บททั้งหมดของ Suami Melarat yang Kunikahi, Ternyata Konglomerat!: บทที่ 21 - บทที่ 30

Elric menyimpan ponselnya dengan enggan. "Aku cuma menjaga reputasimu. Kalau nggak, anak ini sudah kukirim ke penjara sekarang juga!"Si pemilik buru-buru mengangguk. "Ya, ya, aku tahu kamu paling murah hati. Silakan duduk dulu di dalam.""Duduk apanya? Geledah saja dia! Lihat barangnya masih di dia atau nggak! Kalau keburu dipindahin, aku mau cari ke mana? Harga jamnya ratusan juta! Sekalipun aku punya uang, masa dibiarkan begitu saja?"Si pemilik hanya bisa menoleh ke Kei. "Kei, kamu sebenarnya ambil nggak? Kalau ambil, sekarang juga balikkan. Aku nggak akan marah.""Nggak!" Kei menegakkan lehernya dengan keras kepala.Elric melirik dua pegawai laki-laki di sampingnya, memberi isyarat dengan mata. "Geledah saja, biar jelas."Kedua pria itu, satu bertubuh gemuk dan satu bertubuh kurus, langsung maju untuk menggeledah Kei. Wajah Kei semakin gelap. Dia teringat apa yang Nayla ajarkan semalam, lalu berteriak kepada mereka, "Geledah ibumu sendiri! Jangan geledah aku!""Kamu ...!" Si pemil

Elric hendak merebut kembali jamnya, tetapi Nayla sudah lebih dulu mundur selangkah dan mengangkat jam itu tinggi-tinggi agar semua orang bisa melihat."Baik dari warna, berat, maupun teksturnya, jam ini berbeda jauh dari aslinya. Ini 100% palsu!"Kebetulan sekali, beberapa hari lalu Nayla baru saja menonton video dari seorang influenser mode yang membahas jam tangan ini, lengkap dengan cara membedakan mana yang asli dan palsu.Tadi dia terlalu panik karena masalah jam hilang itu, jadi tidak sempat memperhatikan. Baru tadi saat melihat sekilas, dia sadar warnanya tidak sesuai.Wajah Elric mulai memerah. "Omong kosong! Kamu cuma mau berdalih karena ketahuan mencuri!"Kei mengambil jam dari tangan Nayla, menatapnya sebentar, lalu berkata dengan suara tenang dan dalam, sama sekali tidak seperti seseorang yang punya kelainan. "Seri jam ini harganya sekitar 3,6 miliar. Setiap unitnya punya nomor seri tersendiri."Dia menatap Elric. "Kalau kita telepon perusahaan pembuatnya, mereka bisa kasi

Nayla sengaja menggandeng lengan Kei. "Masih pagi, tapi hari ini kita libur saja, nggak usah buka toko. Ayo jalan-jalan, buang semua hal yang bikin sedih!"Setidaknya, bisa melupakannya sementara juga bukan hal buruk.Kei yang digandeng dengan begitu akrab merasa jantungnya berdebar kencang, sampai-sampai nyaris salah tingkah. Nayla mulai berpikir serius. "Kalau kencan biasanya ngapain, ya? Gimana kalau kita nonton film saja dulu? Habis itu, makan di luar!""Nonton film? Boleh, boleh!" Mata Kei langsung berbinar.Mereka pun pergi ke bioskop. Di jadwal terdekat, ada dua film yang sedang tayang.Nayla melihat ke arah poster. "Kita nonton yang ini saja, film animasi. Kamu pasti suka."Dalam pikirannya, Kei itu seperti anak kecil berusia enam atau tujuh tahun, dan anak kecil pasti suka film kartun. Namun, Kei menarik pelan lengannya dan menunjuk ke poster di sebelahnya ... film romantis. "Aku mau nonton yang itu."Nayla mendengus sambil berjalan ke loket. "Memangnya kamu ngerti ceritanya?"

Nayla refleks langsung menyembunyikan ponselnya ke dalam selimut, pipinya memanas karena malu. Kei menatapnya penasaran dan bertanya dengan serius, "Kak, apa itu artinya naik ranjang?"Baru saat itulah Nayla sadar, anak polos ini sama sekali tidak mengerti istilah seperti itu. Kesadaran itu sedikit meringankan rasa malunya. Dia berdeham dua kali dan pura-pura menjelaskan dengan wajah serius, "Itu artinya cuma berbaring sama-sama di atas ranjang."Mata Kei langsung berbinar. "Aku suka berbaring di ranjang sama Kakak! Aku mau berbaring sama Kakak setiap hari!"Ucapan yang berani itu membuat Nayla langsung kehilangan kata-kata. Dia hanya bisa menghela napas. "Dasar bocah, tidur sana, tutup mata!"Melihat Kei menutup mata sambil tersenyum kecil, Nayla pun ikut tersenyum. Dia menganggapnya cuma ucapan polos anak kecil. Dia lalu mengambil kembali ponselnya dari dalam selimut dan mengirim pesan pada Miranda.[ Nggak ada apa-apa kok. Kamu tahu sendiri, rumahku kecil, cuma ada satu tempat tidur

Begitu menyebut soal uang, sikap Seren langsung berubah total. Dia bahkan lupa tujuan awalnya datang ke toko hari itu. "Jangan bermimpi! Kamu mau menghambur-hamburkan 400 juta untuk seorang idiot? Menurut Ibu, yang benar-benar bodoh itu justru kamu!"Harapan di mata Nayla seketika padam. Suaranya berubah dingin. "Kalau begitu, mulai sekarang jangan ganggu hidupku lagi. Aku dan Kei hidup dengan baik. Otaknya memang bermasalah, tapi dia tahu kapan harus peduli, tahu apa itu kasih sayang. Dia tulus padaku, lebih dari banyak orang waras yang berhati dingin!"Setelah mengusir ibunya, Nayla duduk lemas di kursi.Darah daging ... begitu kata orang. Namun baginya, hubungan darah hanyalah lelucon pahit.Demi mencari biaya operasi, Nayla memeras otak mencari cara agar usahanya bisa mendapat pemasukan lebih. Dia mencetak serangkaian brosur dan memanfaatkan waktu senggang di siang hari yang panas untuk membagikannya di sekitar toko.Selain itu, dia juga merekam kondisi salon dan mengunggahnya ke i