Share

Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan
Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan
Penulis: Dynasty

Bab 1

Penulis: Dynasty
“Menikah dengan Keluarga Satria juga menguntungkan bisnis keluarga kita, kan? Tolong bantu atur secepatnya, Ma.”

Ia menghirup napas, menahan tangis, lalu mendongak menatap langit. “Menikah dengan siapa pun sama saja.”

Tepat setelah menutup teleponnya, ponsel Maria berbunyi ‘dingdong’. Itu notifikasi dari unggahan milik Nana Suherman, bahkan sengaja menandai dirinya.

[Sudah berkeliling jauh, pada akhirnya tetap kamu.]

Unggahan itu berupa foto akta nikah milik Nana dan Arhan. Jari tangan Arhan yang panjang dan berujung runcing ikut masuk frame, cincin kawinnya dengan Maria sudah lama tak ada di sana, hanya menyisakan bekas samar di kulitnya.

Maria terkekeh dingin, lalu menekan tombol suka dengan asal. Hampir bersamaan dengan itu, pesan dari Arhan muncul.

[Maria, Nana didiagnosis kanker stadium akhir. Dokter bilang dia hanya punya waktu tiga bulan. Sebagai paman yang membesarkannya sejak kecil, aku nggak bisa mengabaikan permintaan terakhirnya. Setelah dia pergi, kita menikah lagi.]

[Kamu bisa mengerti, kan?]

Menatap pesan itu, hati Maria terasa seperti diremas, hidungnya pun memanas dan nyeri seperti mau menangis.

Dia tidak percaya bahwa Arhan tidak menyadari kalau laporan kanker stadium akhir milik Nana itu palsu. Tapi laki-laki itu tetap menuruti Nana.

Hal semacam ini bukan pertama kalinya.

Di hari pertama ia dan Arhan menikah, Nana tak sanggup menerima kenyataan, dia bahkan mengancam akan bunuh diri agar mereka bercerai. Jadi, belum 24 jam mereka memegang akta nikah, mereka sudah kembali lagi ke kantor catatan sipil untuk bercerai.

Satu kali menjadi dua kali. Nana selalu ada di antara mereka. Tiga tahun belakangan ini, ia dan Arhan sering sekali keluar masuk kantor catatan sipil sampai para pegawainya sudah hafal wajah mereka.

Waktu mereka bercerai terakhir kali, ia bahkan mendengar pegawai kantor itu bercanda sambil bertaruh, menebak berapa lama sampai mereka menikah lagi.

Maria bukan tak pernah marah pada Arhan. Tapi setiap kali ia mengutarakan protes, laki-laki itu hanya berkata, “Sebagai orang yang lebih tua, masa kamu mau memperhitungkan hal sepele dengan anak kecil?”

Dan Maria pun hanya bisa terdiam.

Selama ini ia selalu mengira Nana hanyalah anak kecil yang bergantung pada Arhan, seperti rasa obsesif terhadap keluarga yang datang dari ketergantungan. Karena itu, selama tiga tahun ini, ia mati-matian berusaha menyenangkan Nana, berharap gadis itu mau menerima dirinya sebagai bibi-nya.

Sampai malam itu…

Ia melihat Nana berlutut di depan ranjang Arhan, dengan hati-hati mencium bibir laki-laki itu, sambil berbisik lembut, “Pamanku… Aku mencintaimu…”

Saat itulah ia sadar, ia takkan pernah mendapatkan pengakuan dari Nana.

Ia duduk terdiam dalam gelap semalaman, tak kuasa menahan diri untuk tidak mengingat bagaimana ia pertama kali bertemu Arhan. Itu hanyalah kisah klise seorang pahlawan menyelamatkan gadis. Arhan menyelamatkannya dari segerombolan preman, dan sejak saat itu, ia jatuh cinta pada Arhan. Maria mulai sengaja menciptakan ‘kebetulan’ hanya demi bisa bertemu dengan Arhan lebih lama. Setelah cukup lama ‘kebetulan’ itu terjadi, Arhan pun menyadari ada yang tidak wajar.

Hari itu, dengan mata yang penuh kebahagiaan, Arhan bertanya pada Maria, “Maria, kamu… apa kamu suka padaku?”

Refleks, Maria bergegas ingin kabur, tapi Arhan berhasil menangkapnya.

“Maria, mau nggak menikah denganku?” ucap Arhan.

Mana mungkin Maria menolak? Maria mencintai Arhan, dan sungguh ingin menikah dengannya.

Hari itu, setelah berpikir lama, akhirnya ia memutuskan untuk memberitahu Arhan bahwa Nana mencintai Arhan, layaknya rasa cinta antara perempuan dan laki-laki. Ia berpikir, hubungan mereka tidak bisa selamanya dibayang-bayangi Nana. Namun ketika Maria baru sampai di depan pintu, ia melihat Arhan menundukkan kepala dan mengecup lembut kening Nana. Tatapan yang Arhan berikan pada gadis itu dipenuhi rasa sakit dan pengekangan.

“Nana, maaf…”

Arhan menggenggam tangan Nana, mencium setiap ruas jarinya, sambil berkali-kali mengulang, “Maaf… ini salahku yang tidak berani mengakuinya.”

“Nana, aku mencintaimu!”

Pada detik itu juga, Maria serasa disambar petir, darahnya seolah membeku sampai ujung jarinya pun seperti mati rasa.

Selama ini, setiap kali Nana memaksa mereka bercerai, Arhan memang selalu menuruti. Apakah sebenarnya Arhan juga diam-diam berharap bisa bersama Nana secara terang-terangan? Apa Maria hanya digunakan sebagai tameng saat Arhan sadar jika hal itu sudah melewati batas wajar?

Dan sekarang, untuk pertama kalinya, Arhan punya alasan yang ‘benar’ agar dapat menikahi Nana—karena hidup Nana tak lama lagi, ia ingin menemani gadis itu sampai akhir dan memenuhi keinginan terakhir Nana. Bukankah itu tampak ‘masuk akal’?

Meskipun, semua itu berasal dari bukti medis palsu yang Nana rekayasa.

Air mata Maria mengalir di pipinya. Cinta yang ia berikan dengan sepenuh hati ternyata hanya bumbu dalam kisah cinta orang lain.

Mungkin karena tak kunjung mendapat balasan, pesan Arhan kembali masuk.

[Aku janji padamu, Maria. Paling lama satu bulan, kita akan menikah lagi!]

Setiap kali mereka bercerai, Arhan selalu berjanji begitu.

Paling lama tiga hari, setelah Arhan menenangkan Nana, mereka akan rujuk.

Paling lama seminggu, kalau Nana sudah menerima, mereka akan rujuk.

Paling lama setengah bulan, kalau Nana sudah berhenti marah, mereka akan rujuk.

Kali ini, sama saja seperti semua perceraian sebelumnya. Hanya saja, Maria tak mau lagi dijadikan kain penutup di hubungan mereka.

Ia menggerakkan tangannya, membalas dengan satu kata, [Oke.] Lalu mematikan ponsel dan menyimpannya ke dalam saku.

Sebulan kemudian, Maria sudah menikah dengan orang lain.

Setelah itu, mereka akan jalani hidup masing-masing, dan Maria tidak ada sangkut pautnya lagi dengan Arhan!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan   Bab 24

    Mendengar kata “suami” keluar dari mulut Maria, senyum di sudut bibir Yesa hampir tak bisa ia tahan lagi. Sebaliknya, wajah Arhan semakin lama semakin pucat, seolah kehilangan warnanya sedikit demi sedikit.“Maria,” panggil Arhan dengan menunjukkan senyum pahit. “Jangan panggil dia begitu, kumohon…” rintihnya, seolah-olah ia mendengar suara hatinya sendiri pecah berderai, retak menjadi kepingan kecil yang jatuh ke tanah, dan tak mungkin disatukan lagi.“Kalau aku tidak memanggilnya ‘suami’, lalu harus memanggilnya apa?”Maria sudah berniat membuatnya terluka sampai batas. Ia mengangkat tangan dan memperlihatkan cincin pernikahan mereka berdua. “Lihat baik-baik. Aku sudah menikah.”“Arhan, bisakah kamu sedikit saja punya rasa malu?”Arhan dengan terseok mundur dua langkah. Selama ini ia selalu meyakinkan dirinya bahwa pernikahan Maria hanyalah sementara. Selama ia berusaha, selama Maria bisa melihat ketulusannya, ia pasti bisa merebut kembali hati perempuan itu. Namun sekarang, setiap k

  • Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan   Bab 23

    Begitu Yesa mengangkat papan nomornya, tak lama kemudian ada orang lain yang ikut mengangkat papan. Bukan hanya ia sendiri yang ikut menawar, Yesa bahkan sudah mengatur orang lain untuk saling balas-membalas harga dengannya.Melihat perkembangan yang sama sekali di luar perkiraannya, Arhan tertegun di tempat. Ia menggenggam kuat jeruji kandang, mendengarkan harga yang terus naik sampai akhirnya berada di angka yang benar-benar tak masuk akal. Orang yang ia tugaskan untuk menawar hingga batas tertentu tampak gelisah, terus menerus mengarahkan pandangan resah ke arahnya.Urat di tangan Arhan menegang. Ia menatap Maria yang duduk di sisi Yesa, di mata wanita itu hanya terpancar ekspresi dingin. Dan ketika tatapan mereka bertemu, Maria justru menampilkan sebuah senyum tipis yang bercampur penghinaan. Tanpa suara, ia mengucapkan dua kata.Arhan tentu bisa membaca gerakan bibir Maria dengan jelas. “Kamu cari masalah sendiri.”Kalau sampai titik ini Arhan masih tidak mengerti bahwa ini adalah

  • Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan   Bab 22

    Saat Yesa membawa Maria masuk ke ruangan, acara lelang baru saja dimulai. Banyak barang-barang bagus yang dilelang kali ini. Setiap kali Maria bertanya sedikit atau sekadar melirik lebih lama pada suatu barang, Yesa langsung menawarnya tanpa berkedip dan memenangkan barang itu untuknya.Maria menasihatinya agar tidak boros, tapi Yesa malah mengedipkan mata dan berkata, “Untuk istri sendiri, mana mungkin itu disebut boros.”Acara lelang hampir selesai, lalu sebuah kandang yang ditutup kain merah dibawa masuk. Saat Maria menatap kandang itu, entah kenapa perasaan tidak enak merayap di hatinya.Di sekitar mereka, bisik-bisik mulai terdengar.“Apa yang ada di dalam kandang itu? Kok dibuat misterius begitu?”“Mungkin hewan buas. Selalu saja ada orang yang suka hal-hal aneh begitu.”Kandang itu diletakkan di atas panggung, tidak menimbulkan suara apa pun. Setelah rasa penasaran penonton terbangun dan suasananya memuncak, seorang staf naik ke panggung dan tersenyum sambil membuka kain merah y

  • Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan   Bab 21

    Yesa diam sejenak sebelum bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba tanya begitu?”“Aku hanya…” Maria menarik napas dalam-dalam. “Merasa semua ini tidak nyata.”Maria punya masa lalu yang begitu buruk. Kalau dulu Nyonya Satria memilihnya karena nama Maria dipercaya membawa keberuntungan bagi Yesa, lalu setelah itu bagaimana? Yesa jelas-jelas sudah sadar, Yesa sepenuhnya bisa membatalkan pernikahan ini. Tapi mengapa ia malah bersedia menikahi Maria? Mengapa menikahi seseorang yang tidak punya kelebihan apa pun seperti dirinya?Kalau urusan hati, Maria yang sudah terluka terlalu dalam, meski terus mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak terjebak, hatinya tetap tidak bisa menolak kelembutan Yesa. Maria sendiri sulit menjelaskan perasaannya. Hanya saja, sebelum hatinya jatuh sepenuhnya, Maria ingin mendengar jawaban Yesa, setidaknya sekali saja.Ekspresi Maria tidak luput dari mata Yesa. Ia terdiam beberapa detik, kemudian perlahan berkata, “Mungkin kamu sudah lupa. Maria, sebenarnya kita sudah pe

  • Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan   Bab 20

    Suara Arhan semakin lama semakin menjaih, sampai akhirnya benar-benar menghilang tanpa jejak. Para tamu di aula akhirnya kembali mengalihkan perhatian pada acara. Meski baru saja menonton drama besar di depan mata, tak ada satu pun yang berani membicarakannya.Kejadian barusan membuat suasana hati Maria benar-benar buruk. Menyadari suasana hati istrinya merosot, Yesa menggenggam ringan tangan Maria, memberinya sedikit ketenangan.Pastor kembali mengulangi pertanyaan tadi, dan kali ini Maria dengan sungguh-sungguh menjawabnya, “Aku bersedia.”Setelah itu, acara pun berjalan lancar. Usai seluruh rangkaian upacara selesai, Maria dibawa masuk ke kamar pengantin. Kamar pengantin yang luas itu hanya menyisakan dirinya seorang. Semua yang terjadi siang tadi jelas mempengaruhi suasana hatinya, dadanya terasa sesak, gelisah, bahkan terselip sedikit rasa tidak tenang.Arhan tiba-tiba menerobos masuk ke pernikahan dan mengungkap masa lalunya, entah bagaimana Keluarga Satria akan memandangnya sete

  • Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan   Bab 19

    Suasana di antara para tamu sempat hening beberapa detik, lalu seketika bergemuruh seperti air mendidih.“Siapa laki-laki itu?”“Tadi dia bilang apa? Jangan menikah? Ya ampun, dia mau merebut pengantinnya?”“Merebut pengantin dari Keluarga Satria? Dia sudah bosan hidup, ya?”Kepala Maria seakan tidak berfungsi, ia menggigit bibirnya begitu keras sampai rasa amis darah memenuhi mulutnya. Ia sama sekali tak menyangka Arhan akan muncul di sini.Yesa menyadari perubahan Maria itu. Ia mengangkat tangannya, dengan lembut dan hati-hati menyeka sisa darah di bibir Maria. Suaranya masuk di pendengaran Maria dengan ringan, hangat dan stabil.“Maria, jangan gigit bibirmu. Sakit nanti.”Suara lembut itu seperti angin musim semi yang langsung menenangkan kekacauan di hati Maria.Melihat Yesa bersikap begitu akrab dan menjaga Maria, mata Arhan semakin merah. Ia melangkah maju ke arah altar, tetapi belum sempat mendekat, dua pengawal yang sudah disiapkan Yesa sebelumnya langsung menahan tubuhnya.“Ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status