“Menikah dengan Keluarga Satria juga menguntungkan bisnis keluarga kita, kan? Tolong bantu atur secepatnya, Ma.”Ia menghirup napas, menahan tangis, lalu mendongak menatap langit. “Menikah dengan siapa pun sama saja.”Tepat setelah menutup teleponnya, ponsel Maria berbunyi ‘dingdong’. Itu notifikasi dari unggahan milik Nana Suherman, bahkan sengaja menandai dirinya.[Sudah berkeliling jauh, pada akhirnya tetap kamu.]Unggahan itu berupa foto akta nikah milik Nana dan Arhan. Jari tangan Arhan yang panjang dan berujung runcing ikut masuk frame, cincin kawinnya dengan Maria sudah lama tak ada di sana, hanya menyisakan bekas samar di kulitnya.Maria terkekeh dingin, lalu menekan tombol suka dengan asal. Hampir bersamaan dengan itu, pesan dari Arhan muncul.[Maria, Nana didiagnosis kanker stadium akhir. Dokter bilang dia hanya punya waktu tiga bulan. Sebagai paman yang membesarkannya sejak kecil, aku nggak bisa mengabaikan permintaan terakhirnya. Setelah dia pergi, kita menikah lagi.][Kamu
Read more