Terjebak di Dalam Novel

Terjebak di Dalam Novel

By:  Red Cherries  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
16Chapters
3.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Jelek, culun, ratu jerawat, dan masih banyak panggilan buruk lainnya yang disematkan pada Alana di sekolah. Kehidupan sekolahnya memang seperti itu, hanya dicari ketika ulangan dan ujian tiba. Seolah tugasnya hanya untuk memberi anak-anak dikelasnya contekan. Situasi di rumah pun tak jauh berbeda. Ayah dan ibu yang selalu bertengkar ketika bertemu, membuat Alana lelah akan semua itu. Di suatu hari ketika dia benar-benar lelah dan kabur ke sebuah toko antik, dia menemukan sebuah buku fanfiction. Nama salah satu tokoh itu mirip seperti namanya, namun yang membedakan adalah Alana yang ada di dalam novel cantik dan pemberani, tak seperti dirinya. Di saat perjalanan pulang, tanpa diduga-duga saat pulang dia ditabrak oleh sebuah truk. Dan ketika bangun, wajah tampan seorang aktor papan atas berada tepat di depan wajahnya. "Alana? Kau kenapa? Aku ini kan kakakmu?" Alana masuk ke dalam novel itu!

View More
Terjebak di Dalam Novel Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
16 Chapters
BAB 1: "Kehidupan ku"
Angin malam yang dingin menusuk kulitku yang hanya memakai kaus dan kardigan tipis. Awan hitam tampak jelas berkumpul menjadi satu di atas sana, pertanda bahwa sebentar lagi akan hujan yang membuatku kini berjalan dengan cepat. Aku mendongak kala mendapati setetes air jatuh dari langit yang mendarat mulus di dahi penuh jerawatku. Lalu disusul dengan tetesan-tetesan air lainnya. Aku memejamkan mata kesal. Ah! Seharusnya aku membawa payung seperti yang disuruh ibuku tadi. Aku berlari secepat mungkin sambil melindungi buku novel yang baru saja kubeli bersamaan dengan hujan yang mulai turun dengan derasnya. Yah, aku tak bisa menghindar jadi seluruh tubuhku dibasahi oleh air. Tapi aku bersyukur karena kini jarakku dengan rumah hanya tinggal sepuluh meter. Setelah sampai di depan pagar, aku menekan password rumahku dan buru-buru membuka pintu rumah. Tetapi aku terdiam di depan pintu. Tanganku yang tadi sudah bersiap untuk membuka pintu,
Read more
BAB 2: "Toko Antik"
Ulangan harian yang sangat menguras otak itu telah berakhir. Kalian tahu pelajaran apa itu? Ya! Itu matematika! Rasanya kepalaku selalu berasap bila dihadapkan dengan rumus-rumus matematika yang memusingkan itu. Belum lagi guru yang mengajar di depan suaranya sangat lembek. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Aku terkejut setengah mati ketika mendapati seseorang menggebrak mejaku. Jantungku berdetak kencang, aku terdiam karena shock. Pelan-pelan kuangkat wajahku dan melihat siapa si penggebrak meja. Aku sangat yakin wajahku semakin memucat mendapati wajah marah Riana sedang menatap tajam ke arah ku. Riana mendesis, “Kau tahu kan apa tugasmu dikelas ini?” Aku mengangguk takut-takut. Aku benar-benar ketakutan! Riana tidak pernah semarah ini sebelumnya, bahkan wajahnya saja sampai memerah menahan emosi. Kalau aku tidak membuat PR miliknya saja sudah dipermalukan, apala
Read more
BAB 3: "Bertemu Dengannya"
Sesuatu yang terasa basah mengganggu tidurku. Sepertinya ada seseorang yang sedang mengelapku dengan kain basah. Aku membuka mataku perlahan-lahan, awalnya memang sangat berat untuk dibuka tapi tetap aku paksa.   Spontan, aku melotot tak percaya melihat apa–maksudku, siapa–yang ada dihadapanku saat ini.   Rasa sakit di sekujur tubuh terasa olehku begitu aku membuka mata, tapi tak kuhiraukan karena aku malah beranjak duduk dan menyeret tubuhku ke dinding.    "Se-sebentar! Terlalu dekat!" Ujarku dengan panik.   Bagaimana aku tidak panik kalau aku sedang berduaan dengan lelaki yang tak kukenal? Di kamarku pula?   Yah, aku kenal sih, tapi dia memangnya kenal aku?   “Hey, kenapa kau waspada seperti itu kepadaku?” tanya Adnan yang heran dengan tingkahku.   "Bukan begitu..." Aku bergumam pelan, entah dia mendengarku atau tidak. &nbs
Read more
BAB 4: "Namanya Adelio"
Bagiku Lio–nama panggilan Adelio–adalah titik balik di hidupku.  Masih terbayang jelas di benakku ketika dia menatapku dengan sorot mata dingin, jijik, dan... Yah, intinya yang buruk-buruk.  "Aku membencimu!"  Dan kalimat itu juga pasti akan selalu terputar di otakku ketika mendengar namanya. Bagai lagu yang tak sengaja terputar di radio rusak, berulang-ulang hingga aku ingin menghancurkan segalanya.  Lio lah yang membuatku seperti ini. Membenci dan menyalahkan diriku sendiri tanpa sebab. Aku tidak tahu kami akan bertemu di dunia ini.  "Jawab aku! Kau benar Alana kan?" Lio berteriak membuat lamunanku buyar. Aku beringsut mundur, "Bukan! Aku tidak mengenalmu!"  Lio tampak begitu menyedihkan sekarang. Dia seperti kehilangan arah. Aku tidak tahu pasti, tapi kelihatannya dia tersesat di dunia
Read more
BAB 5: "Kakak Menyebalkan"
Suara berisik itu perlahan-lahan mengganggu tidurku. Seperti suara ayah dan ibu yang sedang bertengkar, sangat berisik. Tak tahan, akhirnya perlahan-lahan aku membuka mataku.  Tapi entah mengapa seluruh tubuhku rasanya sangat berat, belum lagi aku sulit bernafas. Nafasku seperti dibatasi oleh sesuatu, apa karena alat yang ada di wajahku ini? Dan juga kepalaku kini diserang rasa sakit yang luar biasa.  "A-ayah... Ibu..." Hanya suara lirih yang dapat kukeluarkan, karena jujur saja rasanya sangat sulit untuk berbicara. Untuk menggerakkan jariku saja rasanya tidak bisa.  Kenapa begini? Perasaan tadi aku baik-baik saja.  "Alana!" Ibu menyerukan namaku. Wajahnya yang pucat itu basah oleh air mata, "Kau sudah sadar, nak?"  "Aku akan memanggil dokter!" Kudengar suara langkah kaki ayah menjauh dari kamar.  "Maafkan kami, Alana. Kami minta
Read more
BAB 6: "Antara Alana, Lio, dan Riana"
Lio sudah duduk di kursi yang Adnan duduki tadi. Di ruangan ini hanya ada kami berdua, aku sengaja menyuruh Adnan untuk meninggalkan kami. Yah, walau sangat sulit untuk membujuknya keluar.  "Ada apa anda mencari saya?" Suaraku bergetar saat berbicara. Padahal aku ingin terlihat biasa saja, tapi kenapa suaraku mesti gemetaran?!  "Apa kau benar-benar tidak mengenaliku?" Tanya Lio dengan suara sendu yang tak dapat ia sembunyikan.  Melihatnya begini aku jadi merasa kasihan. Wajahnya pucat dan dia berjalan sambil menarik-narik tiang infus. Jangan bilang dia keliling rumah sakit dengan tiang itu demi mencari diriku?  Tapi sejujurnya, bagaimana dia bisa ada di dunia ini bersamaku? Dunia ini memiliki terlalu banyak teka-teki. Apa jangan-jangan ada orang lain lagi yang berasal dari duniaku? Atau... Ah aku tidak tahu. Rasanya kepalaku akan sakit lagi kalau memikirkan teori dunia novel ini.
Read more
BAB 7: "Hal Mengganjal"
Adnan tidak kembali ke kamar inap ku, bahkan ketika malam sudah berganti menjadi pagi. Apa dia semarah itu kepadaku? Ya, suasana di kamar inap ini semakin sepi tanpa ada dirinya. Karena dia yang selalu mengoceh di antara canggungnya suasana keluarga ini karena aku.  "Kau bertengkar ya dengan kakakmu?"  Mendengar pertanyaan tiba-tiba itu dari ibu–maksudku bibi, membuatku terkejut. Pantas saja sedari tadi dia menatapku dengan tatapan penuh kecurigaan dan penasaran, ternyata ada yang ingin dia tanyakan. "Tidak, kok!" Elak ku dengan cepat. Ibu, ah maksudku bibi–ini karena aku terbiasa memanggilnya ibu, tapi kalau aku memanggilnya bibi pasti dia akan langsung murung–tersenyum miring, "Kalian bertengkar karena apa?"  "Kubilang kami tidak bertengkar." Kurasa inilah yang dimaksud dengan insting tajam seorang ibu, meskipun aku bukan an
Read more
BAB 8: "Keluarga Hangat"
"Barang mu tidak ada yang tinggal kan?"  Aku menggeleng menjawab pertanyaan bibi.  Hari ini aku sudah boleh pulang ke rumah setelah lima hari di rawat inap. Jangan tanyakan seberapa leganya hatiku saat aku sudah melepaskan seragam pasien itu.  "Tampaknya kau sangat senang,"  Kutolehkan kepalaku menghadap Adnan. Bisa-bisanya dia bertanya dengan nada menjengkelkan begitu di hari yang indah ini! "Tentu saja aku senang. Siapa yang tahan tinggal di rumah sakit berhari-hari? Pinggang ku sudah sakit karena hanya digunakan untuk duduk dan tidur saja." Gerutuku yang mendapat balasan tawa oleh paman, bibi, dan Adnan.  Memangnya omonganku ini terdengar seperti lawakan? Bibi menggenggam tanganku, "Baiklah. Ayo kita pulang. Jangan biarkan tuan putri kita menunggu."  "Ugh, mau sampai kapan bibi menggod
Read more
BAB 9: "Mulan Sasikirana"
Apa ini adegan dimana Adnan bertemu dengan tokoh utama wanita, yaitu Mulan untuk pertama kalinya?  Ah, aku ingat! Di dalam buku, diceritakan Adnan yang membawa adiknya pulang dari rumah sakit. Kemudian mereka bersenda gurau di depan rumah dan di saat itulah Mulan datang. Adnan kemudian terpesona pada kecantikan luar biasa milik Mulan.  Benar-benar persis seperti yang ada di novel! Tapi kenapa aku tidak ingat kenapa Alana bisa masuk rumah sakit? Seharusnya itu diceritakan di bagian awal novel kan? "Permisi? Apakah benar ini rumah Tuan Adnan? Pemilik toko roti Lavender bukan?" Tanya Mulan pada Adnan yang terus terpesona pada kecantikan wanita itu. Lagipula siapa yang tidak akan terpesona pada seorang Mulan Sasikirana? Tubuhnya ramping tapi tidak terlalu kurus, rambutnya yang hitam legam bergelombang, spesifikasi wajahnya yang sangat sempurna dan saling melengkapi satu sama lain, dan satu yang
Read more
BAB 10: "Menonton Drama Secara Langsung"
Kakiku melangkah mengelilingi kamar tidur Alana dengan mata yang sibuk memandangi seisi kamar ini. Sedari tadi aku tidak bisa berhenti bergidik ngeri karena melihat kesamaan kamar Alana dengan kamarku yang ada di dunia nyata.  Mulai dari kasur, meja belajar, buku-buku kami, tulisan tangan kami, pakaian-pakaian kami, bahkan noda terkecil yang ada di dinding pun! Semuanya sama persis dengan kamar yang ada di dunia ku!  Apa ini dunia paralel? Setidaknya aku harus mencari petunjuk lain. Aku tidak bisa tidak tahu apapun mengenai dunia ini karena aku belum baca novel itu sepenuhnya. Jadi paling tidak aku harus menemukan petunjuk yang Alana dari dunia ini miliki untuk ku gunakan. Aku pun kembali membongkar meja belajar Alana. Bisa saja dia menulis buku harian. Tapi sepertinya dia tidak melakukan hal itu karena aku juga tidak. Aku biasanya mencurahkan segala isi hatiku di ponsel. Jadi mungkin...
Read more
DMCA.com Protection Status