Dia, Yang Mudah Dihibur
Pada hari Idul Adha, aku menyiapkan satu meja penuh hidangan kesukaan Brian.
Namun lagi-lagi, dia tidak datang.
Aku terdiam sejenak, lalu dengan cekatan membuka postingan instagram, orang yang cinta sejati Brian.
[Harus diberi pujian! Aku baru bilang lampu rusak, dia langsung meninggalkan pacarnya demi datang ke sini.]
[Tolong pertahankan sifat yang lebih mementingkan teman daripada pacar.]
Fotonya memperlihatkan Brian yang sedang berdiri di atas bangku, mendongak untuk mengganti lampu.
Dia menopang kaki Brian dengan kedua tangan, wajahnya tanpa sengaja menyapu bagian paling sensitifnya.
Brian tidak menghindar, malah menyunggingkan senyuman samar.
Pemandangan itu begitu menusuk mata, tapi aku tidak lagi menangis ataupun marah.
Aku hanya dengan tenang memberi tanda suka, lalu mengajukan putus dengannya.
Brian tidak percaya sama sekali.
“Paling hanya mengambek saja, cuekin saja beberapa hari. Nanti aku hanya perlu ulurin tangan saja, dia pasti bakal luluh lagi.”
Namun, Brian tidak tahu, aku bisa begitu mudah luluh dulunya, karena aku mencintainya.
Mulai sekarang, dia tidak akan pernah bisa membujukku lagi.