Merusak Pagar Ayu

Merusak Pagar Ayu

Oleh:  Nonnie Dyannie  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
29Bab
2.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tentang kehampaan hati seorang wanita yang menikah tanpa berdasarkan cinta, tetapi hidup bergelimang harta dan suami yang sangat menyayanginya. Juga tentang perasaan lain yang hadir untuk lelaki lain di tengah pernikahan yang berusaha ia jaga dan pertahankan. Namun, godaan dan rasa cinta yang begitu kuat membuatnya jatuh terperosok dalam lobang dosa yang sangat dalam.

Lihat lebih banyak
Merusak Pagar Ayu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
29 Bab
Bab 1_Kesetiaan Airin
BAB 1“Mari kita makan, Pangeran ...,” canda Airin pada lelaki yang telah menikahinya hampir sepuluh tahun yang lalu. Hidangan makan malam yang ia racik sendiri untuk suaminya ini merupakan makanan kesukaan mereka berdua. Gurami asam manis.Bram Indrawan—sang suami—tersenyum melihat tingkah istrinya yang menggemaskan. Airin Sukma, kini berusia 31 tahun, sedangkan Bram sudah kepala enam. Perbedaan usia mereka tiga puluh tahun. Sepuluh tahun yang lalu Bram yang waktu itu merupakan seorang duda yang ditinggal istrinya meninggal karena penyakit leukemia, menikahi Airin yang seorang kembang desa. Pernikahan yang tak didasari cinta dari Airin karena niatnya menikah dengan Bram hanya untuk berterima kasih karena lelaki paruh baya itu telah menyelamatkan nyawa ayahnya yang mengalami kecelakaan kerja dan harus segera menjalani operasi bedah kepala. Sementara sang ayah hanya seorang tukang bangunan di proyek pembangunan gedung bertingkat milik Bram.Bram yang terkenal dermawan dan selalu
Baca selengkapnya
Bab 2_Hampa
BAB 2Siang itu Airin masih bergelut dengan setumpuk file yang harus ia periksa. Ada beberapa desain terbaru harus ia cek sebelum lanjut ke produksi dan pameran. Ada dua cabang baru yang peresmiannya baru akan dilaksanakan bulan depan. Airin sangat ulet dalam menjalankan bisnisnya ini. Sebenarnya ia tidak mempunyai dasar ilmu berbisnis. Namun, wanita itu memiliki bakat di bidang desain. Dulu, ia sempat bercita-cita ingin melanjutkan pendidikan di bidang fashion, sempat bercita-cita ingin menjadi seorang desainer ternama. Namun, keadaan ekonomi keluarga menghentikan langkah dan cita-citanya. Pendidikannya berhenti hanya sampai di bangku SMA saja, setelah itu dia mencoba melamar pekerjaan sebagai buruh pabrik garmen hingga kecelakaan yang menimpa sang ayah dan akhirnya ia menerima pinangan Bram.Setelah menikah, Bram memboyong Airin untuk tinggal di Jakarta. Bram sangat memanjakan Airin yang kala itu masih sangat muda, dua puluh satu tahun. Dua orang anak Bram yang keduanya perem
Baca selengkapnya
Bab 3_Bertemu Ratih
BAB 3Hari ini Airin akan meresmikan pembukaan cabang baru untuk butiknya. Pagi-pagi sekali ia sudah rapi dan cantik. Bram yang tak bisa menemani karena harus menemui klien dari luar pun meminta maaf pada istrinya.“Sayang, maaf, ya, aku gak bisa hadir temani kamu di acara hari ini,” ucapnya seraya memeluk pinggang Airin.“Gapapa, Sayang.” Airin menjawab seraya tersenyum lalu merangkul dan menggelayut manja pada suaminya.“Bener gapapa, Sayang?”“Ya gapapa, dong.”“Terima kasih, Sayang. Kamu itu bener-bener wanita hebat. Aku bangga sama kamu dan aku sangat bahagia memiliki kamu. I love you.”“I love you more,”Bram dengan lembut mencium istrinya sementara Airin semakin erat memeluk suaminya.“Aku berangkat duluan, ya, kamu hati-hati, ya, Sayang.”“Iya, Sayang, kamu juga hati-hati.”“Kenzo?”“Gapapa, biar nanti aku yang antar.”“Oke.”Setelah Bram pergi, Airin gegas merapikan semua yang akan ia bawa untuk keperluan launching hari ini. Sambil sesekali memanggil Kenzo yang
Baca selengkapnya
Bab 4_Rencana
BAB 4Waktu sudah hampir lewat Magrib saat Airin tiba di rumah. Bram baru saja selesai menunaikan salat, saat Airin dengan terburu-buru masuk kamar."Hai, Mi, baru pulang, Sayang?" "Assalamualaikum," Airin menjawab dengan mengucap salam lalu mencium tangan suaminya."Wa'alaikum salam, salat dulu, Sayang.""Iya, Pi, aku bersih-bersih dulu, ya.""Oke, aku tunggu di bawah, ya."Bram berlalu keluar kamar sementara Airin gegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan salat Magrib. Hujan yang mengguyur Kota Bogor siang tadi membuat Airin tak bisa segera pulang karena kabut yang menutupi jalanan. Suara petir yang saling bersahutan membuatnya mengurungkan niat untuk segera pulang dan lebih memilih menata koleksi gaun-gaun yang baru saja ia keluarkan untuk dipajang di etalase depan butiknya.Tak henti ia mengucap syukur atas nikmat yang dirasakan, dan suami yang teramat sangat peduli akan dirinya dan juga orang tuanya di kampung. Adiknya bisa sekolah hingga ke perguruan
Baca selengkapnya
Bab 5_Peresmian Butik Baru
BAB 5Suara guyuran air di kamar mandi membangunkan Bram dari tidurnya, ia pun tak kalah kagetnya dengan Airin saat membuka mata ternyata hari sudah memasuki waktu Zuhur. Tadi ia berjanji akan membereskan koper Airin, tetapi ia malah tidur dan terlambat bangun."Sayang, maaf, jadi terlambat karena aku, ya?""Enggak, Pi, enggak terlambat, kok, masih ada waktu sekitar satu jam sebelum ke bandara, aku mau lanjut rapikan koperku, Papi mandi sana.""Aku bantu, ya?" "Enggak usah, Sayang. Mandi aja sana nanti 'kan mau antar Mami ke bandara""Beneran, nggak mau aku bantu?""Iya, nggak usah. Sedikit lagi, kok." Senyum manis Airin seolah menjadi candu bagi Bram yang selama ini sangat menyayangi Airin.Bram lalu beranjak ke kamar mandi dan tak lupa sebelumnya mencium Airin yang tengah berganti pakaian."Sudah, Sayang. Ayo mandi dulu sana."" Baik ,Tuan Puteri," candanya sebelum berlalu dari hadapan Airin."Pi ... Pi, kamu udah kek anak kecil aja, sih, kalo udah manja." Terkekeh dibuat
Baca selengkapnya
Kabar Dari Ratih
BAB 6Mereka memasuki sebuah kafetaria yang tak begitu padat pengunjung di siang hari. Meja paling pojok dengan view menghadap ke arah taman kecil di samping bangunan, menjadi pilihan untuk menikmati secangkir kopi dan menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit seperti yang dijanjikan Ratih ada Airin di telepon tadi."Silakan ...." Dazel menarik kursi dan mempersilahkan Airin untuk mendudukinya."Terima kasih."Seorang pelayan menghampiri mereka dengan membawakan buku menu untuk mereka memilih apa yang akan dipesan."Mau minum apa?" Airin mengangkat wajahnya dan menatap Dazel yang saat itu tengah menatapnya juga. Pandangan mereka saling bertemu dan keduanya sama-sama terpaku sampai beberapa detik, kemudian keduanya pun tersipu malu. Mirip remaja yang sedang jatuh cinta. "Sepertinya aku mau minum kopi latte saja," jawab Airin di tengah rasa salah tingkahnya."Wow ... kita punya selera yang sama," ucap Dazel seraya terkekeh."Oya?""Hmm ...."Dua kopi latte dan dua potong red velvet m
Baca selengkapnya
Bab 7_ Meminta izin
Bab7Tiba di hotel, Airin langsung menuju meja resepsionis untuk melakukan check in. Namun, Ratih lebih dulu berbicara pada petugas resepsionis dan tak lama petugas itu memberikan dua buah kunci kamar."Lho, kok?" "Iya, sebelum berangkat jemput lo tadi gue sempet pesan satu kamar buat lo, dan lo tau? Kamar lo itu pas sebelahan kamar gue!""Waaahh ... thanks, Beib." Airin berucap seraya menerima kunci kamar yang diberikan Ratih padanya.Dengan menggunakan lift mereka naik ke lantai delapan di mana letak kamar mereka berada."Rin, lo istirahat dulu, ya, ini udah hampir masuk waktu Magrib juga. Nanti pukul 19:30 kita keluar makan malam dan cari angin sedikitlah," ucap Ratih saat mereka sudah sampai di depan kamar. "Oke, gue juga udah pengen mandi, nih.""Ya udah, oke."Airin dan Ratih masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Setelah menyimpan barang bawaannya, Airin lalu masuk ke kamar mandi, berendam mungkin akan membuat badan lebih segar setelah perjalanan dari Jakarta ke Surabaya sian
Baca selengkapnya
Bab 8_Menyusul Ratih ke Surabaya
Ratih yang tak sengaja memperhatikan gerakan tangan Airin yang tiba-tiba berhenti menyuapkan makanan, lalu ia mengikuti arah pandang mata Airin dan seketika membulatkan matanya dengan mulut ternganga."Oh, my god! Itu—itu, 'kan? Heyy ... Airin! Itu cowok yang kemaren bareng, lo, 'kan? Dazel?"Ratih berbicara sedikit heboh sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Airin, sedangkan Airin yang masih terpukau oleh pesona Dazel seketika memerah wajahnya karena kepergok Ratih sedang menatap Dazel."I–iya, tapi gue enggak tau kalo dia juga menginap di sini," jawab Airin gugup."Gue, 'kan, enggak nanya kenapa dia ada di sini, Rin, gue cuma nanya itu Dazel? Kenapa lo salting, sih," Ratih sedikit tergelak mendengar jawaban Airin yang enggak nyambung sama pertanyaannya."Oh, eh, iya ... itu Dazel." Airin semakin salah tingkah. "Rin, kenapa, lo, salting, sih?""Gue? Salting?""Iya, elo, lah, masa gue!” Ratih terkekeh melihat Airin yang semakin jelas terlihat salah tingkahnya.Sementara itu, Dazel y
Baca selengkapnya
Awal Mula
Grand City Surabaya.Siang ini Airin dan Ratih memilih untuk shopping di Grand City Surabaya, keduanya memasuki mal dan menuju ke salah satu butik terkenal yang berada di lantai empat. Mal ini adalah salah satu pusat perbelanjaan terbesar di antara tujuh yang ternama di Surabaya.Mereka memasuki butik yang dituju dan langsung disambut hangat oleh seorang karyawan butik. Gadis berkulit kuning langsat dan bermata bulat dengan iris mata berwarna cokelat itu dengan telaten melayani Airin dan Ratih, mulai dari menanyakan apa yang dicari, mengambilkan dan membantu saat kedua wanita sosialita itu mencobanya.Beberapa potong pakaian akhirnya mencuri hati Airin juga Ratih, walaupun ada banyak koleksi pakaian cantik-cantik di butik miliknya, tetapi Airin selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa butik terkenal untuk melihat-lihat perkembangan fashion dan style terbaru supaya butiknya tak ketinggalan mode.Setelah puas berbelanja, keduanya lalu keluar dari butik dan menuju ke salah s
Baca selengkapnya
Kesan Pertama
BAB 10[tidur?] Satu pesan chat masuk di ponsel Airin, tentu saja dari Dazel."Belum, kok."[Seharian aku kangen kamu, boleh ketemu?]"Kapan?" Airin membalas singkat.[Sekarang, aku enggak bisa nahan kangen sampai besok.]"Sekarang? Tapi kan ini sudah malam, Zel."[Sebentar saja, Rin. Mau, ya? Di seberang hotel ini ada kafe yang buka sampai tengah malam nanti, aku tunggu kamu di sana, ya, please Rin, aku kangen banget.] Dazel tetap kukuh, mendesak Airin untuk bertemu.Airin berpikir keras, apakah ia harus mengikuti mau Dazel atau menolaknya? Jika ia ikuti, ia takut juga ini akan menjadi bumerang bagi rumah tangganya. Jika tidak, hati kecil Airin juga merasakan getar yang tak biasanya semenjak perkenalannya dengan pria itu.[Rin, gimana? Mau, ya?] Kembali Dazel mengirimkan pesan karena Airin tak menjawab pesan sebelumnya.Airin semakin galau, ya, atau tidak? Hingga akhirnya ia membalas pesan Dazel."Ya, sepuluh menit lagi aku sampai." Airin menekan tombol enter. Pesan pun terkirim. Ai
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status