13/40

"Dasar wanita jalang! Kamu tidak pantas untuk hidup, kamu harus mati! Mati! Mati!" Terdengar sumpah serapah dari dalam sebuah rumah mewah yang berada di dekat sebuah perkebunan karet. "Tidak! Tidak! Jangan, saya tidak bersalah. Jangan bunuh saya, tolong jangan bunuh saya," pinta seorang wanita muda sambil mengesot menjauh. "Jangan lari kau, Jalang! Perempuan sundal sepertimu itu lebih baik menjadi penghuni neraka," caci seorang lelaki pada seseorang. Sebastiaan menatap puas tembok di depannya yang kini sudah berubah warna dengan semburat warna merah. Lelaki itu tertawa sambil memiringkan bibirnya seraya bergumam sendiri. "Sudah kubilang, jangan pernah berani bermain api denganku jika kau ingin selamat. Tapi, sayangnya kau tak percaya dengan semua ucapanku. Kau sudah kubereskan, tinggal laki-laki yang sudah berani menyentuhmu itu saja lagi yang harus kuselesaikan." Semenjak kejadian itu, suasana perkebunan itu menjadi suram dan mencekam, terlebih ketika rumah itu dijadikan tempat tinggal seorang resesi Perang Dunia II beserta istrinya dan pada akhirnya ditemukan sudah membusuk di dalam rumah itu, tidak ada satupun yang berani berbuat macam-macam meskipun hanya sekedar bercanda. Hingga berpuluh tahun kemudian, ketika ada serombongan kecil mahasiswa yang datang karena ingin mendaki gunung dan malah tersesat di rumah milik Sebastiaan Van de Kroft tersebut dan tidak bisa keluar lagi Suasana mencekam begitu terasa di rumah itu, terlebih saat satu per satu dari mereka harus menerima berbagai teror yang membahayakan nyawa.

Masih dapat kuhirup aroma tanah basah yang sore tadi kugenggam. Bayang-bayang batu nisan bertuliskan nama bapak juga masih jelas di depan mata. Hidup dalam teror selama 40 hari lamanya, ketika kehadiran pocong Bapak terus muncul dan menghantui mulai menguak misteri yang lebih dalam. Ada sesuatu yang masih menahannya. Apakah itu penyesalan, amarah, atau rahasia yang tak pernah terucap semasa hidupnya? Kegelapan yang terus menghantui adalah jawaban yang harus diungkap sebelum semuanya terlambat.  Bersiaplah menghadapi ketakutan yang paling dekat—ketika yang sudah mati enggan pergi.

Cerita ini mengisahkan tentang seorang wanita yang bernama Rianti menjalin hubungan pacaran dengan seorang pria yang bernama Rustam. Karena status sosial mereka sangat berbeda sehingga mereka hanya bisa menjalin hubungan secara diam- diam sambil menunggu waktu yang tepat untuk jujur pada orang tua mereka masing- masing. Namun, lama kelamaan kisah asmara mereka diketahui oleh kedua orang tua Rustam. Keluarga Rustam adalah keluarga terpandang,Ibu Rianti adalah buruh cuci pribadi mereka yang sudah lama bekerja di keluarga Rustam. Rustam tega menghamili Rianti. Namun, disaat Rianti hamil anaknya dirinya tega berselingkuh dengan wanita yang bernama Alya. Rianti melahirkan sosok bayi laki- laki yang kembar tanpa kehadiran Rustam. Sebulan setelah melahirkan bayi kembar tersebut, barulah mereka berdua terpaksa menikah. Namun, lagi- lagi pernikahan mereka diuji dengan kehadiran sosok Alya yang juga hamil anak Rustam. sehingga mengharuskan Rustam harus menceraikan Rianti. Ditambah lagi, Ibu Rustam juga kurang menyukai Rianti karena berasal dari keluarga yang menurutnya tak pantas menjadi istri Rustam. Penasaran dengan kisahnya yg mampir di cerita saya semoga terhibur 🙏🙏

Aina, seorang ibu rumah tangga begitu shock saat mengetahui anaknya yang masih duduk di bangku SMP, ketahuan hamil saat diperiksa dokter di salah satu Puskesmas. Kira-kira siapa pelakunya? Silahkan di baca, 'ya.

NITE ALBERONA—-When his beloved was raped and killed. He wants to know the culprit, and all pointing fingers are directed to a secret organization called Foedus Corp. Avenge. Mission. Requite. He found a way to be welcomed by the organization itself. And once he was in, he started to dig graves for the seven mighty founders of Foedus. And when he thought rainbows were not for him, he met her again—NOVEMBER SCOTTO—a pretty but lethal eighteen-year-old mafia heiress who asked his service to ambush all her bodyguards, so she could have a day alone and free from her brother.

Azrael Morthon, a young billionaire and a business tycoon. He was dubbed as the devil incarnate in the business world. Mas naging malupit pa ito nang mamatay ang pinakamamahal nitong babae, at wala man lang itong nagawa para maligtas ang babae. Kaya nang ilibing si Aingelle ay sumumpa si Azrael sa puntod ng babaeng mahal niya. ''I'll make them pay, Ain. I will. Pinapangako ko `yan sa `yo.'' Puno ng galit ang puso ng binata. He will not spare a soul for his revenge. Ano kaya ang kayang gawin ni Azrael para sa ngalan ng paghihiganti at pag-ibig? Mahahanap kaya ni Azrael ang mga salarin? Na siyang dahilan kung bakit nawala ang pinakamamahal niyang babae. Kung mahanap man niya, makamit kaya niya ang inaasam na hustisya? Paano kung mahulog ang loob niya sa babaeng naging dahilan ng kan'yang pighati? The same woman who killed his precious Ain. What if Ain was alive?

13 Iron Rules That Must Never Be Broken… Even If No One Knows Why. When Kawin and eleven others receive a mysterious black invitation, they are brought to a place called “The Forbidden Aquarium”—a facility that appears on no map. The doors are sealed. The rules are announced. And every violation… is paid with death. But the more they obey, the more they begin to lose themselves. And when the final rule declares: “Do not challenge the rules,” some begin to wonder— If we never defy them… how will we ever survive?

妻のパソコンを掃除しているときに、偶然あるフォルダを開いてしまった。 中には何万本もの過激な動画があった。 主な登場人物は彼女と、人生で一度も家族を持ったことがない俺の親友だ。 出産後、彼女は体が痛くて性行為はできないと言い、俺とはプラトニックな恋愛をしただけで、40年間ずっと二度と彼女に触らせてくれなかった。 俺は彼女の残りの人生を守るために半生を捧げてきたが、実は俺は彼らの遊びの一部だったのだ。

四歳の孫がおじいさんのパソコンでゲームをしたがっていた。 私が操作ミスをして、思いがけずある動画を開いてしまった。 二人の体が情熱的に動いていた。 孫の目を素早く覆った後、画面の中で荒い息遣いをしている男を見つめた。 性的に不能な私の夫は。 過去数十年間、彼の初恋の人と何百ギガもの動画を作り出していた。

It's nighttime, and I'm on the toilet with my phone. I fire up Battleborn Arena, ready to grind a few ranked matches. But an unknown number flashes on-screen and cuts me off. Annoyed, I decline the call, and a WhatsApp message pops up immediately. "Run! Edgar just snapped. He's going to kill us all!" My hands tremble. Edgar Maguire… Isn't he already dead?