh ke tangan orang serakah!”Satrio menyentuhnya. “Ini apa, Simbah? K-kok hangat?”“Nanti kamu tahu sendiri,” napas kakek memendek. “Ingatlah, tujuan utamamu bukan dunia! Jangan tunduk kalau dihina, jangan sombong kalau dipuji, tolong yang butuh, dan abaikan yang bersorak saat kamu jatuh!”“Jangan n
Last Updated : 2025-10-29 Read more