Nur, menerima lamaran dari orang tua Wahyu, yang meminangnya untuk menjadi istri Wahyu, meski ia tahu benar, cinta Wahyu bukanlah untuknya.Wahyu, masih terbelenggu dengan cintanya pada Cantika. Wanita yang sudah disukainya sejak ia masih memakai seragam putih biru.Henny, saudara sepupu jauh Wahyu, yang mengharapkan cinta Wahyu. Yang berharap bisa jadi istri Wahyu, namun orang tua Wahyu memilih Nur untuk jadi menantunya."Kau memang istriku Nur, tapi kau hanya memiliki surat nikah itu, tidak tubuhku, apa lagi cintaku."Wahyu Herlan Syahputra."Kalian sudah menikah hampir satu tahun, tapi kenapa kamu belum hamil juga Nur? Apa ada yang tidak beres pada dirimu?" Henny Erliani'Bagaimana aku bisa hamil, jika Kak Wahyu saja tidak pernah menyentuhku'Nur Rahmasari.
View MoreNur menyeka peluh yang menetes di keningnya. Jarak yang harus ia tempuh, dari tempatnya bekerja, dengan rumah tempat ia tinggal, adalah dua kilometer jauhnya. Tapi sedikitpun ia tidak pernah mengeluh karena hal itu. Meski kadang ia merasakan pegal pada kakinya, karena harus mengayuh sepeda setiap hari. Nur merasa senang bekerja di butik itu. Ia bisa bertemu orang-orang baru setiap harinya. Karena terkadang, ia diminta membantu menjaga butik juga.
Butik tempat ia bekerja, sebagai pemasang payet memang cukup terkenal di kota Banjarbaru. Banyak istri pejabat, dan istri pengusaha sebagai langganan butik tempatnya bekerja. Pekerjaan itu di dapat, setelah ia mendengar ada lowongan, dari salah satu teman sekolahnya semasa SMA. Sebenarnya Nur ingin sekali meneruskan kuliah, tapi ia kasihan dengan ibunya, dan juga merasa tidak enak, karena terus menerus dibiayai pendidikannya oleh keluarga Cantika, sahabatnya.
Tiba di depan rumah yang ditempati, bersama Wahyu suaminya. Nur segera membuka kunci pintu pagar, lalu mendorong pintu pagar sedikit, agar cukup untuk ia, dan sepedanya masuk. Kemudian ia kembali mengunci pintu pagar, lalu memarkir sepedanya di samping garasi. Setelah memarkir sepedanya, Nur membuka kunci pintu depan, baru ia masuk ke dalam rumah. Pintu depan ia kunci lagi, dan ia cabut kuncinya. Agar Wahyu bisa membuka pintu dengan kunci yang dibawanya.
Nur masuk ke dapur, diletakan goodie bag berisi tempat bekalnya di atas meja dapur. Dibuka kulkas, diambil air mineral dingin dari sana. Lalu ia mengambil gelas di rak piring, setelah itu ia duduk di kursi dapur. Dituang air es dalam botol ke dalam gelas. Didekatkan bibir gelas ke bibirnya. Ia mengucap Basmalah sebelum meneguk air es itu, dan mengucap Alhamdulillah setelahnya.
Nur menarik napas dalam-dalam, lalu ia hembuskan dengan perlahan. Suara deru mobil mengagetkannya. Cepat ia bangkit dari duduknya, lalu ke luar dari dapur untuk masuk ke kamar, tidak lupa ia membawa botol air mineral, dan gelasnya. Suara mobil yang dimasukan ke halaman terdengar di telinganya. Nur menutup, dan mengunci pintu kamarnya.
Nur tahu kalau yang datang adalah Wahyu suaminya. Jika istri lain menyambut mesra suami yang baru pulang dari bekerja, maka Nur justru memilih untuk mengabaikannya. Ia tak ingin terlibat pembicaraan apapun lagi dengan Wahyu, suaminya. Sudah cukup selama satu tahun ini ia berusaha, tapi Wahyu tetap saja mengabaikannya.
Nur duduk di tepi pembaringan, jika tidak ingat akan perasaan ibunya, pasti ia memilih untuk berpisah saja. Tadinya Nur berpikir, kalau lambat laun Wahyu akan bisa menerima dirinya sebagai istri seperti seharusnya, namun harapan hanyalah tinggal harapan. Setelah setahun pernikahan mereka, Wahyu masih setia pada cintanya kepada Cantika. Bahkan sampai sekarang, Wahyu tak pernah menyentuhnya. Jangankan menyentuh, menatap saja Wahyu seperti terpaksa. Itu sungguh melukai hati Nur, dan kerap membuatnya harus meneteskan air mata. Bukan, bukan karena ia mencintai Wahyu, sehingga ia merasa terluka. Tapi karena ia merasa terhina, karena Wahyu seperti jijik kepadanya.
Nur mengambil handuk, lalu ia masuk ke dalam kamar mandi. Ia ingin segera membersihkan dirinya.
āāšµāā
Wahyu masuk ke dalam rumah, setelah memasukan mobil ke dalam garasi. Ia langsung masuk ke dalam kamar. Dibuka kancing kemeja satu persatu. Suara air dari kamar sebelah mengusik pendengarannya. Ia tahu kalau Nur sudah pulang dari bekerja, karena melihat sepeda yang terparkir di samping garasi.
Sebenarnya Nur tak perlu bekerja, karena Wahyu memiliki usaha dibidang perumahan, dan tanah kavling yang cukup maju. Tapi karena Wahyu tidak pernah mau menerima pelayanan dari Nur, Nur tak mau lagi menerima uang pemberian Wahyu barang sepeserpun.
Wahyu tidak pernah mau minum, dan makan apa yang dihidangkan Nur. Ia memilih membuat minum sendiri, dan memilih untuk makan di luar rumah. Wahyu tidak pernah mau pakaiannya dicuci oleh Nur, ia memilih memakai jasa laundry untuk urusan pakaiannya. Wahyu tidak pernah mengijinkan Nur masuk, dan membersihkan kamarnya, ia memilih untuk melakukannya sendiri.
Mereka bagai dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Jika Nur masuk ke dapur, dan Wahyu ada di sana, secepatnya Wahyu menyingkir dari dapur, tanpa menatap apa lagi berucap sepatah kata.
āāšµāā
Nur baru menyelesaikan sholat maghrib, ia ke luar dari kamar untuk membuat makan malam bagi dirinya. Melihat Wahyu ada di dalam dapur, Nur mengurungkan langkah untuk memasuki dapur. Ia heran kenapa Wahyu masih ada di rumah. Biasanya setelah maghrib, Wahyu selalu ke luar rumah untuk mencari makan malam. Nur memutar tubuh untuk meninggalkan dapur.
"Aku sudah selesai," ujar Wahyu dari balik punggungnya. Tubuh Nur menegang sesaat, ini pertama kali ia mendengar suara Wahyu sejak beberapa hari ini. Mereka memang tidak bicara, jika tidak ada yang penting betul.
Nur masih pada posisinya, Wahyu lewat di sampingnya dengan membawa cangkir, yang Nur yakin isinya kopi, karena tercium dari aromanya. Nur langsung memutar tubuh, dan melangkah untuk memasuki dapur. Ia tidak ingin bertatap muka dengan Wahyu.
"Tadi Ibu telpon, hari minggu kita diminta pulang." Wahyu menatap punggung Nur yang memasuki dapur.
"Ya," hanya itu sahutan Nur, tanpa ia menolehkan kepala, atau menghentikan langkahnya. Bukan karena ia tidak sopan jika ia berlaku demikian. Tapi ucapan Wahyu beberapa waktu lalu yang mengatakan, kalau wajah Nur membuat semangat hidupnya berkurang. Dan membuatnya malas untuk pulang kerumah, yang membuat Nur enggan bertatap muka dengan Wahyu.
Nur menyadari kalau dirinya tak sebanding dengan Cantika, wanita yang sangat dicintai Wahyu. Tak ada satu halpun yang bisa membuatnya bisa disandingkan dengan Cantika.
Cantika cantik, pintar, kaya, dan sangat baik. Wanita sempurna yang hampir tak ada celanya. Mungkin hanya sikap manjanya saja yang menjadi kekurangannya. Sedang dirinya, sejak kecil sudah yatim, dan harus ikut memulung barang bekas bersama ibunya. Hanya karena kebaikan keluarga Cantika, yang membuat hidup mereka berubah menjadi lebih baik.
Nur mengambil piring, lalu mengisi piringnya dengan nasi dari rice cooker. Ia membuka lemari makan, mengambil mangkok berisi ikan telang masak asam yang dimasaknya pagi tadi. Dibawa nasi, dan ikan ke luar dari dapur. Nur memilih makan di dalam kamarnya, sambil menikmati acara televisi dari tv tabung 14 inc bekas, yang dibeli dengan gajinya. Apa yang dimakannya, ia beli dari hasil jerih payahnya. Ia menolak uang pemberian Wahyu, karena Wahyu sendiri menolak untuk ia layani sebagaimana seharusnya seorang istri.
Nur tak lagi ingin memaksakan diri, untuk berusaha mengambil hati, dan perhatian Wahyu. Nur merasa sudah cukup, usahanya selama ini untuk hal itu.
āāšµBERSAMBUNGšµāā
Wahyu menggendong salah satu putranya, sementara Nur memberikan asi pada yang satu lagi."Masih sanggup kasih asi mereka tanpa ditambah susu formula, Nur?""Asiku banyak, Kak. Cukup untuk mereka berdua. Lagi pula kalau asi ekslusif, Insya Allah, berat badanku bisa cepat turun, tanpa diet""Tidak usah pakai diet, Nur. Aku tidak mau kamu sakit karena diet""Tapi badanku sebesar gentong begini, Kak""Tidak apa-apa, buatku tidak masalah bentuk tubuhmu seperti apa, yang penting hatimu, cintamu cuma milikku""Ehmn, Kakak gombal, ini mereka dengar""Ya sudah, gombalanku aku bisikin aja ya""Gombalnya nanti saja, Kakak. Kalau mereka sudah tidur""Hhh, mau gombalpun sekarang tidak bebas lagi, apa lagi mau main bola""Jangan mengeluh begitu dong, Kakak. Mereka harus jadi prioritas kita sekarang. Apapun yang kita lakukan, mereka berada pada urutan pertama yang harus kita pertimbangkan""Iya, aku tahu, sayang. Dzaka sudah se
Wahyu melepaskan ciumannya."Kakak" Nur menatap Wahyu dengan mata sayu."Apa?" Wahyu menaikan alisnya. Nur meraih telapak tangan Wahyu, lalu menempelkan di atas miliknya."Mau?" Wahyu menatap Nur dengan sorot mata tidak percaya. Dengan wajah merah padam, Nur menganggukan kepalanya pelan."Kata Ibu.. ""Ya sudah tidak usah!" Nur mendorong dada Wahyu agar menjauhinya."Jangan marah dong, aku cuma takut kamu sakit, Nurku sayang. Dalam hal ini aku pasti lebih menginginkannya dari kamu. Memangnya tidak apa-apa kalau kita main bola?""Pelan-pelan saja Kakak""Beneran tidak apa?""Iya, tapi pelan-pelan!" Sahut Nur mulai kesal."Kalau begitu siapa takut, ayo ke kamar, masih ada waktu sebelum maghrib!" Wahyu sekarang justru lebih bersemangat dari pada Nur. Dibantunya Nur berdiri, lalu dituntun istrinya untuk masuk ke kamar. Hatinya luar biasa bahagia, karena adiknya bisa dapat jatah juga sebelum waktunya puasa yang cukup lama.
Wahyu dan Bayu tercengang melihat undangan yang diserahkan Henny pada mereka. Keduanya saling pandang, lalu pecahlah tawa kakak beradik itu."Iih, kenapa tertawa!?" Seru Henny dengan mimik marah."Ini karma Henny!" Seru Bayu diantara tawanya. Wajah Henny semakin cemberut jadinya."Sekarang kamu kemakan omonganmu sendirikan, menghina Nur gajah, tidak tahunya sekarang kamu dapat calon suami gendut juga" ujar Wahyu."Tapi aku penasaran, bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Seorang Henny yang sangat mengagungkan kesempurnaan, bisa terjebak cinta seorang pria yang berat badannya berkelebihan.""Kalian ini ceriwis seperti perempuan!" Henny menghentakan kakinya gusar. Bayu masih tertawa, tapi Wahyu hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum di bibirnya."Ceritakan dong Hen, bagaimana bisa kamu dekat dengan si Willy" bujuk Bayu."Malas, nanti kalian tertawakan, datang tuh ke acara nikahan aku""Resepsinya kapan, ini baru nikahnyakan?""Rese
18+Nur duduk bersandar di kepala ranjang, Wahyu duduk di sampingnya sambil mengelus perut besar istrinya yang sudah jalan 7 bulan."Kamu akan jadi yang tercantik di rumah, Nur" ujar Wahyu sambil mengecup bakpao coklatnya yang kini sudah berubah warna lebih terang. Nur menolehkan kepalanya, Wahyu meraih kepala Nur. Bibir Wahyu mendarat di atas bibir Nur. Satu ciuman panjang yang harus berakhir saat Nur kehabisan napasnya."Kamu semakin hari semakin seksi" bisik Wahyu tepat di depan wajah Nur. Dihapusnya bekas ciuman mereka di bibir Nur dengan jempolnya."Kakak gombal!" Nur mencubit perut Wahyu dengan wajah merona."Gombalku halal dan bersertifikat, Sayang. Aku senang sekali melihat lekuk tubuhmu. Dua bukit kecil, satu gunung besar, dan satu bukit kecil yang penuh semak belukar" jemari Wahyu meluncur dari kedua dada Nur, lantas ke perut Nur, dan meluncur turun ke bawah perut Nur."Kakak, enghhh..akhkhhh" Nur mendesah pelan, saat jemari Wahyu menyib
Surat perjanjian bermateraipun dibuat di kantor Polisi. Henny berjanji untuk tidak akan mengganggu rumah tangga Wahyu dan Nur lagi. Jika dia mengingkari janjinya, maka Wahyu tidak akan lagi memaafkannya.Wahyu, Bayu, Ayahnya, Pengacara mereka, Ayah Henny, ibu Henny, dan Henny juga pengacara kekuarga Henny ke luar dari kantor Polisi. Di depan teras kantor Polisi mereka bertemu dengan Lindsy dan Tata yang digiring memasuki kantor Polisi."Mas Wahyu!" Seru keduanya terkejut saat melihat Wahyu."Mereka kenapa, Pak?" Tanya Wahyu pada Polisi yang menggiring Tata dan Lindsy yang penampilannya tanpak acak-acakan."Mereka membuat keributan di sebuah rumah makan, katanya memperebutkan seorang pria yang bernama Wahyu" jawab Polisi."Haah, kalian belum berhenti juga mencoba mendapatkan aku. Aku sudah punya istri. Sadar...sadar.. argghhh apa hebatnya aku sih sampai diperebutkan begini!" Wahyu mengusap rambutnya."Kalau begitu, silahkan anda mengikuti kami ke dal
Wahyu sudah melaporkan Henny ke Polisi, dengan membawa bukti rekamanan percakapan Henny dengan Bayu, juga rekaman saat Henny mengorek-ngorek sampah.Tuduhan untuk Henny adalah perbuatan tidak menyenangkan dan fitnah terhadap Nur.Polisi berjanji akan segera menindak lanjuti laporan mereka. Henny akan segera mendapatkan surat panggilan untuk di periksa.Siangnya Nur sudah diijinkan pulang, Wahyu membawa Nur pulang ke rumah orang tuanya, sementara barang-barang mereka belum selesai dipindahkan dari rumah lama.Nur ke luar dari mobil dengan dituntun oleh Wahyu dan ibunya. Ia melangkah dengan hati-hati, karena masih dilarang terlalu banyak bergerak, sampai kondisinya benar-benar stabil."Langsung ke kamar saja, Nur harus istirahat di atas ranjang. Tidak boleh ke mana-mana, sampai benar-benar aman kandungannya" ujar ibu Wahyu.Wahyu mendudukan Nur di atas ranjang, lalu diangkatnya kedua kaki Nur ke atas ranjang. Dibantunya Nur berbaring tel
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments