Head Over Heels

Head Over Heels

Oleh:  Snora  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 Peringkat
63Bab
7.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Andreas Pramoedya tak pernah membiarkan siapapun mengusik ranah pribadinya. Sikap dingin dan tertutup pria itu makin tak tersentuh saat Namira istrinya memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan tragis. Kematian Namira yang penuh tragedi, sekali lagi berhasil menyadarkan Andreas bahwa dirinya memang selalu layak untuk ditinggalkan. Maka hal tersisa yang bisa ia lakukan adalah melindungi kembali hatinya. Bahkan saat kehadiran sosok asing seperti Serena Amerta diam-diam menyusup masuk ke dalamnya, Andreas berusaha tetap berdiri teguh pada pendirian. Tak peduli sepanas apa percikan gairah yang tercipta saat keduanya saling menyentuh di atas ranjang, pria itu tak ingin terkecoh sekali lagi. Ya, ia tak ingin terluka dengan kehilangan yang sama sekali lagi. Karena Andreas tahu dengan pasti, bekas dari luka tak terlihat itu akan selalu abadi dalam ingatannya yang fana. Dan tanpa permisi, juga akan ikut turut serta membunuhnya perlahan-lahan.

Lihat lebih banyak
Head Over Heels Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Nina Milanova
Semangat, Kak! Ditunggu kelanjutannya.
2022-09-21 15:49:36
0
user avatar
Ni nyoman Mahartini
kapan dilanjut ini ceritanya
2022-07-10 19:16:34
0
user avatar
Nina Milanova
Aw! Keren, Kak! Ditunggu lanjutannya.
2022-03-16 11:42:46
0
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-29 08:39:55
0
user avatar
Snora
Wew, bab 42 ada sedikit typo, tunggu direvisi dulu ya tsayy
2021-12-08 01:23:12
3
user avatar
ayin aulina
ditunggu lanjutannya....
2021-12-02 09:11:52
1
user avatar
Orang Biasa
ceritanya menarik selain itu juga greget bacanya.. semangat up terus thor...
2021-11-24 20:59:40
1
user avatar
Agnes Amelia
Kalau penyuka sastra yang kental pasti suka buku ini. Diksinya indah dan digunakan tepat di tiap kalimat. Andreas itu mungkin butuh terapi post traumatik syndrome, bagus ceritanya Kak
2021-11-24 19:03:43
2
user avatar
Dewa Amour
Sampai lupa makan baca kisah Andreas ini, Thor ... salut deh, buat yang nulis.
2021-11-24 18:45:29
1
user avatar
Rachel
Andreas, aku padamu... jgn takut jatuh cinta ... seperti aku yg jatuh cinta pada penulisnya hihi ...
2021-11-24 18:41:01
1
user avatar
Amy_Asya
Baru baca bab 1 aja udah dibikin penasaran. Otw masuk pustaka
2021-11-24 18:34:22
1
user avatar
Cucu Suliani
Jangan terlalu dingin, nanti aku membeku
2021-11-24 18:28:59
1
user avatar
Evi Sophie
Menarik sekali kisahnya Kak...... penasaran dengan lanjutannya......
2021-11-24 12:35:30
1
63 Bab
1. Malam dan Luka
"Uang yang Mbak kirim dua minggu lalu cuma cukup untuk menyicil rumah yang digadaikan Bapak, sebagian sisanya juga udah dipakai buat tebus obat Ibu. Kalau untuk jadwal cuci darah Ibu berikutnya, kita perlu biaya tambahan yang nggak bisa dibilang sedikit, Mbak."Rena memejamkan mata dengan kernyitan putus asa yang tak segan ia sembunyikan. Satu-satunya hal yang coba ia pertahankan saat ini adalah kewarasannya yang tersisa. Bahkan embusan angin malam yang menyisir kulit, tak mampu mendinginkan kepalanya yang serasa ingin meledak detik itu juga.Masih mempertahankan sambungan ponsel dalam genggaman, Rena meneruskan langkah melewati jalan paving di antara himpit gang menuju rumah kontrakan sederhana, tempat di mana ia bernaung hidup selama 4 tahun terakhir ini."Mbak akan usahakan cari pinjaman secepatnya. Kamu nggak usah mikir terlalu banyak, fokus aja ngerawat Ibu dan selesain pendidikan kamu. Soal biaya apapun dan hutang Ba
Baca selengkapnya
2. Dua Kapal yang Karam
Namira menatap hampa langit-langit kamar di atasnya. Mendekap erat selimut menutupi sebagian tubuh telanjangnya. Menghitung tiap ketukan jam dinding yang terasa nyata berirama di tengah kesenyapan ruang. Berusaha memancing rasa kantuk agar segera menjemput ia ke dalam lelap yang dibutuhkan. Namun, suara-suara bergema di kepala seolah tak mau berhenti merongrong dan mengusik tiada henti. Membuat ia selalu kembali terjaga dengan hujaman rasa sakit yang sama. Rasa sakit yang terus-menerus meneriakan cacian, memukul harga dirinya hingga ke titik paling rendah dan hina. Perempuan cacat, anak tidak tahu diri, pembawa sial, wanita mandul tidak berguna! Kalimat demi kalimat itu terasa begitu nyata bergaung di telinganya. Merasuk ke sudut terdalam untuk mengiris-ngiris hatinya hingga mati rasa. Kesakitan dan keputusasaan itu hingga tanpa sadar kembali meluruhkan air mata turun menjejaki pipinya sekali lagi.Berbalik ke sisi berlawanan, Namira merengkuh tubuhnya sendiri dalam tangisan frustasi
Baca selengkapnya
3. Awal dari Perpisahan
Kembali terjebak pada fatamorgana mengerikan di alam bawah sadarnya, Andreas tahu ia tak punya jalan keluar selain terus mengikuti alurnya hingga usai. Kesakitan menyembilu tiap kali mimpi tersebut datang bertandang, selalu menyiksanya dengan rasa pedih yang sama. Titik-titik peluh mulai membanjiri pelipisnya ketika mencoba berebut udara agar sesak yang ada sedikit diredakan. Namun selama ia masih terperangkap di tubuh kurus ceking ini, tak ada yang bisa dilakukannya selain memilih tetap bertahan. Membiarkan rasa sakit turut puas menghantamnya dengan gamblang. Bahkan kedua matanya juga tak kalah ingin berkhianat, memaksanya agar tetap terjaga menyaksikan pemandangan mengerikan yang takdir sajikan. Ia menunggu pasrah dalam luka dan kesakitan, sampai nanti perlahan roda kenangan ini akan segera memudar dengan sendirinya, kemudian pelan-pelan mengantarkan kesadarannya kembali mencumbu dunia nyata. Sapuan lembut di puncak k
Baca selengkapnya
4. Pramoedya dan Sanjaya
Suasana divisi pemasaran yang selalu ramai mendekati jam makan siang, kini tampak lebih riuh dari biasa saat beberapa karyawan wanita terlihat sibuk berkumpul membentuk setengah lingkaran, mengerubungi meja kubikel seseorang yang sedang menampilkan portal berita di laman mesin pencarian. Termasuk di sana ada Mala yang dikenal Rena sebagai teman sebelah kubikelnya, terlihat juga sedang ikut bergabung di antara kerumunan. Mala yang baru menyadari kehadiran Rena ketika wanita itu melangkah memasuki ruang divisi dengan kernyitan heran, tanpa menunggu lama pun segera beralih dari tempatnya, menghampiri Rena dengan pekikan nyaring dan bola mata yang membulat selebar-lebarnya.  "Astaga! Kamu dari mana aja, Ren? Satu divisi kita udah dibuat seheboh ini, tapi kamu malah sibuk keluyuran." Rena masih mengerut kening kebingungan dengan tingkah berlebihan Mala. Padahal tidak sampai setengah jam ia meninggalkan kursi kerjanya, tapi begitu kembali ke ruangan, orang-ora
Baca selengkapnya
5. Duka Tanpa Air Mata
Rena tahu seharusnya ia tidak perlu melibatkan diri ikut hadir di sini, berada di tengah keramaian tamu undangan dengan balutan pakaian mahal, bukanlah hal yang ia inginkan. Tapi kegigihan Mala ternyata jauh lebih besar mengalahkan seluruh rasa enggannya.  Gadis itu bahkan tanpa segan mengusik sisa hari sibuknya dengan beberapa kali mengirimkan pesan teror sejak jam pulang kantor, mengatakan secara berulang bahwa ia akan memaksa Rena turut hadir di acara ulang tahun perusahaan dengan cara apapun. Bahkan jika perlu membopongnya langsung dengan piyama tidur dan sandal jepit dari rumah kontrakannya, Mala akan melakukan hal itu dengan sukarela. Rena pikir pesan mengganggu tersebut hanyalah bentuk ancaman kosong belaka, maka ia tak terlalu ambil pusing dari semua teror chat yang masuk memenuhi kontaknya setiap setengah jam sekali. Memilih membuka laptop usai membersihkan diri dari tubuh kotor dan rasa penat, ia justru berniat melanjutkan pekerjaan di layar kerja offi
Baca selengkapnya
6. Konfrontasi
"Bagaimana keadaan Ibu sekarang?" tanya Rena tanpa berbasa-basi begitu panggilan ke nomor yang dituju berhasil diangkat di seberang sana. Seraya bersandar pada wastafel panjang berbahan marmer di belakangnya, Rena mengatur napas dan kerja normal jantungnya usai diberi serangan panik dari pesan kiriman Kayla yang baru saja masuk ke ponselnya. Suasana toilet convention hall yang ia masuki, terbilang cukup sunyi. Hingga membantunya memberi sedikit privasi dalam pembicaraan khusus ini bersama sang adik. Masih terlihat jelas sisa peluh di sekitar dahi Rena saat ia dipaksa berlari keluar dari aula acara untuk menelepon Kayla, setelah sebelumnya gadis itu mengiriminya kabar lewat pesan chat tentang keadaan ibu mereka yang sempat drop dan dilarikan ke rumah sakit sore tadi.  Serangan kekhawatiran mendadak itulah yang membuat Rena bangkit tergesa dari kursinya dan segera berlari kesetanan menuju pintu masuk ruang balairung, mengabaikan pertanyaan Mas Tian dan yang lain s
Baca selengkapnya
7. Kegilaan Tak Terduga
Selama dua puluh delapan tahun hidup di dunia yang terbiasa memandangnya sebelah mata, Rena tak pernah merasa terhina lebih dari ini. Perkataan Andreas Pramoedya yang masih terngiang-ngiang di telinganya seolah menjadi tikaman tajam yang mengoyak harga dirinya hingga tak tersisa, melucuti kehormatannya sampai ke titik paling rendah dan hina. Rena tahu, tindakan lancang mendengarkan pembicaraan privasi orang lain, apalagi jika menyangkut bagian yang begitu sensitif bagi pemiliknya, bukan hal terpuji dan mungkin dianggap jauh dari kata sopan. Tapi selancang apapun perilaku yang diperlihatkan Rena barusan, bukan alasan yang tepat bagi seseorang seperti Andreas memuntahkan kalimat penghakiman penuh hinaan semacam itu. Bahkan menganggapnya sebagai manusia menjijikkan setara dengan kotoran di pinggir jalan. Ia hanya tidak sengaja melakukan satu kesalahan menyinggung ranah pribadi pria itu, tapi respon yang justru ia terima harus mengantarkannya pada penghinaan terendah yan
Baca selengkapnya
8. Mereka yang Ditinggalkan
Andreas menatap lurus gundukan tanah gembur kemerahan tepat di bawahnya. Matahari yang semakin merangkak naik, belum juga membuat pria itu tergerak beranjak dari tempat semula. Sekalipun orang-orang yang mengikuti prosesi singkat ibadah pelepasan ini, satu-persatu mulai meninggalkan area pemakaman usai mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga dekat yang ditinggalkan, Andreas rupanya masih memilih bergeming diam di sana. Berdiri tegak menenggelamkan kedua tangan ke saku celana, tanpa melepaskan perhatian sedikitpun dari nama yang terukir pada nisan kayu di depan. Namira Sanjaya. Kelahiran 14 Februari 1989. Meninggal 7 Juli 2018. Dari balik kacamata hitam membingkai wajahnya, mata tajam lelaki itu meneliti tiap baris kalimat yang baru saja terpahat rapi di sana. Sungguh waktu 29 tahun yang teramat singkat dan sia-sia, karena wanita itu justru memilih menutupnya dengan akhir yang begitu tragis d
Baca selengkapnya
9. Terjebak
Sebut saja Serena sudah gila, atau mungkin saja ia memang benar-benar gila. Tapi rasa puas di dadanya begitu berhasil memberi pelajaran brutal pada lelaki yang sudah basah kuyup akibat siraman air mineral yang ia lemparkan, menciptakan sensasi kemenangan tersendiri yang tak pernah Rena duga.Meskipun bagian dari logika di kepalanya berteriak agar segera menghentikan semua kegilaan ini, karena setelah semua kenekatan yang gadis itu timbulkan, berkemungkinan besar akan menciptakan petaka baru di hidupnya usai malam ini berlalu. Namun sekali lagi, pengaruh alkohol yang menguasai setengah kewarasan Rena, menyebabkan pikiran dan tindakannya menjadi tidak sinkron.Terlepas dari amarah dan kebencian pada sosok angkuh di hadapannya, Rena tidak boleh melupakan fakta penting tentang posisi pria yang baru saja diguyurnya dengan sebotol air mineral tersebut. Jika berada dalam kondisi normal---tentu saja bersamaan dengan kesadaran penuh seperti biasa, mungkin Rena akan mengutuk hab
Baca selengkapnya
10. Pria Setengah Waras
Rena mengumpat keras saat laju mobil yang menggila di jalan bebas hambatan ini, semakin menambah rasa pusing di kepalanya. Usus di perutnya serasa melilit, ingin berontak memuntahkan apapun yang sempat singgah di sana. Terlebih efek alkohol keparat yang mendominasi setengah kesadarannya, justru semakin menambah perasaan tersiksa gadis itu.Sangat berbanding terbalik dengan pria yang sibuk menyetir di sampingnya. Andreas justru tak menampilkan perasaan terganggu sedikitpun, meski entah sudah berapa kali makian dan umpatan Rena menggema mengisi ruang besi sempit ini. Berbagai macam kutukan dan nama-nama hewan tak lupa ia sematkan di sepanjang jalan, semenjak Andreas menariknya paksa keluar dari pelataran parkir gedung acara perusahaan diselenggarakan.Setelah menciptakan drama yang luar biasa mengguncang bagi beberapa orang yang menyaksikan ciuman panas mereka---ralat, maksudnya ciuman panas sepihak Andreas, Rena harus kembali disuguhi masalah baru ketika pria gila itu m
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status