Aku Tak Lain Hanyalah Tamu
Aku menikah dengan pria yang sama sebanyak tujuh kali.
Pria itu juga bercerai denganku tujuh kali, semuanya demi wanita yang sama.
Hanya agar ia bisa menghabiskan liburan dengan kekasih lamanya tanpa terikat, dan agar kekasih lamanya tak terganggu oleh gosip.
Saat perceraian pertama, aku mencoba melukai pergelangan tanganku untuk memaksa dia tetap bersamaku, dan dibawa ke rumah sakit dengan ambulans. Tapi dia tak datang bahkan untuk sekadar menatapku sekalipun.
Saat perceraian kedua, aku merendahkan diri dan melamar sebagai asistennya di perusahaannya, hanya untuk bisa menatapnya sekali lagi.
Saat perceraian keenam, aku sudah belajar untuk mengemasi barang-barang sendiri dan meninggalkan rumah pernikahan kami tanpa ribut.
Diriku yang histeris, aku yang harus menahan diri berulang kali, kepasrahan dan kompromiku hingga berakhir pada perasaanku yang mati... semua itu hanya menghasilkan satu hal: dia kembali menikahiku tepat waktu, lagi dan lagi...
Mengulang semua trik lamanya.
Hingga kali ini, setelah mendengar kabar bahwa kekasih lamanya akan kembali ke negeri ini, aku mengulurkan surat perjanjian cerai di hadapannya dengan tanganku sendiri.
Dia, seperti biasanya, mencoba menetapkan waktu untuk menikahiku lagi.
Tapi dia tidak tahu bahwa kali ini, aku akan benar-benar pergi untuk selamanya.