Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel)

Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel)

By:  Rizuki  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 ratings
156Chapters
11.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Lanjutan she-wolf. Davian hidup terkucilkan, bersama sang paman yang mengaku sebagai ayahnya. Tanpa seorang ibu, dan keterbatasan fisik membuatnya terkucilkan di pack. Hingga sang paman memilih untuk pergi, meninggalkan pack yang menjadi tempat Davian tumbuh dan berlindung. Tak diduga, di perjalanan sang paman menemukan pasangannya, membuat Davian terlupakan. Kemudian, Davian memilih pergi. Namun, tanpa disangka dia malah bertemu dengan seorang gadis vampir yang cantik. Dari gadis itu, Davian mengetahui banyak hal. Daei alasan mengapa dirinya tak pernah bertemu dengan ibunya, hingga mengapa dia haeus bersembunyi. Dan ternyata, tak lama kemudian semua hal terkuak. Perang tak dapat dihindari, begitulah jalan takdir. Mampukah Davian bertahan, dan apa yang telah menantinya di ujung jalan?

View More
Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel) Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Zaid Zaza
Izin promosi Thor. SEMUANYA bisa MAMPIR dinovel. "ROH KAISAR LEGENDARIS"
2023-10-02 13:47:58
1
user avatar
Sharmila Ibrahim
tamat kurang menarik
2023-02-09 12:32:35
0
user avatar
Aldho Alfina
Bantu promote thor "Penguasa Dewa Naga"
2023-01-27 18:09:41
0
user avatar
Aldi pga
Numpang promo kak, mampir ke novel legenda Galuh Tapa, kali aja ada yang mau membaca tulisan sederhana ini, ditunggu ya kak
2022-06-04 18:15:29
1
user avatar
Luis Alem
bila update nya
2022-05-28 20:04:36
1
user avatar
Yenika Koesrini
top markotop
2022-05-17 16:03:23
1
user avatar
Nafi Thook
waoooow, cerita ini semakin dibaca semakin menarik
2022-04-04 15:23:56
1
156 Chapters
Prolog
Dhuar! Sebuah ledakan terjadi. Dari kejauhan, terlihat asap yang membumbung tinggi dengan warna pekat, dan tengah menyelubungi bangunan kuno yang mirip kastil. Tak ada yang berteriak, seolah kastil itu sudah tak berpenghuni sebelumnya. Padahal, jauh di dalam sana, ada banyak makhluk yang tengah mempertahankan hidupnya dari kobaran api. “Lunar, kita harus segera pergi! Bantuan mungkin akan datang, tetapi tak tahu apakah kita masih hidup atau tidak!” Seorang pria berperawakan tinggi berwajah cemas. Ia menunduk dan berusaha memapah wanita berambut pirang, yang kini tersungkur dengan dua buntalan di pelukannya. “Sini, kubawakan salah satunya,” lanjut pria itu. Ia menjulurkan tangan dengan maksud mengambil beban, atau setidaknya menguranginya. Pria itu tahu, jika wanita yang dihadapannya lebih dari kuat untuk membawanya. Namun, tidak dalam kondisi seperti ini. Kemampuan wanita itu sedang lemah.
Read more
Part 1. Aku-Davien
“Hey, bangun!” Aku mengerjapkan mata, berusaha agar tidak merasa terlalu silau. Sepertinya, aku bangun lebih siang dari biasanya. “A ... yah, ini hari ... libur,” kilahku. Sebelum tidur, aku sudah mengingat bahwa hari ini libur. Jadi, aku melakukan kebiasaan lama, yakni bangun lebih siang dari biasanya. “Kau lupa, ya? Aku sudah bilang jika pack mengadakan lomba berburu untuk werewolf muda sepertimu, kan?” Astaga! Aku melupakan hal ini. Fakta bahwa paman—atau yang sekarang kusebut ayah, mengatakan bahwa pack mengadakan acara rutin tahunan. Sebenarnya, aku malas untuk menghadirinya. Karena saat acara tahunan ini, aku pasti hanya akan menjadi bahan olokan semata. “Aku ... boleh tidak ... pergi? A ... yah?” lirihku. Aku berusaha menyuarakan keberatan untuk datang ke acara itu. Di sana, aku pasti akan tersingkir untuk kesekian kali
Read more
Part 2.
“Mengapa kau tidak mencoba?” Aku menoleh ke arah di mana suara itu muncul. Tak jauh di sana, kudapati paman yang sosoknya kucari sejak tadi. “Aku ... tak mau, A ... yah,” jawabku. Aku tak mau berbohong padanya, meski kesempatan itu ada sekalipun. Juga, aku tak mau bersikap seolah-olah aku menyukai acara itu. “Tak apa, setidaknya cobalah untuk saat ini. Lagi pula, Alex juga bersedia untuk mencoba, kan?” Sejenak, aku merenungkan perkataan paman. Bukan tentang masalah siapa yang menemaniku mencoba. Hanya saja ... bagaimana mennjelaskannya, ya? Sedang aku sendiri bingung dengan apa yang kurasakan. Jika tidak mencoba saat ini, ada waktu tiga tahun lagi untuk mencoba. Setelah itu, aku akan melewati tahun maksimal mendaftar. Di pack ini, di atas usia dua puluh tahun sudah tidak bisa. Begitu melewati usia itu dan belum mendafar, maka pilihan terakhir adalah menjadi pendudu
Read more
Part 3. Dunia lainnya
Di perubahanku yang pertama dan kedua, aku belum pernah merasa sedamai ini. Tak ada suara bergemuruh, geraman, atau hal yang membuatku muak. Di sini terasa sunyi, dengan mata yang masih terpejam dan sekeliling yang gelap. Rasanya damai, dan aku seolah enggan meninggalkan tempat ini. Aneh, di perubahan yang ketiga ini, tak kurasakan ikatan dengan serigalaku. Di mana dia? Bukankah seharusnya aku bisa memberi perintah padanya? Wolf akan menjadi buas tanpa perintah dari were-nya, dan begitulah! Werewolf selalu terhubung menjadi satu kesatuan yang terikat, bukan individu dan berjalan masing-masing. Keterikatan kami inilah yang membuat werewolf berbeda dengan serigala biasa. “Hai!” Sebuah suara menyapa indera pendengarku. Ah, sepertinya waktu damaiku tak bisa berlanjut lebih lama, ya. Segera kubuka mata, dan tempat yang belum pernah kutahui ada di pandangan. 
Read more
Part 4. Penolakan Alpha
"Dav! Dav! Sadarlah!" Sayup kudengar suara Paman memanggilku. Bagiamana ini? Mengapa semua terasa gelap dan aku tak bisa menggerakkan badanku? Ada rasa menyakitkan di ulu hati, dan setiap kali kucoba menggerakkan tangan, terasa begitu sulit. "Paman?" tanyaku lirih. Kubuka kelopak mataku dengan perlahan, dengan maksud agar cahaya tidak terlalu banyak masuk. Pertama kali yang tertangkap mataku adalah langit yang biru, lalu kepala Paman dan tak ada apa-apa lagi. Terasa seperti aku sedang berbaring dan paman yang memangku kepalaku. Secara tak sadar, aku telah memanggil Paman, bukan Ayah seperti biasanya. "Kau tak apa? Apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya. Bisa kulihat raut kekhawatiran dengan keringat yang sudah mengalir dari pelipisnya. Ah, ada juga beberapa luka kecil. Dan begitu kuedarkan pandanganku ke badannya, aku terkejut. Astaga! Badan Paman bersimbah darah. "Pa ... man, kena ... pa?" Aku ter
Read more
Part 5. Beberapa Fakta
Aku tak lagi terkejut dengan fakta ini. Sebelumnya, aku sudah tahu karena pria itu sendiri yang mengatakannya. Awalnya aku tak mau peduli, tetapi saat mendengar langsung dari Paman, aku percaya dan yakin bahwa ucapannya benar. Lalu, untuk Davian yang sudah meninggal itu, mengapa dia bisa muncul di dalam mimpiku? “Bagai … mana, dia … mun … cul? Kami … bertemu.” Hanya itu yang bisa kikatakan ada Paman. Semoga saja beliau mengerti apa yang kuucapkan, karena aku tak bisa menjelaskan panjang lebar. Keterbatasnku ini, terkadang aku sangat membencinya. “Dav, kau pasti sudah tahu jika kau Delta, kan?” Paman menanyakan hal yang sudah kutahu ini? Apa tidak salah aku mendengar? Sebagai jawabannya, aku hanya bisa mengangguk saja. “Delta memiliki kesadaran yang berbeda dari manusia dan serigalanya. Saat serigala Delta mengambil alih, maka kesadaran manusianya berada di alam la
Read more
Part 6. Siapa Aku
Aku semakin bingung saja dengan semua ini. Memang, mereka yang melakukan pembunuhan dari salah satu pasangan werewolf, akan menggantikan posisinya menjadi pasangan. Namun, semudah itu hati ibuku berpindah? Semudah itu ibuku menerima kembali orang yang baru di hidupnya? Gampangan sekali. “Apa … ibu … ben … ci aku?” Aku memberanikan diri untuk menanyakan hal ini pada Paman. Tentu dengan berbagai pertimbangan. Sudah tahu kan, aku ini werewolf cacat. Dengan nada bicara yang gagap, dan mata sebelah wolf-ku yang buta. Aku curiga, siapa tahu Paman membawaku karena ibu ak menginginkan aku di sisinya. Yah, karena malu, mungkin. Bisa saja, kan? “Dari mana pemikiran itu berasal, Dav?” “Aku … ca … cat.” Aku memalingkan muka. Benci dengan kata yang keluar dari mulutku, tapi di satu sisi aku juga penasaran. Apa memang benar dengan fakta ini? Ak
Read more
Part 7. Rasa Sakit Ini
“Mereka menyayangi lebih dari yang kau tahu, Dav. Hanya saja, keadaan masih terlalu sulit untuk kita kembali bersama. Mereka tidak bisa berbuat banyak untuk kita. Dan yang terbaik dan bisa kita lakukan, adalah dengan bersembunyi seperti ini.” Aku masih berusaha untuk menghapus air mata ini. Ingin menghentikannya, tetapi terlalu sulit rasanya. “Aku …,” ucapku. Tak bisa melanjutkan karena tak tahu lagi harus berkata apa. “Aku tahu jika hidup kita di sini terlalu sulit. Paman janji, akan membawamu ke tempat lain jika itu memang pilihan yang bagus. Akan tetapi, apakah kau bersedia untuk pergi? Kau mau meninggalkan tempat ini bersama Paman?” Aku menggeleng. Meninggalkan tempat ini sama sekali bukan masalah untukku. Tidak ada teman yang bisa kurindukan, tempat penuh kenangan, atau harta benda berharga lainnya. Hanya Paman, serigalaku, dan kalung ini yang kupunya sejak dulu.&nb
Read more
Part 8. Keputusan Paman
“Pa … man.” Tenggorokanku terasa sakit, seperti ada yang mencekiknya dan membuat napasku terhenti. Namun, aku berusaha semampuku untuk mengeluarkan suara, berharap dengan panggilan ini aku bisa membuat Paman meresponku. Seingatku, rasa sakit yang menyerangku tadi sudah tak kurasakan. Entah sudah berapa lama rasanya menghilang, sepertinya aku harus bersyukur tentang ini. “Kau sudah sadar?” tanya Paman. Suaranya terdengar begitu serak. Terakhir kali aku mengingat, tentu tidak seserak ini. “A … ir,” ucapku. Hal kedua yang sangat kuinginkan setelah Paman, tentunya. Yah, sebenarnya aku ingin bertanya pada Paman apa yang terjadi. Namun, air adalah hal terpenting dan mendesak untuk saat ini. “Sebentar.” Aku masih berusaha untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku. Cahaya begitu terang, mungkin ini sekitar masuk waktu tengah hari. Dan ini ada
Read more
Part 9. Alpha Menyebalkan
Karena tubuhku masih merasa lemah, aku hanya bisa mengangguk saja menanggapi keputusan Paman. Keputusan ini mendapatkan dukungan penuh dariku. Jadi, Paman tak akan mendapati aku yang menghalanginya. “Wah, tak kukira kau masih hidup ya, Dav.” Sebuah suara kudengar dari balik tubuh Paman. Dari berat dan nadanya, aku mengenali ini sebagai suara dari Alpha—orang yang sudah membuatku sekarat beberapa hari yang lalu. “Al … Alpha,” lirih Paman. Beliau berdiri dan langsung menunduk, begitu sosok yang kini kubenci itu masuk. Kalau saja dia tak berusaha untuk membunuhku, tentu aku masih memiliki rasa hormat padanya. Sayangnya, dia sendiri yang membuang rasa hormat dariku. “Ma .. af. Ti … dak … hormat,” ujarku terbata. Jika saja Paman tidak memberiku kode untuk memberi hormat, tentu aku tidak mau susah payah berkata. Mau bagaimana lagi, untuk berdiri saja aku masih lema
Read more
DMCA.com Protection Status