Pengkhianatan Terbesar Suamiku
Di tahun ketiga pernikahanku dengan Jovan, tiba-tiba adik angkatnya, Jenny, mengirimkan sebuah video kepadaku.
Aku membukanya dan melihat Jovan mengikat adik angkatnya di kepala ranjang menggunakan dasi yang baru saja kuberikan padanya.
Sementara adik angkatnya terbaring telanjang di bawahnya, tanpa henti memanggilnya sebagai suami.
Setelah itu mereka berpelukan erat. Jenny melingkarkan lengannya di leher Jovan dan merengek, “Kakak, aku nggak suka cincin yang kamu berikan padaku itu. Ambil saja dan berikan pada Kakak Ipar, anggap saja itu hadiah ulang tahun dariku.”
Keesokan harinya, aku duduk di restoran mewah. Menatap kursi kosong di seberangku dengan pikiran melayang.
Tiba-tiba, wakilnya mendorong kue besar ke arahku.
“Pak Jovan ada urusan mendadak, jadi dia meminta saya mengantarkan hadiah ulang tahun ini untuk Nyonya.”
Kotak itu berisi cincin, persis seperti cincin yang tidak diinginkan adik angkatnya.
Lalu, sebuah foto baru dikirimkan ke ponselku. Jovan sedang menemani adik angkatnya berobat di rumah sakit.
Aku tidak menangis atau membuat keributan. Aku dengan tenang menandatangani perjanjian perceraian. Lalu meminta seseorang menyiapkan sebuah pesta pernikahan.
“Nyonya, siapa nama pengantin pria dan pengantin wanita yang harus ditulis?”
“Jovan Gunawan dan Jenny Gunawan.”
Tujuh hari kemudian, aku akan membiarkan seluruh dunia melihat betapa liarnya Ketua Mafia yang selalu serius itu, bermain-main secara pribadi dengan adik angkatnya.