Pesona Dosen Killer

Pesona Dosen Killer

By:  Ulfah N  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.1
303 ratings
101Chapters
61.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dilarang melakukan plagiarisme *** Raina menyesal kuliah Matematika karena bertemu dosen Statistika yang kelihatannya modal tampang saja. Irham Nusahakam. Anehnya, nama itu mendadak berubah menjadi 'Dosen Ngebet Nikah' pada kontaknya. Siapa yang tahan dilamar dosen tampan sejagad kampus? Raina tidak ingin membuat dosen sombong itu semakin besar kepala! Dia harus berusaha menepis pesona dosen killer. Apa Raina bisa melakukannya? "Saya jomlo, tapi nggak sembarangan nikah juga kali, Pak!"

View More
Pesona Dosen Killer Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Ulfah N
Setelah 2 bulan bertapa akhirnya bisa buat ekstra bab juga :D :D
2023-12-16 22:37:01
0
user avatar
Ulfah N
Aduh aku ga kepikiran mau buat bab ekstra gimana .........
2023-10-12 08:45:06
0
user avatar
Ulfah N
And the last akhirnya happy ending juga... sorry ya aku tim happy ending. maaf banget readers semua Ini baru banget bangkit dari keterpurukan. makasih yaaa yang udah nemenin aku hampir dua tahun buat nyelesaiin ini semua. Makasih yang datang dan pergi. Tanpa readers apalah arti aku. :-* Love you All
2023-08-24 23:18:06
2
user avatar
Ulfah N
Raina otw pakai siger Sunda ...️
2023-07-15 17:42:34
2
user avatar
Ulfah N
Udah up dr kmrn malam tapi lupa infoooh. dah happy ending ya Raina Pak Irham. dahlah yaaa tamat wkwk
2023-06-30 18:52:23
2
user avatar
Ulfah N
maaf ya aku sibuk bgt real life jadi otak aku mandeg ga bisa mikirin kalimat indah :'( sedang mengumpulkan romansa yang berserakan dalam diri ini.
2023-06-08 23:01:12
1
user avatar
Ulfah N
pengen up tapi baru 200 kata wkwkwk
2023-05-27 20:40:26
2
user avatar
Ulfah N
Aku up yah
2023-05-26 18:34:18
4
user avatar
Ulfah N
aku udah update 2000 kata. lebih panjang dari biasanya. Selamat membaca. dikit lagi janur kuning melengkung.
2023-05-24 23:06:17
3
user avatar
Ulfah N
Aku harusnya update ya skrg? :D
2023-05-20 20:15:13
2
user avatar
Ulfah N
Pak Irham udah update ya :D
2023-05-13 10:02:35
3
user avatar
Ulfah N
Ini Raina udah lamaran Lho sama pak Irham, siapa yang udah nungguin lama? :D Akhirnya dikit lagi tamat.
2023-05-08 23:26:36
1
user avatar
Ulfah N
Sujud syukur bisa update 1 bab ... Happy reading semua. doakan aku dapat hidayah nulis bab selanjutnya.
2023-05-04 23:06:20
3
user avatar
Zheenius
thooor... update gak... aku ngambek nih -_-
2023-05-04 20:00:19
1
user avatar
Ulfah N
abisin dulu ketupat sama semur di rumah kalian baru nanti aku nulis gaess :D otw ke mana dulu kek gitu wkwk
2023-04-27 12:21:21
2
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 21
101 Chapters
Bab 1 First Impression Bertemu Dosen Killer
Kalau ada anak kuliahan yang berpikir dosen ganteng kebanyakan killer bin belagu, itu benar! Semester enam ini Raina mendapatkan mata kuliah dengan dosen paling viral sejagad kampusnya. Mata kuliah statistika dengan dosen tampan rupawan yaitu Pak Irham Nusahakam. Kadang dia berpikir, temannya, Anes, terlalu berlebihan saat menganggap Pak Irham sebagai pria paling ganteng di kampus ini. Mau dikemanakan wajah karismatik Adli, gebetannya sejak awal masuk dunia perkuliahan?Mata kuliah Statistika yang katanya penting untuk mengolah data saat skripsi bisa saja membuatnya pingsan. Mean, median, dan modus yang terus-menerus dihitung kadang juga membuat kepalanya mendadak migrain. Raina setengah mati ingin cepat-cepat menyelesaikan mata kuliah ini. Masa bodo dengan dosen tampan. Emang gue pikirin. Batinnya.Pagi ini, para mahasiswa sudah menantikan kedatangan dosen yang selalu asyik diperbincangkan. Bayangkan, cowok yang katanya tampan itu masih jomlo alias belum sold out. Mana tahu, 'kan, sal
Read more
Bab 2 Nikah beneran?
Setelah berhasil tertawa sambil menahan diri agar tidak sampai terjungkal, Raina keluar ruangan tanpa pamit. Irham mengacak rambutnya. Pria itu juga mengeluarkan buku sketsa milik Raina dari nakas dan membantingnya lagi ke atas meja. Dia meluapkan emosi pada diri sendiri mengingat pembicaraan yang didominasi oleh wanita itu. "Saya jomlo, tapi nggak sembarangan nikah juga kali, Pak!" Raina kesal saat Irham menolak untuk mengembalikan bukunya dan berpura-pura tidak tahu di mana letak buku tersebut. "Kamu nggak akan menyesal nikah sama saya," ucap Irham dengan percaya diri. "Pak, saya pikir ini kantor, bukan drama series. Adegan murid nikah sama dosen killer cuma ada di film!" "Untuk itu, kita bisa buat ini menjadi kenyataan." "Boleh! Tapi jangan sama saya, Pak!" Raina mulai sewot. "Balikin, dong, Pak, buku saya!" Wanita itu menyedekapkan tangannya. "Kita lihat seberapa penting buku ini sehingga bisa ditukar dengan pernikahan?" Irham menahan diri agar tidak naik satu oktaf pun. Ra
Read more
Bab 3 Rumah Penuh Kenangan
Raina tiba di rumahnya setelah mengayuh sepeda dengan segenap emosi yang ada. Dia tidak peduli di mana Anes tertinggal. Dipanggil berkali-kali pun, wanita itu tetap ingin segera kabur dari kampus. Rumah Raina memang tidak terlalu jauh dari Universitas Indraprasta. Sepeda merah muda adalah the only one yang paling setia bagi wanita itu. Biasanya, dia bersepeda dengan senyuman sambil menikmati angin dan view jalan. Namun, kali ini tidak. Sepanjang waktu Raina hanya fokus pada ujung jalan agar segera sampai ke rumah. Jalanan komplek tidak pernah lebih sepi dari perasaan. Angin yang mengiringi laju sepeda wanita itu selalu menambah ketenangan. Raina turun dari sepeda dan mengambil anak kunci dari dalam tas. Dia membuka gerbang berwarna emas tersebut. Raina berdecak menatap sebelah dinding muka rumahnya yang belum sempurna. Dia bahkan lupa merapikan perlengkapan mengecat sebelum pergi kuliah tadi pagi. Wanita itu segera memarkirkan sepeda di teras dan buru-buru membuka pintu. Pikiran R
Read more
Bab 4 Say No To Be Norak
Raina tidak pernah terpikir satu detik pun untuk berkenalan dengan Irham Nusahakam. Anes tahu betul bagaimana wanita itu mengomel tiap kali melihat mahasiswi-mahasiswi terpaku melihat sosok dosen tersebut melintasi mereka. Celetukan-celetukan pedas keluar dari bibir tipisnya. Tatapan mupeng teman-teman dianggap norak. Lucu, nggak, sih, bila akhirnya dia yang berakhir menikah dengan ... you know who?Anes dan Raina duduk berhadapan di Kafe Kedap-kedip yang berada tak jauh dari gerbang kampus. Dengan usilnya, Anes menyodorkan kentang goreng ke mulut sahabatnya. "Makan biar berpikir jernih!""Apaan, sih? Pikiran gue udah bening begini." Raina tetap mengunyah kentang tadi."Kita reka ulang adegan," ucap Anes."Apaan?" Raina menyedot jus buah naga ya yang kalah merah dari warna kemeja Anes hari ini."Pak Irham, nggak mungkin tiba-tiba ngajak nikah. Pasti, dia udah mantau lo dari lama.""Tapi gue nggak merasa dia mantau gue. Tiba-tiba aja semua."Anes merapikan poni. Dahinya sudah berkeringa
Read more
Bab 5 Kapan Kita Bisa Bicara
"Ada Adli di belakang gue?"Raina ingin menelan pertanyaan tadi saat melihat siapa pria yang mencoba duduk di sebelahnya. Dia menajamkan pandangan pada Anes yang mengangkat bahu. Apa sekarang dirinya sedang terperosok dalam dunia komik? Raina tak ingin menoleh sedikit pun pada wajah yang diyakini sedang menunggu respons.Menggigit bibir pelan adalah kebiasaan Raina saat kebingungan. Dia berusaha menenangkan diri dengan pasminanya yang kali ini berwarna hijau melon. Anes pasti sudah mengatur makan siang ini. Begitu pikir Raina. Satu-satunya orang yang mencurigakan hanya wanita berkemeja merah yang mirip karyawan magang itu. Lihatlah! Anes hanya bisa cengengesan tanpa rasa dosa."Nes, kita bukannya ada jam sekarang?" Raina pura-pura tersenyum. Dia mengabaikan Irham, seolah tak ada saja."Tiga puluh menit lagi," jawab Anes riang.Raina mengernyitkan dahi antara kesal kepada Anes atau dirinya sendiri. Ayam bakar di hadapannya sudah terlihat tidak menarik lagi.Please, otak, susunlah kalim
Read more
Bab 6 Please, Save Raina!
Bagaimana bisa seorang mahasiswi jurusan pendidikan matematika dari awal berpikir kuliahnya akan terhindar dari mata kuliah hitung-menghitung? Mana mungkin bisa! Statistika I saja sudah cukup membuat Raina pusing, apalagi ditambah dengan hal-hal menyebalkan belakangan ini. Bagaimana dia bisa lulus untuk Statistika II? Raina menghampiri kursi Adli dengan wajah kusut. "Geser, dong!" Adli menggeser duduknya ke sebelah dan membiarkan temannya. "Tumben duduk sama gue!" Dia tersenyum menatap wajah suntuk Raina. "Gue gencatan senjata sama Anes mulai hari ini!" Wanita itu mengeluarkan buku dari tas dengan kasar. Adli tertawa renyah. Dia menyugar rambutnya. "Ada perang apaan emang?" Raina yang menyaksikan langsung ketampanan pria di sebelahnya itu langsung menahan senyum. Di mana harga diri kalau kentara sekali tampang mupengnya? "Lo tim gue atau Anes?" Adli Winata pura-pura berpikir. Matanya tak putus melihat gerak-gerik lucu Raina. Dia bisa melihat wanita itu memainkan pulpen karena is
Read more
Bab 7 Ada Saya Yang Sayang Kamu
Sepanjang penjelasan matkul Statistika, Raina tak henti-henti menghela napas. Bagaimana tidak? Tiap memejamkan mata, ada visual Irham Nusahakam di hadapan wajahnya."Sekarang masih rabun dekat?" Kalimat garing itu terus terngiang-ngiang di telinga Raina.Kalau mau tahu bagaimana perasaan wanita itu? Rasanya kesal sekali seperti ingin membanting buku sekarang juga. Memang ada apa dengan wajah--tampan--itu? Apa bisa menghilangkan rabun dan sakit mata lainnya? Argh! Raina menekuk wajah.Dia memang beralibi saja tadi. Siapa juga yang mau duduk di depan bapak-bapak ngebet nikah? Raina mengangkat wajah. Pandangan yang sejak awal pura-pura fokus pada buku, kini berpusat kepada pria berumur 30-an. Sebenarnya, Irham Nusahakam tidak cukup tua untuk dipanggil bapak. Namun, Raina hanya ingin menegaskan bahwa sebatas itu saja rasa hormatnya pada dosen tersebut.Kejengkelan atas sikap Irham yang mendominasi kelas membuat Raina ogah-ogahan mengerjakan soal. Dia bahkan tidak menanggapi getar HP-nya s
Read more
Bab 8 Pria Yang Tidak Punya Kekurangan
"Kenapa?" Anes sudah menunggu di lobi. Wanita berambut sebahu itu tergopoh menghampiri Raina yang saat itu berwajah sumpek. Dia memamerkan senyum yang tak terbalas. "Nggak!" "Pak Irham ngomong apa?" "Kok tau gue ngobrol sebentar sama Pak Nusakambangan?" Anes berdecak, lalu tertawa. "Orang-orang sekelas juga tahu kalo lo ngobrol sama Pak Irham. Mereka malah pengennya diajak ngobrol, dong." Raina menatap Anes dengan mata penuh kegalauan. Mereka masih berdiri di depan lobi. "Aneh banget, sih." "Aneh kenapa? Anggap aja mukjizat turun dari langit!" "Apa yang orang lain anggap mukjizat kan belum tentu mukjizat bagi kita." "Pak Irham kurang apa, Rai?" Anes menepuk bahu Raina. Dia menatap manik mata sahabatnya. "Kekurangannya Pak Irham, nggak punya kekurangan, 'kan?" Raina kesal melihat mata berbinar Anes yang terlalu dibuat-buat. "Iya, nggak kurang apa-apa. Cuma satu. Kurang waras!" Anes tertawa terbahak-bahak sehingga membuat orang-orang di sekitar mereka menoleh. "Kurang warasn
Read more
Bab 9 Skinship Tipis
Hal yang paling ingin dilakukan Raina saat ini adalah pergi. Entah apa pun maksud Irham. Dia tidak peduli. Apa katanya tadi? "Seharusnya, kamu datang lebih cepat." Apa, sih, maksudnya? Raina terus berpikir sambil mengayuh sepeda. Dia meninggalkan rumah Anes begitu saja. Tak peduli atas reaksi berlebihan tersebut. Ya, feedback-nya terhadap Irham Nusahakam cenderung berlebihan sehingga Raina sendiri tidak begitu paham atas tindakannya. Raina bahkan tidak sadar Irham sudah memarkir mobilnya di depan jalan. Dia menghela napas dan terpaksa berhenti. Tom and Jerry bahkan tidak serumit ini dalam hal main kejar-kejaran. Pria dengan style kemeja garis-garis vertikal hitam itu keluar dari mobil. Dia berjalan pelan dengan tatapan lurus ke mata Raina. Ada degup jantung yang tidak bisa ditahan. Sudah lama dirinya tidak mengejar wanita. Tentu saja ini sangat melelahkan. Di saat banyak gadis tertarik padanya, Raina malah setengah mati ingin menghindar. Raina bergeming di atas sepeda. Dia ingin m
Read more
Bab 10 Stalking Raina
Lima puluh tujuh panggilan tak terjawab dari Anes membuat Raina tersenyum puas. Belum lagi, deretan chat yang diabaikan. Hal ini pasti membuat temannya menderita. "Nikmatilah rahasia itu sendiri!" ucap Raina sambil menatap layar HP-nya malas. Dia memasukkan kembali benda itu ke dalam saku jaketnya."Sumpah! Berisik banget ini orang satu!" Langkah kecil wanita itu terus menyusuri stasiun Bogor. Dia menghela napas saat melihat jalan panjang di depannya. Bagaimana mungkin stasiun Bogor bisa luas dan sangat melelahkan begini? Begitu pikir Raina. Pada stasiun Bogor, jarak antara peron dan pintu keluar memang lumayan jauh. Itu sangat mampu membuat kaki ramping Raina sedikit encok. Perjalanan sendiri selalu terasa lebih menyedihkan, bukan? Kalau saja berdua cowok gebetan, mungkin lebih lama, lebih baik. Dasar! Mata kuliah Statistika Matematika hari ini akan lebih menyebalkan 10 kali lipat dibanding hari-hari sebelumnya. Oleh karena itu, Raina memutuskan untuk pergi ke rumah Mama. Dia tahu
Read more
DMCA.com Protection Status