Menggenggam Awan

Menggenggam Awan

By:  Dothe  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
817views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Bagi Wuri, Awan adalah lelaki sempurna. Dalam pernikahan mereka, Awan selalu dapat memecahkan masalah dengan sangat baik. Wuri yang memikul beban mengurusi ayahnya yang sedang berjuang melawan keganasan pada otaknya tidak membuat Awan kendur mencintai Wuri. Awan, seorang dokter anastesi yang sibuk, kerap membuat Awan jarang pulang ke rumah. Delapan tahun pernikahan, Wuri dan Awan belum memiliki keturunan. Itu yang membuat pernikahan Wuri dan Awan mulai merenggang. Wuri semakin sensitif dan semakin posesif. Sikap Wuri yang posesif, membuat Awan kesal. Profesinya sebagai dokter anastesi yang mengharuskan dirinya pulang pergi bekerja, semakin membuat Wuri selalu curiga. Di lain sisi, Awan merasa pernikahannya semakin hambar karena sikap Wuri berubah. Awan mulai berubah, Awan yang biasanya selalu menyempatkan pulang ke rumah setiap ada waktu luang di ruang operasi, pada akhirnya tidak pulang dengan banyak alasan. Wuri semakin curiga. Hingga akhirnya, Wuri memutuskan untuk menyelidiki Awan di rumah sakit tempat bekerjanya. Wuri mendapati kenyataan bahwa Awan memiliki wanita lain, ditambah lagi diketahui Awan sudah menikahi Zia. Zia, seorang perawat kepercayaan Awan. Seorang wanita yang sudah memiliki satu anak, anak lelaki berusia lima tahun. Kenyataan itu yang membuat hati Wuri begitu perih. Pernikahannya dengan Awan diambang perpisahan. Wuri merasa, alasan selingkuh sudah cukup membuat Wuri memutuskan untuk meminta Awan untuk menceraikannya. Namun, kenyataan belum berpihak. Wuri dinyatakan positif hamil, tepat dua hari sebelum Wuri mengurus perceraian. Walaupun begitu, bagi Wuri, mencintai Awan seutuhnya sama seperti harapannya menggenggam Awan. Semua tidak akan bisa sampai kapanpun.

View More
Menggenggam Awan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
8 Chapters
Chapter 1 - Awal Perjalanan
Kamu tahu, senja itu juga punya mendung, bahkan ia memiliki hujan. Jangan kamu berpaling hanya karena keduanya hadir. Senja akan kembali indah, setelah itu (Wuri-MA)             Foto-foto meriahnya pesta, wajah tegang Awan dan Wuri berhadapan dengan ayah Wuri yang saat itu masih sehat dan masih bisa menggenggam tangan Awan gagah. Kejadian indah lima belas tahun lalu itu masih indah terekam di benak Wuri. Semua foto itu ia tarik dari semua media sosialnya, karena Wuri tidak mau semua teman-temannya masih menyangka rumah tangga mereka masih seperti dulu. Harmonis, saling mengisi dan menerima. Tapi, pada kenyataannya, Awan telah melakukan hal yang membuat Wuri tidak bisa berbuat apapun. Awan meminta izin untuk berpoligami, dengan alasan, ia ingin mendapatkan keturunan setelah delapan tahun mereka berharap bersama. Awan meminta izin bersama Zia, wanita berhijab itu sudah memiliki seorang anak lelaki, dan Awan meyakini
Read more
Chapter 2 - Semua Bermula
Jangan abaikan pertemuan. Dari pertemuan, mengajarkan cara menilai, cara berprasangka hingga cara mencinta. (Wuri-MA)“Kamu siapa?” Pertanyaan Khoirul kepada putri bungsunya itu membuat seluruh badan Wuri membeku.Pada awalnya ayah hanya mengeluh kalau perilakunya sering tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Beberapa waktu lalu, ketika Khoirul ingin mengambil air minum di atas meja, ia berniat menggapai cangkir di hadapannya, namun tangannya sangat sulit bergerak mengikuti apa yang ia inginkan.Wuri mengira, itu hanya bentuk manja ayahnya yang biasa diperlakukan manja oleh ibu saat ia masih hidup. Sepeninggalan Lista, ibu Wuri, Wuri tidak bisa memberikan perhatian lebih kepada Khoirul. Setengah waktu Wuri ia habiskan di kantor, terlebih karirnya sedang meroket akhir-akhir ini. Banyak client yang menyukai konsep yang selalu ia presentasikan, itu membuat Wuri hanya bisa menitipkan ayah kepada Bik Imah, asisten rumah ta
Read more
Chapter 3 - Lamaran
 Dia adalah pensil, sedangkan hatiku adalah kanvasnya. Kehidupan Wuri bagai dua mata pisau. Satu sisi ia harus berjalan bersama Khoirul dalam menghadapi tumor ganas yang dengan cepat menggerogoti kepalanya. Satu sisi Wuri menemukan kebahagiaan pada tiap hari yang ia lalui, karena Awan selalu berhasil menghiasi setiap harinya. Wuri mungkin terlihat seperti kembali ke delamapan tahun lalu, saat ia berusia tujuh belas taun. Ketika itu, Wuri untuk pertama kalinya jatuh cinta, Wuri dibuat sulit tidur karenanya. Wuri kembali mengalami hal yang sama ketika bersama Awan. Setiap saat, Awan selalu menyempatkan diri untuk menghubungi Wuri. Di sela pekerjaannya di ruang operasi, saat jam istirahat, sampai diwajtu jeda ia menghadapi konsulen, saat ujian.“Aku sudah menelepon Ibuku, meminta doa. Agar ujianku lancar.” Bisik Awan,“Hm, lalu..?” tanya Wuri, belum apa-apa, di ujung telepon Wurin sudah menyunggingkan
Read more
Chapter 4 - Desakan Mertua
Menikah adalah bersiap menghadapi rintik sampai hujan badai. Wuri tersenyum melihat Awan dengan tingkah kikuknya. Ia tau, Awan teringat dengan malam pertama yang baru saja mereka lakukan. Malam yang indah dan penuh kejutan. Awan mendadak bertingkah seperti anak kecil yang harus dibimbing. Wuri teringat pesan Khoirul yang membisikkan sesuatu, bahwa pernikahan adalah pintu, dimana kamu akan dihadapi dengan beribu pristiwa, pristiwa yang disebabkan karenamu, karena suamimu, karena keluargamu, atau karena yang lain. Khoirul berpesan bahwa semuanya adalah pilihan Yang Kuasa untuk mematangkan langkah kita sebagai sepasang suami istri. Waktu berjalan begitu saja. Awan matang sebagai dokter spesialis anastesi yang menjadi andalan beberapa rumah sakit. Pekerjaannya sebagai dokter ahli bius menuntut Awan selalu pulang bekerja dan berangkat dengan waktu tidak menentu. Pagi sampai siang, adalah waktu wajib Awan bekerja. Sedangkan waktu lain adalah wakt
Read more
Chapter 5 - Kegundahan yang Sama
Yang dapat menghapus mendung, hanya hujan. Wuri duduk terbangun. Ia mengusap dadanya perlahan. Baru saja ia terbangun karena mimpi buruk yang terasa sangat nyata. Wuri melihat Awan sedang mencumbu wanita lain di hadapannya. Awan terlihat begitu bahagia dengan wanita itu di dalam mimpinya. Wuri mengusap sisa air mata yang jatuh tanpa ia sadari, lalu menarik ponsel yang tergeletak di samping tempatnya terlelap. Ia bhangun kesiangan hari ini, jam di ponsel sudah menunjukkan jam tujuh pagi. Wuri melihat tempat tidur di sampingnya, belum ia dapati Awan. Awan belum pulang. Wuri membuka sebuah pesan di ponselnya, terlihat dari Awan. “Setelah apel dan rapat direksi, aku pulang. Aku rencananya akan mampir ke rumah Mama. Kamu jemput di rumah Mama ya, karena mobilku di bengkel, ada masalah di karburatornya.” Benar dugaan Wuri, Awan belum pulang sampai pagi ini. Melihat pesan Awan yang mengajak Wuri untuk kembali mengunjungi Ratih, Wuri teringat dengan perkataan Ratih. Ada perasaan takut yang hi
Read more
Chapter 6 - Wewangian Laundry
Dahaga tidak bisa terobati hanya dengan setetes embun. Satu jam setelah Wuri menanyakan wangi pada baju Awan. Jawaban Awan tidak membuat Wuri puas, Awan mengatakan mungkin saja parfum laundry yang Wuri gunakan. Namun tidak begitu yang sering penghidu Wuri tangkap. Laundry rumah sakit tidak ada yang semewah itu. "Sayang, masih memikirkan wangi?" Tanya Awan yang duduk di samping Wuri. Wuri menggeleng dengan wajah datar. Awan menghirup nafas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan. "Aku hampir enam jam di ruang OK*, kemejaku tergantung di ruangan. Wangi yang kamu hirup, bisa saja dari parfum ruangan yang tersemprot lima menit sekali, atau dari...""Iya, aku tidak masalah dengan itu." Wuri memotong penjelasan Awan dan tersenyum seraya mengusap pipi suaminya. "Kamu belum mau pulang?" Tanya Wuri. "Mau. Ada apa? Kamu mau pergi dengan Gian dan Umara?" Awan balik bertanya. "Kamu gak kangen aku?" Wuri menatap Awan sinis. "Hahaha.." tawa Awan pecah mendengar pertanyaan Wuri. Awan memeluk W
Read more
Chapter 7 - Perjalanan Sunyi
Zia menatap lelaki berkemeja tosca itu memasuki mobil cepat. Tangan kanan Zia menggenggam tas belanjaan berisi beberapa keperluan anak mereka. Semua harus Zia terima, karena Zia sudah memilih jalan kelam ini. Membohongi hati seorang wanita yang ia kenal, tidak mudah. Zia dan Wuri sudah kenal cukup baik, Wuri pernah mengajak Zia beserta anaknya jalan bersama ke sebuah taman rekreasi. Wuri terlihat bahagia, karena anak lelaki Zia dapat mengambil hati Wuri.***Dua bulan lalu, saat dimana Awan berhasil mengajukan cuti dan mendapatkan kesempatan untuk membawa serta Zia dalam perjalanan liburan mereka. Wuri mengenal Zia sebagai single mom, dan sebagai asisten Awan di ruang operasi.Awan melirik ke spion tengah, menatap Zia yang juga menangkap tatapan Awan. Sudah gila memang. Awan berhasil membujuk Wuri untuk ikut serta berlibur ke villa Awan di daerah puncak. Awan mengulum senyum, dalam hatinya bahagia karena kini ia bersama dua wanita yang sama-sama ia cintai. Wuri wanita baik, lembut da
Read more
Chapter 8 - Rasa Curiga
Wuri menatap ponsel yang tergeletak di atas meja, ponsel milik Awan yang tidak pernah ia sentuh. Banyak hal yang ingin ia tau tentang Awan, terlebih akhir-akhir ini ada kejanggalan tak biasa yang Wuri rasakan dari Awan. Biasanya, Wuri merasa tenang mendengar jawaban yang diberikan Awan. Namun, beberapa waktu ini berubah. Wuri tidak lagi meyakini semua jawaban Awan. “Lihat saja, ini.” Awan memperhatikan wajah istrinya yang menatap lama ke arah ponsel miliknya lalu menyuguhkan tepat di hadapan Wuri. Wuri tertegun, seraya menggelengkan kepala, “aku tidak pernah melarangmu untuk melihat isi ponselku, kan?” Awan meyakinkan. Wuri mengangguk, “aku hanya melamun tadi.” Wuri berbohong. Wuri beranjak bangun dan berjalan menjauhi Awan yang masih duduk bersandar di sandaran tempat tidur dengan buku di tangannya. “Kamu curiga denganku?” terka Awan, “Kamu kenapa bertanya begitu?” Wuri menghentikan langkahnya, lalu balik bertanya. “Aku rasa, beberapa kali kamu sudah menunjukkan gelagat kecuriga
Read more
DMCA.com Protection Status