Sumpah Dalam Kubur

Sumpah Dalam Kubur

Oleh:Ā Ā Nai RaĀ Ā On going
Bahasa:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 Peringkat
34Bab
6.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:Ā Ā 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hana dikubur hidup-hidup oleh mertua dan iparnya tanpa sepengetahuan Hadi, sang suami. Berita kehilangan Hana merebak ke seluruh desa, Hadi yang tidak kunjung menemukan istrinya akhirnya jatuh sakit. Semua warga desa percaya Hana menghilang karena dibawa lari oleh pria lain. Saat mertua dan iparnya semakin serakah memanfaatkan keadaan. Akankah Hana akan menuntut balas kepada semua orang yang berada di balik kematiannya?

Lihat lebih banyak
Sumpah Dalam Kubur Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Prican Tersiana
lanjuta nya manaaa
2023-07-08 08:09:26
0
user avatar
Nim
... bagus....
2022-08-17 22:03:53
0
user avatar
Zhu Phi
Bikin gemes Mampir yuk Rumah Kosong di Dusun Angker Dijamin seru
2022-06-08 16:47:02
0
user avatar
Kebo Rawis
Wow! Sungguh enggak habis pikir ada mertua model begitu. Luar biasa ...
2022-06-02 12:11:10
0
user avatar
Ursa Mayor
Jahat banget mertuanya.
2022-05-18 17:31:33
0
34 Bab
Menantu yang Terkubur
Tendangan demi tendangan terus dilayangkan oleh dua orang wanita, mereka terus menghantam seluruh tubuh Hana. Wanita itu berkali-kali meminta ampun. Namun, bukannya berhenti, tendangan dan injakan itu justru semakin brutal menyakiti tubuhnya. Seluruh tubuh Hana benar-benar terasa sakit. Darah segar berkali keluar dari mulutnya. Namun, mereka malah tertawa dengan keras melihat Hana yang terlihat lemah tak punya daya untuk melawan. Salah satu dari dua wanita itu menjambak rambut Hana lalu dengan sekuat tenaga menyeretnya. Perih, seluruh tubuh Hana terasa menyakitkan. "Bu ... am-ampun, Bu ...," ujar Hana terbata-bata, telinga dan kepalanya sakit karena beberapa tendangan yang berhasil mengenai kepalanya. "Apa? Aku tak bisa mendengar suaramu." Wanita di sebelahnya tertawa. Dua wanita itu menyeret Hana ke hadapan sebuah lubang yang telah digali sebelumnya. Hana menggeleng dengan kuat
Baca selengkapnya
Kegaduhan
Sudah seminggu Hana menghilang. Hadi mencarinya, ia mengerahkan tim pencari untuk menelusuri seluruh desa juga membayar beberapa warga untuk turut membantu.   Beberapa kali salah satu pekerjanya melaporkan hasil yang nihil, Hadi semakin dibuat cemas berlebihan. Tapi, dia tidak mau menyerah.  "Hadi, sudahlah, Nak. Mau sampai kapan kamu terus seperti ini?" tanya Bu Risma, kakinya terus mengikuti ke mana pun Hadi melangkah.  Bu Risma berkali-kali meminta anaknya untuk menghentikan pencarian tersebut. Risma cemas dengan keadaan sang anak yang sekarang benar-benar memprihatinkan, Hadi seolah tidak peduli dengan kesehatannya, yang dia pikirkan Hanyalah keadaan Hana sang istri, Risma kesal karena anaknya tidak pernah menyerah pada menantu yang dibencinya itu.  "Jangan suka memaksakan diri seperti ini, Hadi. Kamu juga harus memperhatikan kondisimu
Baca selengkapnya
Mendatangi Dukun
Hilangnya Hana masih menjadi misteri. Banyak pihak yang mendesak Hadi untuk mengikhlaskan ketiadaannya. Hidupnya berantakan setelah ditinggal pergi wanita itu. Satu-satunya penyemangat hidup yang dia miliki. Sungguh, Hadi bingung mana yang harus dia percayai. Sudah hampir sebulan Hana menghilang. Suami Sari pun belum juga kembali. Ini semakin menguatkan fitnah Sari bahwa Hana memang dibawa lari oleh suaminya. Risma pun terus mencecar anaknya bahwa Hana bukanlah menantu dan istri yang baik. "Hadi, kamu baik-baik saja, Nak?" Risma berseru dari luar kamar, beliau hendak menyuruh anaknya untuk makan. Sejak Hana menghilang, pria itu benar-benar tidak terurus, dia lebih sering melamun, malas bekerja, bahkan kurang menjaga kesehatan. Hal itu membuat Risma kesal, seandainya dia membunuh Hana lebih awal, mungkin anaknya tidak akan menderita seperti ini. Sebagai ibu yang mencintai anaknya, dia tak rela anaknya
Baca selengkapnya
Hana Bangkit Kembali
"Kang, akhirnya pulang."   Susi langsung tersenyum semringah ketika melihat Awan pulang ke rumah. Wanita itu sedang menyiapkan makan malam, menu makanan mereka tidak lagi telor ceplok dan sayur bening, setelah Gunawan menjadi tangan kanan Bu Risma, kehidupan ekonomi pasangan suami istri itu lumayan membaik.  Mareka tidak lagi harus berhutang ke warung demi seliter beras untuk makan setiap hari. Rumah yang dulunya berdinding anyaman bambu jauh dari kata layak pun pelan-pelan berubah menjadi rumah gedongan.  "Apa kata Bu Risma, Kang? Apa yang beliau katakan?" Susi langsung menghujani suaminya dengan banyak pertanyaan.   Awan memilih untuk duduk di sofa terlebih dahulu, sebenarnya hatinya sedikit cemas. Antara takut ketahuan oleh warga dan juga rasa bersalah karena sudah ikut andil dalam pembunuhan istri majikannya.  
Baca selengkapnya
Keresahan Para Petani
"Rumah milik Mas Hadi yang di kota buat aku saja. Aku sama mas Surya kan tidak lama lagi akan menikah." Lilis berkata santai seolah tanpa beban. "Lagipula rumah itu tidak jadi dihuni, kan? Mbak Hana juga gak kunjung ditemukan."   Hadi yang saat itu hanya bisa terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan jarum infus menusuk punggung tangan tidak punya daya untuk sekadar menjawab. Dia bahkan tidak memikirkan harta benda milik Hana yang perlahan dialih tangankan.   Keadaan Hadi saat ini cukup mengkhawatirkan. Tubuhnya yang dulu berisi dan gagah--tipikal idola kaum hawa--langsung berubah menjadi kurus. Pipinya semakin tirus, Hadi seolah kehilangan dirinya sendiri. Dia linglung bahkan jarang menjawab setiap kali diajak ibunya bicara.   Pria itu sering menjerit seperti kesetanan, berkali-kali Lilis dan Risma berusaha menenangkan. Namun, selalu berakhir dengan pria itu yang mengamuk. Risma pun terpaksa meminta bantuan dukun ke
Baca selengkapnya
Aku Belum Mati
Hadi berbaring di ranjang rumah sakit. Jarum infus menjadi teman di dalamnya saat ini. Sejak sakit bayang-bayang Hana selalu muncul, penyesalan terbesarnya setahun lalu di tempat ini. Saat itu, Hadi sempat memekik memanggil nama Hana sebelum akhirnya tubuh sang istri-benar jatuh menghantam lantai. Dia tidak sempat menyambutnya karena Hadi juga agak kaget melihat darah mengalir di sepanjang kaki istrinya. "Pasien sebelumnya mengalami pendarahan hebat. Saya menebak, pasien pernah mengalami hal ini, kan? Karena dari hasil USG yang kami tadi, janin dalam kandungannya tidak berkembang dengan baik. U
Baca selengkapnya
Awal Tragedi
"Belum, Lis. Aku belum mati." Lilis terbelalak. Dia berteriak seraya mundur menjauh, gadis itu masih tidak percaya dengan sosok yang berada di hadapannya. Bagaimana mungkin Hana masih hidup? "Pergi kau, pergi! Kau sudah mati!" Lilis berusaha menyadarkan diri. Sosok Hana terus mendekat, akhirnya mereka berdua saling berhadapan. "Lilis... aku masih hidup."
Baca selengkapnya
Korban Pertama
Risma terus mondar-mandir di ruang tengah, hatinya dilingkupi kecemasan. Bagaimana dia tidak cemas, malam itu Lilis pulang dengan keadaan mengenaskan, tubuhnya gemetar hebat, kepalanya berdarah, dia jatuh pingsan begitu keluar dari mobil. Risma langsung memekik melihat kejadian itu. Esok harinya Lilis terbangun dengan sorot mata ketakutan. Entah apa yang telah gadis itu lihat sampai begitu histeris. Risma sampai pusing mendengar teriakannya. Seolah-olah gadis itu baru saja melihat hantu. "Bu, bagaimana ini. Hana masih hidup, Bu. Dia akan datang ke rumah ini. Tamatlah kita!" Lilis yang tengah duduk di sofa kembali gemetar, dia panik, sang ibu berusaha untuk menenangkan. "Sudahlah, ini pasti cuma halusinasi kamu. Ibu kan udah bilang wanita itu sudah mati!" "Tapi aku melihatnya, Bu." Lilis tetap ngotot. "Dia mencekik leherku kemudian membantingku ke tanah. Lihat ini." Lilis memperlihatkan bekas merah di
Baca selengkapnya
Meneror Lilis
"Han-Hana ...."Tubuh Risma langsung gemetar melihat sosok yang ada di depannya. Wanita itu masih tidak percaya kalau yang berada di hadapannya saat ini adalah Hana.Dia bisa melihat sorot kebencian dari mata coklat keemasan itu, sorot dendam yang berkilat seolah ingin menghabisi ipar dan mertuanya. Dia bukan lagi Hana yang mereka kenal, wanita lemah itu sudah berubah menjadi begitu kuat sekarang."Apa yang kau lakukan di sini? Setelah berselingkuh dari Hadi, kau masih berani menginjakkan kaki di desa ini?!" tantang Bu Risma mencoba berani. Dia yakin Hana yang ada di depannya masihlah sesosok manusia. "Dasar wanita tak tahu malu!"Ah, bahkan ibu mertuanya masih saja belum berubah. Kasar dan arogan. Apakah Risma tidak takut tulangnya dipatahkan menjadi dua bagian oleh Hana?"Ini desa kelahiranku, Bu. Aku bisa pulang kapan saja." Hana menjawab dengan tenang."Pezina sepertimu tidak diterima di desa ini. Kembalikan suamiku, dasar wa
Baca selengkapnya
Meneror Lilis (2)
Duk! Duk! Duk! Duk!Saat sedang sibuk memikirkan segala kemungkinan, telinga Lilis mulai terusik oleh suara benda tumpul yang dipukulkan secara pelan pada papan kayu berulang-ulang. Waktu menunjukkan pukul lima sore. Di luar sana langit sudah menggelap akibat mendung, tanda hujan sebentar lagi akan turun. Suara pukulan itu membuat tubuh Lilis menjadi tegang seketika.Suaranya ketukan benda tumpul itu berhenti pada ketukan ke lima. Sesaat hilang kemudian muncul kembali. Apakah itu ulah bu Risma yang terus mencoba membujuknya untuk keluar dari kamar?"Ibu, kaukah itu?" teriak Lilis lantang.Lama tak terdengar kembali suara ketukan benda tumpul dari arah pintu. Senyap. Nyaris tak terdengar suara apa pun. Bahkan suara para pembantu di rumah itu sama sekali tak terdengar di telinganya.Lilis mencoba memberanikan diri untuk mengecek keadaan. Dia tidak suka ditakuti, mana mungkin hantu Hana berani datang ke rumahnya? Perasaan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status