Pernikahan Tujuh Tahun Yang Sia-Sia
Di hari pernikahan, tunanganku malah kabur dan menikahi adikku.
Di tengah rasa malu di depan semua orang, tiba-tiba William berlutut di hadapanku, meminta aku menikah dengannya.
Di kota ini, tak ada yang tidak mengenal William, bujangan emas yang terkenal, idaman semua wanita lajang.
Namun, justru dia yang memakaikan cincin di jariku dan menyatakan cinta, “Aku selalu mencintaimu diam-diam. Terima kasih pada takdir karena memberiku kesempatan untuk menghabiskan sisa hidupku bersamamu.”
Kami pun menikah. Dia selalu memperlakukanku dengan sangat baik dan semua orang tahu bahwa William tidak akan mencintai siapapun selain aku.
Hingga di tahun ketujuh pernikahan kami, aku tak sengaja masuk ke studio lukisnya.
Di sana, ada ribuan lukisan Ivy, adikku.
Setiap lukisan itu bagaikan pernyataan cinta yang lembut darinya untuk Ivy.
Pria yang kucintai itu bahkan pernah berdoa dengan sungguh-sungguh: asal Ivy bisa bahagia, aku rela mengorbankan segalanya, termasuk nyawaku.
Ternyata cinta selama tujuh tahun hanya sebuah kebohongan. Sejak awal, yang dia cintai hanyalah Ivy.
Kalau begitu, biar akulah yang mundur.
Tiga hari kemudian, aku pun pergi. Aku hanya mendoakan William dan Ivy hidup bahagia hingga tua nanti.