Banyak agenda 21+ no sensor. (untuk orang dewasa) Di saat semua wanita, mengharapkan mimpi indah. Menikah dengan pria yang di cintai. Berbeda dengan Bella, ia di jual oleh calon suaminya di meja perjudian satu hari sebelum pernikahan. William Randolph yang sudah memedam dendam kesumat kepada Bella. Memperkosa Bella dengan bengis. Menghancurkan semua mimpi Bella rajut. Tidak hanya memperkosa, William Randolph ternyata meninggal kan sesuatu di rahim Bella. Sanggup kah Bella hidup sebagai ibu tunggal untuk membesarkan anak dari pemerkosaan.
Lihat lebih banyak"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas perkataan ayah mertu barusan. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kurang ajar kian hari. Ia menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari pergi dari ruang tamu. Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, tidak perlu kembali lagi ke sini." Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lupa ia yang menentang hubungan James dengan Bella dulu. Anne Arthur yang malas berdebat dengan Deep, ia memilih masuk ke dalam rumah dengan wajah hitam tanpa bersuara. *** Di perusahaan, James Arthur masih memiki
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te
Merasakan getaran dan ketakutan di dalam tubuh, Robert Randolph berusaha susah payah untuk tenang. "Tenang.... tenang," batin Robert Randolph yang berusaha untuk menenangkan diri dan juga mencoba untuk tidur awal. "Ini semua pasti mimpi," batin Robert Randolph yang masih menyangkal apa yang di katakan oleh William Randolph barusan. *** Pagi datang ke lebih cepat dari biasanya. Lilica sudah mempersiapkan bikini yang akan di pakai ke pantai. Sedangkan Leo mempersiapkan berapa alat untuk membuat istana pasir. "Jangan nakal dan dengar apa kata kakek Erick," Adam Levine memperingati kedua kembar yang terlihat bahagia sejak pagi. "Daddy tidak ikut pergi?" Lilica bertanya dengan wajah polos. Ia berlari kecil ke arah sang ayah. Adam Levine memperlihatkan senyum tipis, ia mengelus kepala Lilica dengan kasih sayang. "Daddy harus jaga mommy kalian, dia demam sejak semalam." "Daddy," Leo berlari ke arah Adam Levine, ia memeluk Adam Levine dengan kasih sayang dan juga memperlihatkan sikap
"Kenapa sore, mengapa tidak sekarang?" protes Lilica yang menarik lengan baju Shimon dengan tatapan sedih. Pandangan mata Shimon menurun ke arah wajah mungil Lilica yang hampir menagis. "Cengeng," seru Shimon yang mengelus kepala Lilica dengan lembut di sertai dengan tawa kecil. Lilica yang tidak bisa menahan air mata yang sejak tadi berlomba-lomba keluar. Kini ia membiarkan air mata itu jatuh dari kedua bola mata beriris hazel. Melihat Lilica menagis dalam diam. Erick Stephen melirik ke arah Shimon dengan tatapan tajam. "Aku pergi kerja, tunggu aku pulang. Jangan jadi anak cengeng," bisik Shimon di dekat telinga Lilica. Lilica yang benci dengan sikap Shimon yang berubah dingin belakangan ini. Ia langsung memeluk Shimon secara erat untuk menuangkan segala perasaan gusar di dalam hati. Shimon tidak marah atau menasehati Lilica. Ia mengelus kepala Lilica dengan lembut. "Sabtu aku libur, kita semua pergi piknik ke laut. Bagaimana," Shimon sengaja mengeluarkan topik pembicaraan aga
William Randolph menatapi kedua anak itu dengan tatapan sedih. Ia tahu perjuangan untuk mendapatkan hak asuh kedua anak itu tidak akan mudah mulai sekarang maupun di masa depan. Merasakan kehadiran William Randolph yang mengusik ketenangan batin dan juga takut kedua cucu kenapa-kenapa. Erick Stephen tidak ingin berlama-lama di satu kawasan yang dekat dengan keberadaan William Randolph. "Aku tahu tujuan busuk mu, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan kedua cucu aku." Erick Stephen membulatkan tekad, bagaimana pun caranya. Ia akan mempertahankan Leo dan Lilica bagaimana caranya. "Ayo pulang," ucap Erick Stephen kepada kedua anak yang sedari bermanja-manja. Leo mencebikkan bibirnya karena tidak ada niat untuk pulang awal. Sedang Lilica merupakan anak yang penurut jadi tidak akan melakukan perlawanan. Melihat tingkah Leo yang tidak biasanya. Erick Stephen mengusap kepala Leo dengan lembut. "Kenapa?" Erick Stephen berusaha mencari tahu keinginan L
"Bel... Ini demi kebaikan kita semua," Erick Stephen kembali bersuara. Ia mengusap wajah Bella yang terdapat sisa air mata.Erick Stephen tahu Bella saat ini tidak bisa mengambil keputusan, sehingga sabar ia hanya bisa sabar dan perlahan-lahan memberikan pengertian kepada Bella.Bella menatapi wajah tua Erick Stephen sesaat. Kemudian menundukkan kepala dan tidak bisa mengeluarkan suara, ia masih ketakutan dan tubuhnya tidak berhenti bergetar sejak tadi. Karena bayang-bayangan tersebut masih menghantui dirinya sampai saat ini.Memastikan Bella tidak melakukan hal nekat, Erick Stephen kembali mengemudikan mobil ke arah rumah sakit dengan perasaan marah dan emosi bercampur di dalam hati."Kenapa pria sialan itu harus kembali kehidupan Bella?" batin Erick Stephen yang mengoceh dalam hati."Aku tidak akan membiarkan pria sialan itu mengambil kedua cucu aku," lanjut batin Erick Stephen yang berjuang untuk mempertahankan hak asuh anak ada di tangan Bella atau Adam Levine.***Puas melakukan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.