Tawanan Mertua Kakak

Tawanan Mertua Kakak

By:  Fidia Haya  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
178Chapters
4.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Amina, tak pernah menduga, keputusannya menerima pekerjaan sebagai penjaga toko emas milik kakak iparnya, merupakan awal kisah kelam dalam kehidupannya. Gadis cantik itu disekap oleh Jazuli – mertua kakaknya selama 6 tahun akibat menolak dijadikan istri kedua hingga melahirkan seorang anak perempuan. Di sebuah gudang beras yang pengap dan terbengkalai, di belakang rumah Jazuli. Amina menjalani hari-harinya dengan air mata darah. Dia berjuang untuk tetap waras menatap masa depan sambil mengasuh anaknya sembari berpikir bagaimana caranya melarikan diri. Mampukah Amina melepaskan diri dari cengkraman lelaki gaek itu, kuatkah ia bertahan dan menata masa depannya kembali yang telah terkoyak parah?

View More
Tawanan Mertua Kakak Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
178 Chapters
Bab 1
Jika kamu suka ceritanya, subcribe yuk!05082022Amina selesai menyanggul rambutnya yang panjang, setelah itu dia memoleskan lisptik warna nude ke bibirnya. Kemudian ia merapikan baju kemejanya. Senyum gadis itu mengembang melihat pantulan dirinya di cermin.Hari ini adalah hari pertama Amina bekerja di toko emas milik kakak iparnya Wahyu yang menikah dengan Ajeng, kakaknya. Usia mereka terpaut 4 tahun.Karena ketiadaan biaya, selepas SMA Amina tidak melanjutkan kuliah, dia menganggur selama setahun. Dia senang sekali ketika Ajeng dan Wahyu pulang kampung lebaran kemarin lalu menawarinya pekerjaan.“Amina, kalau kamu sudah selesai berdandan cepatlah keluar dan beli sarapan,” kata Ajeng dari ruang keluarga.Amina cepat-cepat keluar menemui kakaknya. “Aku sudah menyiapkan sarapan Kak, ada nasi goreng dan telur ceplok.”Ajeng melihat adiknya dari atas ke bawah. Timbul rasa iri di hatinya. Postur tubuh Amina tinggi semampai. Pakaian apapun bagus ia kenakan.Amina juga cantik, dia memiliki
Read more
Bab 2
Bab 2 06082022 "Amina, kamu mau kan?" tanya Jazuli lagi. Sedetik pun ia tak melepaskan pandangannya pada kecantikan gadis muda itu. Jazuli terpesona dengan Amina! "Eng, gak tahu ya Om. Saya tidak bisa berjanji." Perut Amina mendadak kaku berada di dekat Om Jazuli. Pandangan pria tua seperti seekor serigala lapar yang siap ingin menelannya bulat - bulat hingga ia kesusahan bernapas. Amina merasakan waktu berjalan sangat lambat. Tak berselang lama, 2 karyawan lelaki Toko Emas Murni datang. Amina mengetahuinya karena membaca nama toko kakak iparnya tertulis di kaus seragam yang mereka pakai. "Pagi Pak," sapa Yoga ramah. Tampilan rambutnya sangat klimis. Matanya melirik pada Amina. Bau pomade menusuk hidung Amina. Sedangkan kawannya yang bernama Rudi tersenyum cengengesan memperlihatkan giginya yang sedikit menonjol ke depan. "Pagi juga," jawab Jazuli. "Kenalkan, ini Amina, karyawan baru di sini. Amina adalah adiknya Ajeng." Mata Jazuli memperhatikan karyawannya. "Awas, kalian
Read more
Bab 3
Bab 306082022Sepulangnya dari tempat kerja, Amina tidak langsung pulang ke rumah kakaknya, melainkan pergi ke taman dan duduk di bangku kayu dengan wajah murung.Kejadian di toko tadi membuat Amina resah memikirkan bagaimana menjalani hari-hari selanjutnya. Sanggupkah ia bertahan bekerja di toko emas kakak iparnya?Bercerita dan mengadu pada Wahyu apalagi Ajeng kakaknya bukanlah solusi. Ia sangat mengenal kakaknya. Perempuan itu takkan mempercayai ceritanya dan bakal akan menuduhnya macam-macam.Berhenti bekerja? Nyali Amina ciut menghadapi cacian Ajeng yang pasti akan mengungkitnya tak tahu diri.Hhhh… Amina menghela napas panjang. Hatinya menggigil antara mengingat pelukan Om Jazuli dan ketakutannya menghadapi hari esok. Ia lalu pulang.Sementara itu di depan rumahnya, Ajeng berdiri seperti seorang satpam. Berkali-kali ia melihat ke jam dinding. Wajahnya dongkol karena Amina belum pulang. “Kemana aja sih anak itu!”Wahyu yang sudah tiba terlebih dahulu, memperhatikan istrinya. “Su
Read more
Bab 4
Bab 4 07082022“Tumben pagi-pagi ke rumah, Pak?” sapa Wahyu yang sedang menyiram tanaman. “Bapak mau sarapan di rumahmu. Amina apa sudah selesai memasak?” Jazuli langsung masuk ke dalam rumah.Wahyu menghentikan kegiatannya dan mengikuti langkah Bapak. “Ma, ada Bapak datang,” teriaknya dari garasi.“Iya!” jawab Ajeng dari kamar dan cepat-cepat menyelesaikan memakai make-upnya. Kemudian menemui bapak mertuanya di ruang tamu.Mata Ajeng mengerling curiga melihat penampilan Jazuli yang perlente. Gaya berpakaian koboi, celana jeans, kemeja flannel, sepatu bots dan topi koboi. Mertuanya tampak gagah sekali.“Mau ke mana Pak?” tanya wanita itu.“Mau ke sini setelah itu ke toko. Kenapa? Kamu aneh melihat mertuamu ganteng begini?” tanya Jazuli dengan tergelak. Lelaki itu lalu duduk di sofa.Ajeng mesem dan melihat ke suaminya. “Pa, tuh lihat gaya pakaian Bapak, modelnya kekinian. Lihatnya enak, gak kayak kamu, jadul!” ucapnya masam. Ia berubah membandingkan cara berpakaian kedua lelaki itu.
Read more
Bab 5
Bab 5 07082022 Toko Emas Murni milik Om Jazuli lebih besar besar daripada milik kakak iparnya. Lokasi tokonya strategis, di tengah - tengah kota, dekat dengan pasar dan Mall. Pembelinya lebih ramai. Menurut yang Amina dengar dari pembicaraan pengunjung, mereka suka dengan model perhiasan yang up to date. Ada 4 orang karyawan lelaki. Semua sudah berumur, Amina mengira usianya di atas 30 tahunan. Amina hanya satu-satunya perempuan yang bekerja di situ. Dia sangat kikuk sekali. Apalagi saat melihat mobil Om Jazuli datang. Bertambah takutlah Amina Jazuli memanggilnya. "Amina sini, tolong bantu Om belikan roti di minimart." Sebenarnya itu hanya taktik Jazuli supaya bisa berbincang dengan Amina secara pribadi Amina datang. "Tadi Om ke rumah mau menjemputmu. Eh kamu sudah berangkat." Jazuli tersenyum melihat Amina. Walau memakai baju sederhana, Amina cantik sekali. Jazuli sulit menahan detak jantungnya yang berdegup lebih cepat. Jazuli menyerahkan uang seratus ribu ke tangan Ami
Read more
Bab 6
Bab 608082022 Amina kesulitan bernapas. Wajahnya pucat pasi. Keberanian yang dimilikinya menguap. Ia masih ingin hidup dan bertemu dengan kedua orang tuanya. Dengan takut dan perut menahan mual, dia mengikuti perintah Om Jazuli.Tampak lelaki tua itu keenakan. “Teruskan Amina! Teruskan!” Matanya seperti orang mabuk. Lelaki itu terus mendesah. “Owh… aku cinta kamu Amina!” Dia terus menekan kepala Amina ke kemaluannya.Mertua kakaknya itu memang gila!Tenggorokan Amina seperti tersumpal daging yang kian menegang. Kemudian daging itu mengeluarkan cairan kental di dalam mulutnya. Tanpa sadar Amina menelannya. Rasa cairannya sangat menjijikkan!Perut Amina berontak dan berdesakan mau keluar. Dia tak tahan lagi dan berlari ke kamar mandi mengeluarkan semua isi perutnya. Setelah itu dia terduduk di lantai kamar mandi yang dingin. Namun, menyadari apa yang ditelannya tadi. Amina kembali muntah, hingga isi perutnya kosong. Gadis itu berdiri sempoyongan.Jazuli tak mengindahkan Amina. Dengan
Read more
Bab 7
Bab 7 09082022 Ajeng lalu memeriksa Amina, demamnya sudah hilang dan dia tertidur pulas di kursi. Dengan kaki berjingkat dia lalu mengambil tasnya dan meninggalkan Amina sendirian di hotel menuju parkir di mana bapak mertuanya telah menunggu. Dari kaca spion, Jazuli tersenyum melihat menantunya berjalan dengan percaya diri menuju ke arahnya. Dia membuka pintu mobil dan membiarkan Ajeng masuk. “Bagaimana? Apakah pekerjaanmu sukses?” Ajeng menepuk dadanya. “Siapa dulu dong, Ajeng!” jawabnya bangga. “Obat tidurnya sudah bekerja. Amina sekarang sedang tidur pulas seperti orang pingsan. Apa Bapak mau ke kamar? Atau membawa Amina langsung?” Jazuli berpikir sebentar. “Berapa lama obat tidurnya bekerja?” “Sekitar 7 – 8 jam.” Ajeng telah mencampur kopi latte Amina dengan obat tidur sebelum ia memberikannya pada Amina. “Hmm, sebaiknya aku bawa dia langsung. Kamarmu di sebelah mana?” tanya Jazuli antusias. “Ujung. Bapak bisa langsung membawa mobilnya ke depan kamar, dan membawa Amina ta
Read more
Bab 8
Bab 8 09082022 Amina tidak tahu sudah jam berapa sekarang. Dia hanya berbaring terlentang di atas kasur menatap cahaya matahari yang melewati celah genting yang berlubang. Di sampingnya ada tas plastik yang berisi botol air mineral dan roti yang masih tersegel. Mulut Amina mengatup rapat, bibirnya kering. Kerongkongannya haus dan perutnya lapar. Namun, ia memilih untuk tidak menyentuh makanannnya. Biar saja dia mati. Ia tetap berada di posisinya menghadap ke langit-langit. Sesekali saja ia menoleh melihat tikus dan kecoa yang berlalu lalang di sampingnya. Kemudian satu ekor tikus, sebesar anak kucing berdiri di samping Amina. Tikus itu menatap Amina lama. Amina tersenyum kecut. “Jangan melihatku seperti itu Kus! Aku tak butuh dikasihani! Kalau kamu makan rotiku, ambil saja, dan biarkan aku sendiri!!” teriaknya seperti orang gila. Tikus besar itu hanya mencicit, seakan-akan dia mengerti kesedihan yang sedang merangkul gadis di depannya itu dan pergi dengan cepat melewati karung
Read more
Bab 9
Bab 9 10082022 “Kita sebaiknya pergi ke rumah Ajeng, Pak,” kata Sarmini kecewa, setelah anak pertamanya itu menutup telpon tanpa memberikan waktu kepadanya untuk bicara. “Baiklah Bu, tapi besok saja ya. Bapak belum ada uang untuk bekal ke sana.” Raut muka Sahlan tampak sedih. Ia belum tahu ke mana mencari uang untuk bekal ke rumah anaknya. “Iya Pak.” Sarmini mengerti. Gaji honorer mereka berdua sekitar 2 juta sebulan, dan setengah gaji harus mereka relakan untuk membayar cicilan pada Bank untuk biaya pernikahan Ajeng setahun lalu. Seminggu kemudian, pagi-pagi Sarmini dan suaminya sampai ke rumah Ajeng. Sambil menenteng kresek yang berisi sayuran dan pisang Sarmini mengetuk pintu rumah anaknya. “Assalamualaikum.” Wahyu membukakan pintu. “Waalaikum salam,” jawab Wahyu kaget menerima kedatangan kedua mertuanya. “Mari masuk, Pak, Bu…” dia mempersilahkan mereka masuk. Mata Ibu celingak-celinguk mencari Ajeng dan Amina. “Ajeng masih keluar beli sarapan Bu,” kata Wahyu. “Amina mana
Read more
Bab 10
Bab 10 10082022 Amina bergerak seperti robot menyapu lantai semen. Wajahnya pucat dan tirus dengan tulang-tulang menonjol. “Oww!” Amina menjerit tertahan. Ada sesuatu yang menendang perutnya. Gadis itu duduk di lantai lalu meraba perutnya. Perlahan, Amina teringat sudah lama tidak mendapatkan menstruasi. “Tidak!” Kepanikan menerkam otaknya. “Tidak! Aku tidak mau hamil!” Senyum yang dimiliki semakin musnah ditelan derita yang menghampirinya. Seperti kesetanan, perempuan itu berlari dan berguling-guling di ruangan pengap bekas gudang beras itu. Setelah capek, ia duduk dan memukuli perutnya. “Keluarlah kamu, jangan diam di tubuhku!” ratapnya melas. Amina memijat perutnya dengan keras. “Tolong bantu aku, aku tidak mau hidupmu sengsara sepertiku.” Janin yang ada di dalam perut Amina kembali menendang, membuat perempuan itu tersadar ada mahluk kecil di dalam perutnya. Amina menangis tergugu. Ia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya lagi. Ratusan kali dia berdoa meminta malaikat mau
Read more
DMCA.com Protection Status