Wanita Tangguh

Wanita Tangguh

Oleh:  Naily L  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
25 Peringkat
43Bab
3.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Syifa menerima pinangan Hamzah atas dasar perjodohan oleh sang guru. Malangnya orang tua Hamzah memiliki sikap dan watak yang buruk, begitupun kondisi perekonomiannya. Kehidupan setelah pernikahan menjadi pergulatan mental yang sangat hebat bagi Syifa. Akankah dia bertahan mengarungi bahtera rumah tangga bersama Hamzah?

Lihat lebih banyak
Wanita Tangguh Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
momiji maple
maaf saya baru.. ini upload brp minggu sekali ya.. penasaran thor..
2023-09-24 18:07:14
1
user avatar
Henny Kristina
Cerita yang apik ..wajib di baca
2022-09-16 08:09:49
2
user avatar
Henny Djayadi
seru, mengharu biru, kisah klasik mertua dan menantu yang akan melatih kesabaran
2022-09-15 18:17:37
2
user avatar
Molista
baru baca tiga bab sudah sedih aja. Syifa, kamu yang sabar ya. semangat thor, siap masukin rak buat bacaan.
2022-09-15 16:38:25
1
user avatar
Rai Seika
Sepertinya seru, masukin rak dulu
2022-09-15 16:24:55
1
user avatar
Yen Lamour
Butuh ekstra kesabaran nih ngadepin mertua sperti itu. Semangat syifa (^^)
2022-09-11 22:29:02
1
user avatar
Mama Lana
Ceritanya menarik sekali kak, ayo semangat .........
2022-09-11 17:37:40
1
user avatar
Enno Ramelan
Rekomen banget, Gaes .........
2022-09-11 13:28:22
1
user avatar
Riri riyanti
memang harus kuat ati sih kalau punya mertua modelan gitu🥲 kamu kuat, Syifa...
2022-09-07 08:06:02
1
user avatar
Rifat Nabilah
Jadi pengen punya suami kayak gini...
2022-09-07 08:02:21
1
user avatar
Aphrodite
cobaan pernikahan adalah mertua dan materi, Syifa kamu harus kuatt...
2022-09-06 19:32:56
1
user avatar
Mrs.O
hamzah dan syifa semoga rumah tangga kalian samawa ya. sering sedih kalau baca cerita rumah tangga yang model gini author! tapi ini seru. lanjutkan ! :)
2022-09-06 16:42:36
1
user avatar
Rosemala
keren kak...... semangat
2022-09-06 14:12:24
1
user avatar
Rosemala
keren kak...... semangat
2022-09-06 14:12:22
1
user avatar
Nikilos
satu lagi cerita tentang pernikahan yang rekomended banget, good job buat authornya
2022-09-06 12:53:29
1
  • 1
  • 2
43 Bab
Peristiwa Saat Akad
Di tengah keriuhan suasana sebuah pelataran masjid, tiba-tiba seorang ibu menarik anaknya yang telah mengenakan busana kemeja putih dengan balutan jas hitam.Pria itu membetulkan peci yang melekat di kepalanya lantaran tubuhnya sedikit terhuyung akibat tarikan cukup keras dari sang ibu.“Apa-apaan kamu? Kenapa ada cincin segala?” ucapnya usai melepas ikatan tangan pada sang anak.“Aku ingin menambahkan mas kawin dengan cincin ini Bu.” Hamzah mengeluarkan benda melingkar berwarna kuning emas itu dari saku celana, lengkap dengan wadahnya berbentuk hati berwarna merah.“Uang dari mana kamu?!” ujar Bu Santi seraya melototkan kedua bola matanya.“Sejak ingin menikah, aku mulai menabung Bu. Walaupun hasilnya tidak banyak, hanya bisa membeli cincin dua gram ini saja,” jelas Hamzah sembari menunduk memperhatikan cincin dalam genggaman tangannya.“Nggak usah! Cukup mas kawin dari pak yai saja.” Bu Santi segera merebut benda kecil dari tangan anak tertuanya itu.“Tapi Bu ....” Hamzah berusaha m
Baca selengkapnya
Ujian Pertama Menjadi Istri
Sontak anak laki-lakinya itu menghempaskan nafasnya kasar.Hamzah melangkahkan kakinya menuju tepi ranjang. Ia raih kaki sang ibu, lalu di pijatnya perlahan. Bu Santi tersenyum tipis menatapnya seraya terbaring, tak lama berselang ia kembali mengambil benda pipih yang sebelumnya ia letakkan di samping dirinya.“Hahaha.” Tawa Bu Santi menggelegar di dalam ruangan itu. "Ada apa sih Bu?” tanya Hamzah dengan raut penasaran sembari terus memijat kaki ibunya.“Ini ibu lagi chat’an sama Jeng Rani,” sahutnya.“Hmmmm,” balas Hamzah. Sejenak kemudian laki-laki itu terdiam, ia jadi ingat sang istri yang masih di belakang sana. “Hamzah mau ngecek Syifa dulu Bu,” tutur Hamzah menyudahi aksi pijat memijatnya, sejurus kemudian ia keluar dari ruangan itu.“Hmmm, istri manja! Masak aja di temenin,” geram Bu Santi saat pintu kembali tertutup.“Dek, kamu masak apa?” ujar Hamzah seraya menghampiri Syifa di dapur. Sang istri nampak sibuk mengulek sesuatu di atas cobek. Hijab nya terselampir di bahu den
Baca selengkapnya
Malam Pertama Yang Pilu
Syifa duduk terpaku di sisi ranjang, jiwa dan raganya terasa membeku. Bayangan kebahagiaan yang pernah ia rasakan kini sirna dengan kenyataan pahit yang ia terima. Cukup lama Hamzah tak menyusulnya, entah apa yang ia lakukan untuk membujuk sang ibu agar mau kembali makan setelah dirinya mengganti lauk menu yang di sediakan.Gadis berhijab itu menyangga kepalanya dengan kedua tangan.“Malang nian nasibku,” keluhnya lirih.“Ya Allah kalau ini memang takdir hidupku maka berikan kesabaran pada hamba yang kurang bersyukur ini,” lanjutnya dengan menghiba.Sontak ia mengingat bagaimana kesepian hidup yang ia alami selama ini, tanpa abi maupun umi yang membesarkannya.Paman Aris dan Bibi Laras selalu mengatakan kebaikan-kebaikan kedua kakanya selama hidup, sampai akhirnya kecelakaan merenggut keduanya dan menyisakan Syifa sendirian yang selamat saat itu.Sudut mata gadis berperawakan kurus itu mengembun, berulang kali ia menghela nafas panjangnya guna menahan gemuruh kepiluan yang mendera ha
Baca selengkapnya
Adaptasi Dengan Kesabaran
Syifa menangis tersedu-sedu di dalam kamar mandi, isakan tangisnya tersamarkan bunyi keran mengucur air deras yang sengaja ia putar untuk meredam suara-suara yang mungkin saja timbul dari dirinya.“Hiks ... hiks ... hiks ....” Syifa terus saja mengeluarkan semua emosi yang memuncak di dada, yang sempat ia bendung sejak semalam.Tok! Tok! Tok!“Dek, sudahkah mandinya? Ini sudah jam lima lebih, mas belum sholat.” Suara resah Hamzah terdengar di depan pintu kamar mandi. Syifa segera menghapus semua sisa air mata di wajahnya dan menahan isak tangis agar tak terdengar dari luar sana.“Iya Mas, sebentar lagi,” sahut Syifa seraya menuang-nuangkan air dari kolam ke bawah lantai. “Mas tunggu,” tandas suaminya.Syifa menghela nafas panjangnya, tak terasa menangis menyita waktu mandinya begitu lama.Usai beberapa waktu kemudian, Syifa telah selesai menyiapkan makanan untuk sarapan pagi, kini saatnya ia merapihkan diri guna bersiap menjalankan tugasnya sebagai guru di salah satu lembaga pendidi
Baca selengkapnya
Kesialan Menimpa
Sesampainya di tempat sekolah berbasis Madrasah Tsanawiyah itu Syifa berlari kecil menuju ruang guru, suasana telah sepi. Seluruh siswa telah masuk ke kelasnya masing-masing.Dengan perasaan malu dan takut Syifa terus melajukan kakinya melewati lorong kelas satu persatu.Hampir saja ia memasuki ruangan tempat stand by para pengajar, akan tetapi laki-laki matang berseragam dengan kepala pelontos menghadangnya di depan pintu.Syifa segera menundukkan wajahnya usai melihat raut wajah laki-laki dewasa di hadapannya.Tak menunggu lama, Syifa di giring laki-laki berstatus kepala sekolah itu ke ruang kerjanya.“Dasar nasib, udah jatuh ketimpa tangga ... di rumah gaduh, di sini berurusan dengan kepala sekolah,” keluh Syifa dengan perasaan gusar.Pak Amin duduk di kursi tugasnya, membuat hati Syifa semakin tegang di buatnya.“Guru baru sudah bisa terlambat masuk.” Pak Amin membanting kertas absensi guru di hadapan Syifa.Walaupun tak begitu keras dan tak terdengar nyaring. Namun, cukup membuat
Baca selengkapnya
Pertengkaran di Sekolah
Suara keduanya begitu kentara terdengar di telinga Syifa dan Rachel.Dua wanita muda itu saling bertatapan sejenak dengan langkah yang terus di pijaki.Saat kedua netranya menatap kedepan, tiba-tiba bola matanya tercengang melihat sosok laki-laki yang sangat ia kenal keluar dari ruangan TU dan melenggang menuju gerbang depan.Sontak Rachel menepuk lengan Syifa perlahan, akan tetapi wanita bersuami di sampingnya telah lebih dulu menangkap kehadiran sang suami di sana.“Suamimu habis ngapain Syif? Bawa map segala,” seloroh Rachel melihat laki-laki memakai kemeja putih lengkap dengan celana dan sepatu hitam.“Nggak tau,” balas Syifa. Kedua netranya tak lepas dari tubuh suaminya yang melangkah pergi.Tak lama kemudian tanpa menunggu lama lagi Syifa berlari kecil mengejar tubuh suaminya yang menghilang di pandangan matanya. “Syif, mau kemana?” teriak Rachel memanggilnya. Namun, Syifa tak menghiraukan panggilannya.Ia segera menghampiri sang suami dengan ayunan kaki yang di percepat. “Mas
Baca selengkapnya
Menemukan Hamzah di Masjid.
“Aku malu Hel,” ungkap Syifa merunduk malu. “Santai aja, kamu kaya sama siapa aja,” ujar Rachel sembari tersenyum riang, ia berusaha mencairkan suasana canggung pada diri Syifa.“Kamu pulang sama aku nggak?” lanjut Rachel menawarinya. “Hmmmm.” Syifa melirik tempat kosong tepat dimana sang suami berdiri sebelumnya.Bahkan ia melihat beberapa guru telah mondar-mandir di tempat itu seperti biasa layaknya suasana pulang sekolah.Ada yang menatap dirinya sekilas, lalu mengalihkan pandangannya tanpa menegur sapa. Syifa menghempaskan nafasnya kasar.“Kamu pulang aja Hel,” ujar Syifa datar.“Kamu pulang sama siapa?” Rachel mengernyitkan dahinya.“Biasa, di jemput suami.” Syifa menyunggingkan senyumnya. Sejurus kemudian ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Emmm ... paling Mas Hamzah udah nungguin aku di jalan, Hel,” sambung Syifa sekenanya.“Kamu yakin?” ulang Rachel meyakinkan.Syifa manggut-manggut meresponsnya, sesaat kemudian kedua sudut bibirnya melengkung menampilkan deretan gigi
Baca selengkapnya
Berdamai Dengan Keadaan
“Hamzah! Gimana ini? Ibu tungguin sampe kamu pulang belum di beli juga token listriknya. Mati listrik tuh!” pekik suara wanita yang tak asing dan memekakan telinga.Seketika rona keindahan bunga memudar dalam pandangan Syifa, ia berbalik menatap tubuh suaminya yang hendak masuk ke dalam rumah.“Kamu tuh, ya? Bilangnya mau keluar sekalian beli token, nyatanya sampe sore begini,” ujar Bu Santi merutuki sang anak, wanita separuh baya itu telah berdiri seraya berkacak pinggang seolah menyambut kedatangan sang anak dengan kemarahannya.Syifa membuntuti langkah Hamzah di belakang, sekilas ia melihat jelas wajah geram sang ibu kepada anaknya. Sejurus kemudian Hamzah berbalik menatap sang istri dan memberi isyarat untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu.Sontak Syifa mengangguk pelan merespons sang suami.“Gini Bu, Hamzah jelasin dulu, ya?” Hamzah merangkul pundak sang ibu dan menuntunnya menuju ke dapur.Di dalam kamar bernuansa pink itu ia menatap sekeliling, apa saja. Namun, hanya hening ya
Baca selengkapnya
Berbagi Nafkah
“Kenapa Bu?” tutur Hamzah saat pintu terbuka yang menampakkan ibunya berdiri tepat di ambang pintu.“Kasih ibu uang belanja!" pinta Bu Santi seraya menengadahkan tangan di depan sang anak. Tanpa banyak berkata Hamzah segera berbalik melangkahkan kakinya mendekati sang istri. Ia mengulurkan tangannya mengambil salah satu uang hijau dua puluh ribuan yang berjumlah dua lembar di atas meja rias itu. Sontak Syifa menatap wajah suaminya dengan heran. “Adek nggak jadi beli handbody, Mas?” ucap Syifa saat Hamzah mengambil uang yang sebelumnya ia berikan saat Syifa meminta hand body baru karena telah habis.“Belinya nanti aja, ya, Sayang? Hari ini mas akan mencari pekerjaan tambahan buat menghasilkan uang lebih,” jelas Hamzah membuat Syifa terpaksa menganggukan kepalanya pelan. Lalu dengan langkah sigap Hamzah memberikan lembaran kertas rupiah itu kepada sang ibu. “Ya Allah gusti! Cuman di kasih segini? Sekali-kali di tambahin lah Hamzah! Jaman sekarang uang segini cuman bisa beli tahu te
Baca selengkapnya
Cibiran
Rachel nampak memikirkan sesuatu seraya terdiam sejenak. Di sela-sela waktu sahabatnya berfikir, Syifa menggunakan kesempatan itu untuk memperhatikan pepohonan rindang yang di tanam sekitar taman. Semilir angin yang menggoyangkan dedaunan menghipnotis fikirannya. Perlahan kenangan masa kecil saat ia berlibur bersama abi dan uminya itu muncul kembali dalam benaknya. Keduanya seringkali mengajak Syifa bermain di alam bebas, melihat pemandangan, taman bunga, bahkan sang abi seringkali mengenalkan Syifa nama-nama tanaman di sekitarnya. Moment yang masih tergambar di pikirannya menjadi kenangan yang sangat berharga bagi Syifa. Saat menikmati suasana alam, dirinya merasa bahwa kedua orang tuanya masih hidup bersamanya. Di sisi lain Rachel mulai membuka kembali mulutnya untuk berbicara.“Yang pertama baru lulus kuliah tapi belum kerja, otomatis belum mapan.” Rachel menjelaskan. “Yang kedua lagi lanjut S2 dan punya perusahaan, tapi agak tuaan, aku kurang sreg sama yang tua-tua,” lanjut
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status