BERBAGI SUAMI (TAMAT)

BERBAGI SUAMI (TAMAT)

Oleh:  Andri Lestari  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.3
11 Peringkat
60Bab
99.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apakah menikah karena dijodohkan akan bahagia atau justru menderita? Apalagi tinggal serumah dengan kekasih lama suami yang berstatus istri muda. Sanggupkah Nadia berbagi suami dengan Tiara, mantan kekasih dan menjadi istri kedua sang suami. Wanita yang sangat dicintai oleh Hadi tentunya.

Lihat lebih banyak
BERBAGI SUAMI (TAMAT) Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
desisriwahyuni10
makasih ceritanya author, bagus ku suka. ga bertele tele karna aku baca pas udah jelas tamat wkwk tapi masih penasaran sebenernya sama nadia & hadi. pengen lebih panjang lagi ceritanya.........
2023-04-02 17:59:02
0
user avatar
anne annisa
geregetan deh.
2022-08-14 20:56:20
2
user avatar
Anis Nuraini
lanjut tor jangan macet gini
2022-07-31 07:22:52
2
user avatar
Langit
lanjut kak tak tunggu talak si hadi wkwk
2022-07-16 13:18:02
3
user avatar
Butterfly 98
nunggu Hadi bucin ke Tiara, next Thor!
2022-07-14 22:47:40
1
user avatar
Eleenaleea
Nadia, kawi lari sama Azzam aja, gimana? Nanti kulayat ibunya Hadi kalau sampai jantung beliau nganu. Eh, bercanda. Next, ya, Thor!
2022-07-14 20:08:13
3
user avatar
Setya Esn
Lanjut ya thor,,, ikut baper ni...
2022-07-14 19:48:08
1
user avatar
Kang Arip
ayo kak lanjut mwehehe
2022-07-14 18:50:15
0
user avatar
Bintu Ikhwani
Semangat ya ... ...
2022-07-13 23:15:22
1
user avatar
Andri Lestari
Dibaca, yuk, ceritanya. Sudah pasti seru dan sangat emosional. ......
2022-07-13 00:28:55
0
user avatar
Wahyuni
Hiatus Thor?
2022-08-23 05:35:54
0
60 Bab
BAB 1: Perselisihan
Silakan! Jika memang ingin menikah lagi, itu adalah hak dia sepenuhnya. Kularang pun tak bisa. Toh, dia memang tidak mencintaiku. Di dalam hatinya hanya ada satu nama yang tidak akan pernah terganti. Meskipun Hadi telah menikahiku, bukan berarti aku bisa menggeser posisi Tiara di hatinya. Wanita yang telah lama menjadi tambatan rindu suamiku. Di saat mereka sedang merangkai impian untuk hidup bersama, aku datang sebagai perebut calon suami orang.Aku dan Hadi terpaksa menikah karena dijodohkan. Orang tuaku dan orang tua Hadi telah lama bersahabat. Tanpa diketahui mereka telah menjodohkan kami jauh hari saat aku dan Hadi masih remaja. Setelah kami menyelesaikan pendidikan dan Hadi telah mapan, akhirnya pembahasan itu pun dibuka. Acara lamaran dan pernikahan akan segera dilangsungkan.Bukan aku tidak menolak, apalagi membayangkan Azzam yang sedang berada di Turki. Kami telah berjanji untuk saling setia menanti, apa pun yang terjadi tidak boleh seorang pun mendua hati. Di lain sisi, Umi
Baca selengkapnya
BAB 2: Terbeban
Aku terbangun agak telat pagi ini. Semalaman aku tidak tertidur, menghabiskan waktu membaca buku serta salat malam. Entah kenapa perkataan Hadi tadi malam begitu mengganggu pikiran. Seberapa persen lelaki itu serius untuk menikah lagi? Tahukah dia seperti apa resiko ke depan jika pernikahan tersebut tetap dilangsungkan.Akan banyak pihak yang tersakiti, terutama orang tuanya serta orang tuaku juga. Umi pasti akan sangat terpukul melihat nasib anak perempuannya yang malang. Masih muda sudah menyandang status sebagai istri tua, itu pun jika aku sanggup bertahan dan melanjutkan status pernikahan kami, jika tidak tentu aku akan menjadi janda. Apa nanti kata orang-orang?Sementara Hadi memintaku untuk menyembunyikan tentang rencana pernikahan mereka. Sampai kapan rahasia itu bisa ditutupi? Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya pasti jatuh juga. Namun, aku tidak boleh banyak bicara, biarkan saja ia menikahi Tiara, nanti dia sendiri yang akan menanggung segala resiko yang sedang menanti d
Baca selengkapnya
BAB 3: Saran dari Sahabat
Sudah satu jam lebih aku menunggu Hanin, akhirnya dia datang juga. Rasa kesalku sudah memuncak, mengingat perlakuan Hadi barusan. Jika saja tidak mengingat malu, sudah kuumpat lelaki itu kasar. Kulihat Hanin sedang menuju ke arah mejaku. Air mata sudah tergenang sejak tadi. Di depan Hadi aku berlagak kuat. Setetes air mata pun tak ingin kuperlihatkan di depannya. Sesakit apa pun kalimat yang ia keluarkan, aku tidak akan menangis di depan lelaki pengecut itu."Maaf, aku telatnya keterlaluan. Sengaja semua laporan kuselesaikan tadi, biar setengah hari ini bisa habiskan waktu sama kamu." Wanita yang masih setia melajang itu berkata sambil menjawit hidungku. Ah, mata sudah terlanjur berkabut, tak dapat kutahan, bulir bening itu luruh juga. Sontak saja Hanin terlihat kaget melihatku yang tiba-tiba menangis."Kamu kenapa? Aku minta Maaf! Kamu sudah menunggu lama!" seru gadis cantik itu lagi. Hanin adalah sahabatku sejak awal kuliah dulu. Banyak kenangan yang telah kami lalui bersama, suka m
Baca selengkapnya
BAB 4: Kejutan dari Kamar Mandi
"Assalamu'alaikum." Aku mengucapkan salam."Belum bisa pulang? Ibu mau datang," ujar lelaki itu dari seberang sana. Nada suaranya terdengar sinis. "Sebentar lagi aku pulang. Kamu tenang aja!"Panggilan telepon terputus tanpa ada ucapan salam. Aku menghela napas berat. Kepalaku sedikit berdenyut. Beban hidup ini terasa sungguh berat. Aku melihat ke arah Hanin. Wanita cantik itu menepuk pundakku, seolah memberikan semangat jika bukan saatnya untuk menyerah."Aku harus cepat, Nin. Ibunya Hadi sudah di jalan," ujarku pada Hanin sambil memeluk dirinya. Hanin membalas pelukanku dengan erat. Kemudian kami berjalan hingga ke parkiran dan berpisah di sana. Aku mengendarai sepeda motor dengan kecepatan standar. Kondisi jalan yang ramai membuatku berpikir dua kali untuk melaju kencang.Beberapa saat kemudian aku tiba di rumah. Kondisi dari luar terlihat masih sepi, dugaanku jika Ibu pasti belum sampai. Di depan pintu masuk, Hadi berdiri angkuh. Kedua tangannya menyilang di dada. Tatapnnya bagai
Baca selengkapnya
BAB 5: Pertikaian di dalam Kamar
Kami menatap Hadi meminta penjelasan. Dengan berbagai macam pikiran tentunya. Kenapa Hadi membeli kondom? Toh selama menikah kami tidak pernah melakukan hubungan suami istri, jadi kondom yang di kamar mandi itu untuk siapa?"Jadi kalian pakai kondom?" tanya Ibu menatap lekat anaknya."Eh, iya, Bu. Sebenarnya Nadia nggak mau. Aku saja yang paksa." Dia berkata sambil menggaruk kepala. Sering kuperhatikan jika ia sedang berbohong, maka kebiasaan yang dilakukan adalah menggaruk kepala bagian belakang."Lha, kapan mau punya bebi, kalau pakai ginian!" seru Ibu sambil menghela napas.Tega sekali dia membohongi Ayah dan Ibu. Berapa banyak kebohongan demi kebohongan yang telah kami ciptakan. Telanjur berbohong dan akhirnya semakin larut dalam skenario yang entah kapan akan berakhir."Kamu belum mau punya momongan, Nadia?" Ibu beralih padaku, sementara Ayah memilih duduk di pinggir ranjang dan memperhatikan kami. "Mau, Bu. Mau banget," lirihku sambil menunduk. Sebenarnya siapa, sih, yang tidak
Baca selengkapnya
BAB 6: Sandiwara
Aku mendorong tubuh Hadi menjauh. Namun, aku kalah kuat. Lelaki itu memeluk tubuhku dari belakang kemudian ditarik ke kamar. Pintu ditutup menggunakan kaki, sementara sebelah tangannya ia gunakan untuk mengunci pintu. "Apa-apaan, sih, kamu?" Aku menyikut perut lelaki itu. Ia mengaduh, tapi tetap tidak melepaskan pelukan. "Sakit tau!" Ia berseru dengan suara yang sepertinya sengaja ditahan. Mungkin saja biar Ayah dan Ibu tidak mendengar kegaduhan kami."Lepasin, nggak? Atau aku teriak biar heboh?"Hadi membekap mulutku dengan ke dua telapak tangannya dari arah belakang. Otomatis aku menjadi susah bernapas karena hidung juga ikut tertutup rapat. Terpaksa aku menggigit telapak tangan yang menekan mulut serta hidungku itu."Aww!" pekik Hadi sambil mengentakkan tangannya ke bawah. "Rasain!" Aku mendelik tajam ke arah lelaki berhidung mancung itu.Hadi memilih duduk di atas sofa sambil menekan-nekan telapak tangannya. Sedangkan aku berdiri tepat di depan lelaki itu. Rasa kesal serta emos
Baca selengkapnya
BAB 7: Pernikahan Kedua
Pagi ini setelah salat Shubuh sengaja aku menyibukkan diri di luar kamar. Sejak tadi malam sebenarnya aku tidak bisa tidur. Pikiran berkelana membayangkan bagaimana nanti kira-kira hari-hari yang akan kulalui bersama maduku? Satu hal lagi yang sebenarnya paling penting, aku ingin memata-matai Hadi. Tentu pagi ini adalah pagi yang sangat bahagia baginya. Tepat pukul sembilan nanti, dia akan kembali menikah dengan orang yang memang diinginkan sejak dulu. Orang yang terpaksa ditinggalkan karena kedatanganku. Pura-pura membersihkan debu di atas meja ruang tamu, aku masih menanti kehadirannya. Sedang apa dia sekarang? Apa sedang bersiap-siap untuk meluncur ke tempat pernikahan? Ah, andai saja aku bisa seperti dia, kembali menikah dengan Azzam, tentu aku juga akan bahagia. Sungguh tak adil rasanya, di saat Hadi berusaha untuk mencari kebahagiaan yang lain dan mengabaikan kehadiranku, terbesit di hati ingin melakukan hal yang sama seperti dia. Ah! Ternyata pernikahan itu sangat menguras ota
Baca selengkapnya
BAB 8: Ikhlaskah?
Pagi ini setelah salat Shubuh sengaja aku menyibukkan diri di luar kamar. Sejak tadi malam sebenarnya aku tidak bisa tidur. Pikiran berkelana membayangkan bagaimana nanti kira-kira hari-hari yang akan kulalui bersama maduku? Satu hal lagi yang sebenarnya paling penting, aku ingin memata-matai Hadi. Tentu pagi ini adalah pagi yang sangat bahagia baginya. Tepat pukul sembilan nanti, dia akan kembali menikah dengan orang yang memang diinginkan sejak dulu. Orang yang terpaksa ditinggalkan karena kedatanganku. Pura-pura membersihkan debu di atas meja ruang tamu, aku masih menanti kehadirannya. Sedang apa dia sekarang? Apa sedang bersiap-siap untuk meluncur ke tempat pernikahan? Ah, andai saja aku bisa seperti dia, kembali menikah dengan Azzam, tentu aku juga akan bahagia. Sungguh tak adil rasanya, di saat Hadi berusaha untuk mencari kebahagiaan yang lain dan mengabaikan kehadiranku, terbesit di hati ingin melakukan hal yang sama seperti dia. Ah! Ternyata pernikahan itu sangat menguras otak
Baca selengkapnya
BAB 9: Statusku?
Obrolanku dengan Mbok Mih membuat aku kembali bertanya pada diriku sendiri. Apa sebenarnya tujuan pernikahan yang telah kulakukan? Apa aku akan sanggup terus-terusan begini? Diperlakukan seperti orang lain oleh lelaki yang berstatus suami.Adakah rasa ikhlas itu di hatiku? Namun, kenapa aku harus memedulikannya, sementara di hatiku sama sekali tak ada cinta untuk lelaki itu.Sudahlah! Jalani saja dulu. Mana mungkin hatiku tak ikhlas. Meski dia adalah suami sahku, tapi di dalam bilik hati ini sama sekali tidak ada tersimpan namanya di sana. Sepeninggal Mbok Mih, aku kembali mengurung diri di kamar. Kamar adalah tempat ternyaman untukku saat Hadi sedang berada di rumah. Sebisa mungkin aku harus menghindar agar tak saling bertatap muka dengan mereka. Seperti siang tadi, aku membawa masuk makan siangku ke kamar. Di kamar aku bisa menyantap makan siang sambil bersantai tanpa harus bertemu dengan Hadi maupun Tiara. Bukan urusanku dengan dua pasangan yang sedang dimabuk asmara itu. Setelah
Baca selengkapnya
BAB 10: Jadi Anti Nyamuk
Wajah Hadi memerah. Matanya melotot menatapku."Kalau memang aku tidak dibutuhkan di sini, kenapa kamu ngga antar pulang saja?"Aku berdiri dan melawan lelaki itu. Kedua tanganku berkacak di pinggang."Kamu tau resiko jika saja kita berpisah?"Ya, dia tidak mau orangtuanya atau orangtuaku sakit karena perpisahan kami. Namun, apakah begini benar? Aku harus menanggung semua beban derita. Menjadi seseorang yang tak dianggap kehadirannya. Tak dibutuhkan, hanya pelengkap penderita."Egois!" seruku"Jaga bicaramu!" Hadi tak mau mengalah."Memangnya kamu saja yang bisa menikah dengan pacar lamamu dan bahagia? Aku juga mau! Aku bukan patung yang tak punya hati. Bahagia bukan milikmu saja!"Lelaki itu tak lagi menjawab. Kutinggalkan dia bersama nasi dan lauk yang masih penuh dipiring. Lagi-lagi laki-laki itu menghancurkan mood-ku. Apa sebenarnya yang diinginkan Hadi? Tidak menerimaku, tapi juga tidak melepaskanku."Nadia. Kamu dan Hadi bertengkar?" Tiara menghadangku di tengah jalan ke arah ka
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status