Kami duduk berhadapan di meja dapur. Saat itu, sudah lewat dari tengah malam, tapi demi mendengar tawarannya menuruti semua keinginanku, mendadak jadi semangat untuk segera membahasnya. Setelah menyeduh dua cangkir kopi beberapa menit yang lalu, kini kami menikmati aroma yang merebak di hadapan kami. "Katakan, apa yang kamu inginkan agar kamu maafin aku, Han?" Mas Reyfan memulai pembicaraan. "Kamu masih ingat kan pembicaraan kita tempo hari soal aku ingin buka usaha?" tanyaku mengingatkan. "Iya, ingat." Dia mengangguk. "Tolong siapkan modal buat aku, Mas." Kulihat dia mengerutkan dahi sebentar, tapi kemudian bertanya, "berapa yang kamu butuhkan?" "Seratus lima puluh juta saja." "Apa? tapi itu besar sekali, Han. Tabunganku nggak cukup kalau segitu. Kamu tahu sendiri kan kemarin habis beliin kamu mobil." "Oke, kalau gitu berapa yang bisa kamu kasih ke aku, Mas?" "Gimana kalau sepertiganya saja?" "Boleh aku liat?" Aku mengulurkan tangan, meminta ponselnya. Dengan ragu, dia pun
Last Updated : 2021-02-03 Read more